Gridhot.ID - Sudah lebih dari tiga bulan lamanya dunia dibuat kelimpungan menghadapi virus corona.
Pandemi global ini sukses membuat negara-negara di dunia kacau balau.
Tak hanya negara berkembang seperti Indonesia, negara-negara maju di Eropa dan Amerika pun turut dibuat kewalahan.
Namun, di tengah kekalutan dunia ini, kabar tak menyenangkan kembali datang dari China.
Para peneliti dari negara asal virus corona ini menemukan fakta baru terkait Covid-19.
Melansir dari The Sun, mereka mungkin telah menemukan mutasi baru dari virus corona.
Virus tersebut diduga memiliki jangka infeksi yang lebih lama, yakni 49 hari.
Kasus langka ini ditemukan pertama kali pada seorang pria paruh baya yang digambarkan memiliki kemampuan dapat menginfeksi lebih lama, kata peneliti.
Pria itu mengalami gejala yang lebih ringan, tetapi ia bisa menginfeksi orang lain dalam waktu yang lebih lama, lapor para ilmuwan.
Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti di Universitas Kedokteran Angkatan Darat di Chonging, Rumah Sakit PLA No 967, Dalian, dan Rumah Sakit Umum PLA Central Theatre Command di Wuhan.
Temuan ini diterbitkan pada 27 Maret 2020 di MedRxiv, sebuah situs web untuk menerbitkan laporan awal dari makalah medis yang belum dipublikasikan karena belum ditinjau oleh peneliti lainnya.
Laporan tersebut diterbitkan bukan untuk dijadikan sebagai panduan untuk praktik klinis.
Dalam kasus infeksi kronis menunjukkan, seseorang dapat menularkan virus corona ke orang lain selama berminggu-minggu walaupun ia tak menunjukkan gejala apa pun.
Para peneliti memperingatkan, mungkin ada lebih banyak pasien yang mengalami infeksi kronis tersebut.
Mereka mungkin telah menularkannya ke orang-orang sekitar dan memicu kembalinya wabah.
"Penularan virus yang berkepanjangan ini dapat memperparah situasi dan lebih banyak pasien Covid-19," kata laporan tersebut, seperti dikutipdari The Sun.
"Tanpa diduga, kami di sini melaporkan pasien tanpa gejala dengan masa penularan terpanjang."
Para peneliti menyimpulkan bahwa, virus ini tidak terlalu membuat pasien merasa kesakitan, tetapi memiliki masa penularan yang lebih panjang.
Selain itu, tambah mereka, pasien yang terinfeksi virus ini akan lebih susah disembuhkan dengan terapi teratur.
Pasien membutuhkan suntikan plasma dari suvivor Covid-19 agar bisa pulih, kata mereka.
Walaupun pria itu memiliki virus Covid-19 yang banyak dalam tubuhnya, tetapi sistem kekebalannya tetap stabil.
Para peneliti kemudian beranggapan bahwa virus dan inangnya mungkin telah membentuk hubungan simbiosis.
Pria asal China yang tak disebutkan namanya itu diketahui pergi ke sebuah rumah sakit di Wuhan pada 28 Februari 2020 dengan niat untuk mengetes.
Dia mengalami demam sedang tapi tak memiliki gejala Covid-19 lainnya seperti batuk, kedinginan, dan napas pendek.
Tes swab menunjukkan hasil positif pada hari ke 17, 22, 26, 30, 34, 39, 43, dan 49.
Sayangnya, ia telah menularkan penyakit itu ke orang-orang di sekitar saat tak menunjukkan gejala, kata para ahli.
Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata pasien Covid-19 akan pulih selama 20 hari.
Seorang wanita yang merupakan kerabat pria tersebut dinyatakan postif Covid-19 dengan gejala sedang tetapi ia pulih lebih cepat dibanding orang sebayanya.
Tipe gejala ringan yang baru ditemukan ini memang memiliki tingkat rasa sakit yang rendah.
Tetapi, terbukti lebih susah disembuhkan dan dapat menular ke orang yang muda maupun tua.
Semakin lama durasi penularan, akan semakin parah pula hasilnya, kata Dr Li Tan dan rekan-rekannya.
Adanya temuan tersebut dikhawatirkan sebagai awal dari gelombang kedua virus corona.
Namun, penelitian ini masih berupa gambaran kasar yang belum diteliti lebih lanjut.
Ada baiknya kita tetap waspada tanpa perlu merasa takut yang berlebihan.
(*)
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul "Waspada Gelombang 2 Covid-19, Peneliti China Kabarkan Temuan Mutasi Baru Virus Corona, Sebut Bisa Menginfeksi Manusia Selama 49 Hari dan Lebih Susah Disembuhkan"