Gridhot.ID -Jumlah kasus di Italia terkait virus corona mencapai 41.035.
Melansir dari Kompas.com, angka kematian ini melampaui jumlah korban meninggal dunia di China.
Badan Perlindungan Sipil Italia menyebutkan, angka pertumbuhan itu menjadi yang tercepat dalam tiga hari terakhir.
Dengan data tersebut, Italia menjadi negara dengan kasus virus corona terbesar kedua setelah China.
Salah satu warga Italia, Alfredo Visioli mengembuskan napas terakhirnya setelah terjangkit Covid-19.
Penyakit ini merenggut nyawanya di usia 83 tahun.
Melansir dari Tribunnews.com, Alfredo dimakamkan di tanah kelahirannya yakni Kota Cremona, Italia Utara.
Tidak ada keluarga maupun orang-orang terdekat Alfredo pada acara penguburannya.
Bahkan upacara pemakaman pun tidak dilaksanakan sebagaimana lazimnya.
"Mereka menguburnya seperti itu, tanpa pemakaman, tanpa orang-orang yang dicintainya, hanya dengan doa dari pendeta," kata cucu Alfredo, Marta Manfredi yang juga tidak hadir dalam pemakaman kakeknya itu, dikutip dari Reuters.
Apalagi kalau bukan isolasi yang memaksanya untuk tetap tinggal di rumah.
"Ketika ini semua berakhir, kami akan memberinya pemakaman yang nyata,"kata Manfredi.
Pandemi global corona ini mengubah semua tradisi bahkan sampai pada penghormatan terakhir untuk seorang almarhum.
Seakan tidak ada lagi ruang tanpa Covid-19 di Italia, sebab ritual kuno untuk menghormati orang meninggal dan menghibur keluarga yang berduka dipangkas karena takut justru malah menjadi malapetaka sendiri.
Virus yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang di dunia ini secara tidak langsung mengubah perspektif manusia atas kematian.
Dari mulai karena terjangkit infeksi Covid-19 yang serius hingga mungkin terkait spiritual yang lama ditinggalkan.
Ketakutan jenazah Covid-19 bisa menularkan wabah pun sudah dirasakan Iran.
Seperti diberitakan beberapa waktu lalu, pemerintah Iran menaburkan bubuk putih di areal pemakaman.
Disinyalir itu adalah kapur untuk mencegah penularan lebih lanjut kepada petugas pemakaman.
Irlandia juga demikian, pemerintah mengimbau pekerja kamar mayat untuk memakaikan masker untuk mayat-mayat tersebut.
Tujuannya tentu untuk mengurangi resiko penularan kepada yang mengurus jenazah ini.
Sementara itu perusahaan pemakaman di Italia menyiarkan prosesi pemakaman agar keluarga yang sedang dikarantina bisa mengikuti penguburan tersebut.
Sama halnya dengan Korea Selatan, angka infeksi yang sempat melonjak drastis menyebabkan penurunan angka pelayat di sejumlah jasa pemakaman.
Di sisi lain Italia, Bergamo, menyediakan sedikit waktu upacara penguburan.
Bergamo sendiri termasuk dalam wilayah dengan kasus Covid-19 yang cukup banyak.
Otoritas Pemakaman di Bergamo, Giacomo Angeloni, mengaku setiap jam krematorium tidak henti diisi jenazah baru.
Padahal wilayah dengan 120.000 penduduk ini biasanya hanya menangani 5 sampai 6 orang meninggal pada hari-hari normal.(*)
Artikel ini telah tayang di Suar.ID dengan judul "Angka Kematian Sudah Melebihi China, Seorang Warga Italia Beberkan Kondisi Memprihatinkan saat Pemakaman Korban Virus Corona"