Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Virus corona telah menginfeksi 114.505 orang di seluruh dunia dan menewaskan 4.027 orang hingga Selasa (10/3/2020).
Meski banyak negara telah mengonfirmasi warganya positif virus corona, namun Korea Utara hingga kini belum melaporkan adanya temuan positif virus corona di negaranya.
Padahal, di negara tetangganya, Korea Selatan, telah memiliki 7.513 kasus dan China 80.757 kasus.
Melansir Kompas.com, Korea Utara bukannya tidak waspada akan corona.
Terbukti, pada bulan Januari, Korea Utara memberi tahu agen perjalanan bahwa mereka menutup perbatasannya dengan warga negara asing.
Media pemerintah mengatakan pemerintah Korea Utara memantau 7.000 orang yang telah menunjukkan gejala virus yang berasal dari China.
Sementara Senior Fellow for Korea Studies dan Direktur Program tentang Kebijakan AS-Korea Scott Snyder menyebut Korea Utara secara diam-diam mengajukan permohonan bantuan, sambil secara terbuka masih menyatakan tidak ada kasus virus korona di negara itu.
Kabar terbaru, ratusan tentara Korea Utara dilaporkan meninggal akibat serangan virus corona.
Dilansir dari Kontan.co.id, ribuan tentara lain juga dikarantina.
Tetapi, para pemimpin negara yang penuh rahasia ini tetap berpegang pada narasi resmi bahwa epidemi global belum mencapai mereka.
Menurut sebuah organisasi berita Korea Selatan, Daily NK, virus Covid-19 sudah menewaskan 180 tentara Korea Utara pada Januari dan Februari.
Terkait hal itu, Korut juga telah mengirim 3.700 tentara lainnya ke karantina.
Sementara itu, menurut Yonhap News Agency yang didukung pemerintah Korea Selatan, hampir 10.000 orang telah dikarantina karena ketakutan akan virus corona, tetapi hampir 4.000 telah dipulangkan karena mereka tidak menunjukkan gejala.
Namun sikap pemerintah Korea Utara tidak berubah.
Negara itu tetap keras kepala dan menolak memberikan informasi yang transparan tentang wabah yang dilaporkan di negara itu.
"Penyakit menular belum mengalir ke negara kami," kata Rodong Sinmun yang dikendalikan pemerintah Korea Utara pada hari Senin, menurut Newsweek.
Daily NK mengaitkan informasinya dengan laporan korp medis dari dalam militer Korea Utara.
Rumah sakit yang melayani tentara dari berbagai wilayah diminta untuk memberikan data tentang jumlah tentara dalam perawatan dan yang telah meninggal karena demam tinggi yang dipicu oleh pneumonia, tuberkulosis, asma, dan pilek serta mereka yang berada di karantina.
Menurut sumber Daily NK, laporan itu sendiri menyebabkan kehebohan dalam kepemimpinan militer.
Disebut-sebut bahwa para pejabat telah memerintahkan agar rumah sakit militer segera membersihkan seluruh area di mana tentara yang dikarantina ditempatkan.
Tentara dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau mereka yang memiliki riwayat kesehatan yang buruk juga diawasi dengan ketat, kata sumber itu.
Para pemimpin unit militer juga akan dihukum jika protokol yang tepat yang bertujuan mengendalikan penyebaran virus corona tidak diikuti.
"Evaluasi di masa depan tentang kesiapan pertempuran akan mencakup tinjauan tentang berapa banyak tentara yang telah tewas," kata sumber itu, seraya menambahkan bahwa para perwira akan "bertanggung jawab atas kematian yang terjadi di unit mereka."
Saat ini, pejabat militer tengah mencari peningkatan pasokan makanan tentara sehingga tubuh mereka lebih siap untuk melawan Covid-19, sumber Daily NK mengatakan.
Sumber itu juga menambahkan, para tentara makan tiga kali sehari dengan menu sup kedelai murni per hari, bukan yang biasa per hari.
Mengutip South China Morning Post, sebuah peringatan dikeluarkan di Rodong Sinmun, yang berbunyi pemerintah Korea Utara benar-benar tidak dapat menolerir warga Korea Utara yang mengganggu langkah-langkah pemerintah untuk menghentikan virus corona.
Itu termasuk mereka yang keberatan mengenakan masker wajah.
Wabah Covid-19 menimbulkan bahaya tak terduga, sehingga negara itu bekerja keras dengan sepenuhnya mengunci semua rute melalui mana penyakit menular dapat mengalir baik di perbatasan, laut, dan udara. (*)