Gridhot.ID - Ada duakubu Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua yang kini sedang mengincar PT Freeport Indonesia.
Kedua kubu tersebut adalah kelompok KKB Papua Joni Botak dan kelompok Lekagak Telenggen.
Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan, ada indikasi mereka berupaya memasuki kawasan PT Freeport di Tembagapura, Papua.
Indikasi itu terungkap dari hasil penyelidikan yang dilakukan anggotanya, dimana KKB Papua dari berbagai wilayah berada di sekitar Tembagapura.
"Memang benar ada laporan KKB yang berada di sekitar area Tembagapura, bukan saja kelompok Joni botak yang menguasai kawasan Kali Kabur, tetapi Lekagak Telenggen juga sudah bergabung," ujar Waterpauw, Rabu (4/3/2020), dilansir dari Kompas.com.
Dijelaskannya, dengan mulai bersatunya berbagai kelompok KKB Papua, maka pihaknya akan lebih memperketat pengamanan di sekitar areal PT Freeport.
Aparat keamanan akan mengambil tindakan tegas bila kelompok tersebut tetap berupaya masuk kawasan Freeport.
Soal persenjataan milik KKB Papua, Waterpauw mengaku saat ini persenjataan mereka cukup banyak.
KKB Papua memiliki persenjataan dengan berbagai jenis yang diperoleh dari rampasan terhadap anggota TNI-Polri.
Walaupun demikian, saat ini situasi kamtibmas di sekitar Tembagapura relatif aman.
Sebelumnya, untuk memperketat pengamanan di Tembagapura, TNI-Polri meningkatkan status keamanan menjadi siaga satu.
Dandim 1710/ Mimika Letkol Pio L Nainggolan mengatakan, peningkatan status keamanan tersebut sudah dilakukan sejak beberapa hari lalu.
"Siaga satu bukan baru dilakukan pasca penembakan mobil patroli Polsek Tembagapura, tapi sudah beberapa hari lalu" kata Pio, Senin (2/2/2020) malam
Untuk memaksimalkan pengamanan, pihaknya mengaku akan mengefektifkan satuan-satuan yang bermarkas di Mimika, bergabung dalam Satgas Pengamanan Daerah Rawan (Pamrahwan) dan pengamanan wilayah PT Freeport Indonesia.
"Saat ini yang kami lakukan mengefektifkan pasukan yang ada untuk mengantisipasi ancaman KKB," jelas Pio.
Kapolres Mimika AKBP I Gusti Gde Era Adhinata mengatakan, peningkatan status keamanan itu diberlakukan sejak adanya penyanderaan yang dilakukan KKB Papua terhadap 3 guru SD Inpres Baluni, Kampung Jagamin, Distrik Tembagapura, pada pertengah Februari lalu.
Fakta Tak Terduga KKB Papua Ternyata Terpecah Belah
Sebelumnya, terungkap fakta tak terduga kalau ternyata para KKB Papua sedang terpecah belah.
Fakta tak terduga tentang KKB Papua ini berdasarkan analisis Wakapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Inf Dax Sianturi
Pihak Kodam XVII/Cenderawasih meyakini aksi-aksi KKB Papua selama ini dilakukan untuk menunjukan eksistensi mereka.
Terutama dalam satu tahun terakhir, KKB Papua yang ada di wilayah Nduga terus beraksi sehingga kelompok-kelompok yang berada di Puncak juga ingin menunjukkan keberadaannya.
"Untuk operasional mereka antara yang Ndugama (Egianus Kogoya) dengan kelompok Ilaga itu tidak terkordinir dalam satu komando."
"Artinya, apa yang terjadi di Ilaga itu bukan bagian dari aksi yang di Ndugama," ujar Letkol Inf Dax Sianturi, Jumat (18/10/2019).
Antar kelompok KKB Papua yang dulunya menamakan diri Organisasi Papua Merdeka (OPM), menurut Dax, seperti terpecah belah dan saling bersaing.
Sosok Egianus Kogoya yang belakangan ini mendominasi aksi-aksi kriminal di Papua diyakininya menimbulkan rasa iri dari kelompok lain yang ada di kabupaten sekitar Nduga.
"Selama ini kami monitor yang paling banyak melakukan aksi adalah Egianus."
"Di antara kelompok sayap militer OPM atau TPMPB ini juga ada semacam persaingan di antara mereka untuk menunjukkan siapa yang lebih hebat satu sama lain," kata dia.
"Sehingga ketika Egianus beraksi, kelompok yang di Ilaga juga mungkin terpicu untuk melakukan aksinya juga. Tetapi untuk satu komando saya rasa tidak ada," kata Dax.
Bahkan, kata Dax, di wilayah Puncak sendiri ada beberapa kelompok yang tidak saling terkoordinasi.
"Kelompok yang di Ilaga (Puncak) sendiri itu tidak dalam satu kesatuan. Mereka juga ada faksi-faksi yang bergerak sendiri-sendiri," ucap dia.
Beberapa KKB Papua yang selama ini dikenal sering beraksi di Puncak, di antaranya, Lekagak Telenggen dan Militer Murib.
"Pimpinan tertinggi di Ilaga itu banyak, tapi selama ini yang kami lihat aktif itu Lekagak Talenggen," kata Dax.
Namun, diyakini bila struktur organisasi OPM yang sekarang ada, sudah tidak terkoordinasi dengan baik.
Bahkan, Goliath Tabuni yang selama ini dianggap sebagai pimpinan tertinggi sudah lama tidak terlihat.
"Di struktur organisasinya mereka membagi jadi Komando Daerah Pertahanan (Kodap), tapi pada dasarnya organisasi mereka itu antara ada dan tiada, yang selama ini cukup aktif hanya Kodap 3 Ndugama," ujar Dax.
Dax melihat klaim KKB Papua yang menyebut Goliath Tabuni sebagai jenderal besar hanya sebagai bentuk penghormatan di antara mereka terhadap sosok Goliath Tabuni yang dianggap sebagai tokoh yang memimpin perlawanan mereka.
Diakui jika pada 2018, TNI berhasil mengetahui titik persembunyian Goliath Tabuni, tetapi yang bersangkutan dapat melarikan diri.
"Goliath Tabuni sangat jarang terkoneksi dengan yang ada di Timika, Ndugama. Goliath lebih ada di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya," kata Dax.
Terkait dengan beberapa kerusuhan yang terjadi di Papua, yang dipicu oleh isu rasisme, Dax mengakui hal tersebut ikut terkait dengan aksi-aksi yang dilakukan KKB Papua beberapa waktu terakhir.
Menurut dia, isu rasisme menjadi pelecut KKB Papua yang selama ini terus berpindah di hutan-hutan di wilayah pegunungan Papua.
"Namun, memang kami memonitor, dengan adanya beberapa kerusuhan yang terjadi, yang menurut kepolisian itu didalangi oleh KNPB dan UNLWP, timbul suatu gerakan solidaritas dari mereka yang berada di hutan," kata Dax.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul: "Kekuatan KKB Papua yang Terpecah Belah Mulai Bersatu, Joni Botak & Lekagak Telenggen Incar Freeport."
(*)