Selama Ini Kambing Hitamkan Kelelawar, Ternyata Manusia Malah Jadi Penyebab Corona, Begini Alasannya

Kamis, 09 April 2020 | 19:13
Kompas.com

Kelelawar

Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari

Gridhot.ID - Pandemik virus corona hingga kini masih menjadi perhatian di seluruh dunia.

Asal muasal munculnya virus corona masih diperdebatkan.

Mulanya, virus corona atau covid-19 ini diklaim berasal dari pasar seafood di Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Baca Juga: Yang Lain Rontok, Saham PT Lippo Karawaci Justru Naik di Tengah Badai Wabah Virus Corona, Sulap Mall Jadi Rumah Sakit Darurat Covid-19 Jadi Penyebabnya

Melansir Kompas.com, sempat beredar sejumlah pemberitaan yang menyatakan bahwa penyebaran virus corona ini diduga memiliki keterkaitan dengan aktivitas sejumlah masyarakat dalam mengonsumsi satwa liar.

Adapun satwa liar tersebut di antaranya adalah tikus, kelelawar, karnivora, dan primata.

Meskipun masih terdapat polemik mengenai perihal penyebab pasti dari virus corona, baik pakar maupun otoritas kesehatan terus bergerak untuk melakukan penelitian lanjutan maupun penanganan terkait virus ini.

Baca Juga: Dituduh Kabur ke Villanya di Puncak Saat Wabah Corona, Ayu Ting Ting Kembali Banjir Hujatan Netizen, Tak Terima, Sang Ayah Langsung Pasang Badan: di Rumah Itu!

Sebagai contoh pada hewan kelelawar, terdapat tiga jenis kelelawar, yakni pemakan serangga, penghisap darah, dan pemakan buah.

Ketiga jenis kelelawar tersebut sama-sama bertindak sebagai perantara penyakit sehingga tak disarankan untuk dikonsumsi manusia.

Sementara itu, dilansir dari Sosok.ID, beberapa ilmuwan ternyata menyangsikan hal tersebut.

Justru manusialah penyebab adanya virus corona.

Baca Juga: 11 Orderan Makanan Tak Diundang Nyasar ke Rumahnya, Wanita Ini Tetap Bayari Driver Ojol yang Merugi di Tengah Wabah Corona, Relakan Uangnya Sendiri Meski Rugi Bandar

Perilaku manusia seperti penggundulan hutan, ditambah dengan perpindahan manusia yang terjadi dengan cepat setiap hari, telah membuat penyakit yang dulunya tersimpan di alam liar pindah untuk mencari inang baru.

Sampai saat ini ilmuwan masih tidak yakin dari mana sebenarnya virus Corona berasal.

Pertanyaan itu hanya bisa terjawab dengan mengisolasi virus yang hidup di spesies yang dicurigai telah menjadi sumber kehidupan virus tersebut.

Baca Juga: Negaranya Miliki Jumlah Kasus Positif Corona Tertinggi di Dunia, Donald Trump Malah Sibuk Salahkan WHO, Ogah Ribet Urus Pemerintah Pusat, Penduduk New York Sukses Turunkan Angka Penularan Secara Drastis

Pertanyaan mendasar adalah bagaimana penyakit yang dianggap berasal dari kelelawar bisa kemudian menjadi pandemi bagi manusia?

Kelelawar adalah satu-satunya mamalia yang bisa terbang, memperbolehkan mereka tersebar dalam jumlah yang besar dari satu komunitas ke wilayah yang lebih luas lagi.

Artinya, kelelawar dapat membawa patogen atau penyakit dalam jumlah yang besar.

Saat mereka terbang, aktivitas tubuh mereka menyebabkan kondisi mereka mencapai suhu tubuh yang tinggi, seperti demam.

Baca Juga: Lokasinya Tiba-tiba Dihilangkan dari Peta Usai Corona Menyebar, Desa Terpencil di Puncak Gunung Italia Ini Berubah Bak Penjara Medis, Jadi Laboratorium Covid-19 Terbesar di Dunia

Kondisi tersebut terjadi setidaknya dua kali sehari untuk kelelawar.

Oleh sebab itu, patogen seperti virus yang telah berevolusi di kelelawar telah beradaptasi dengan suhu tubuh yang tinggi seperti itu.

Hal tersebut membuat Andrew Cunningham, pakar epidemiologi kehidupan liar di London, merasa khawatir ketika penyakit yang ada di kelelawar pindah ke spesies lain.

Baca Juga: Bukan Bermaksud Mendahului Takdir, Ahli Spiritual Kondang Ini Prediksi Soal Seleksi Alam Besar-besaran di Tahun 2045, Wabah Corona Jadi Pintu Masuknya

Contohnya di manusia, demam adalah mekanisme pertahanan tubuh berupa suhu tubuh meningkat untuk membunuh virus.

Namun jika virus tersebut sudah terbiasa berada di tubuh kelelawar yang selalu panas, maka mekanisme demam di manusia mungkin tidak berdampak apa-apa untuk virus tersebut.

Lalu, mengapa terdapat loncatan inang dari hewan liar ke manusia?

Menurut Cunningham, hal tersebut berkaitan dengan apa yang disebut 'tumpahan zoonosis'.

Zoonosis adalah jenis penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia, utamanya hewan seperti kelelawar, anjing, atau kera.

Baca Juga: Ahli Epidemologi UI Ungkap Puncak Wabah Corona Bergeser, Pemerintah Perlu Tekan Penyebaran Selama Bulan Ramadhan: Mudik Jadi Potensi Terbesar Covid-19 Masuk Kampung!

Penyebab terjadi tumpahan zoonosis, hampir selalu, adalah akibat perilaku manusia sendiri.

Dijelaskan dari CNN, saat kelelawar stress karena diburu atau memiliki habitat yang dirusak akibat penggundulan hutan, sistem imunnya akan bereaksi dan lebih sulit mengatasi patogen yang menyerang kekebalan tubuh mereka.

Cunningham menyebut, "kami yakin jika dampak stress pada kelelawar akan mirip stress pada manusia."

Baca Juga: Horor! Inilah Potret Situasi Mengerikan Ekuador di Tengah Wabah Covid-19, Mayat-mayat Korban Corona Hanya Digeletakkan di Jalanan, Petugas Angkat Tangan Urus Pemakaman

"Akan terjadi peningkatan infeksi patogen yang kemudian dikeluarkan dan menyebar ke mana-mana."

"Hal ini seperti jika orang-orang stress dan memiliki virus radang flu, mereka akan menunjukkan gejalanya."

"Itulah yang disebut virus 'diekspresikan' yang bisa terjadi pada kelelawar juga."

Di pasar hewan liar Wuhan yang kini telah dibuka kembali, hewan liar disimpan dalam kandang yang sama dan dijual sebagai sumber makanan atau hewan peliharaan.

Jika hewan-hewan liar berkumpul bersamaan dan dalam kondisi stress maka virus bisa keluar dari tubuh mereka dan saling bercampur aduk.

"Jika mereka dikirim atau ditahan di kandang dalam sebuah pasar, berdekatan dengan hewan lain atau bahkan manusia, akan ada peluang virus-virus itu ditumpahkan dalam jumlah besar," jelas Cunningham.

Baca Juga: Buat Ulah di Tengah Pandemi corona, Anggota DPRD Ini Bersama 3 Teman Wanitanya Diamankan Petugas, Ditilang Usai Nyetir Ugal-ugalan Sambil Tenggak Miras

Hewan lain di pasar tersebut juga lebih rentan dengan infeksi karena mereka juga stress dan tertekan.

"Manusia semakin sering memindahkan hewan, untuk pengobatan, untuk makanan, pada skala yang belum pernah dilakukan oleh manusia," ujar Kate Jones, pimpinan jurusan Ecology and Biodiversity di University College London.

"Kita juga menghancurkan habitat mereka menjadi lahan-lahan pertanian yang didominasi oleh manusia. Hewan saat ini bercampur dan berevolusi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Baca Juga: 2 Bulan Nganggur Tak Ada Orderan karena Pandemi corona, Sopir Taksi Online Ini Nekat Gantung Diri di Belakang Rumah, Depresi Usai Ditagih Cicilan Mobil

"Sehingga, di pasar seperti pasar Wuhan, Anda bisa melihat hewan-hewan dicampur dan dikandangkan dalam 1 kandang meski mereka bukan hewan yang sama."

Selanjutnya, penyebab tumpahan zoonosis bisa menjadi pandemi adalah hal yang sederhana.

"Tumpahan virus dari hewan liar tentu pernah terjadi sebelumnya, tetapi orang yang mengalaminya mungkin telah meninggal atau sembuh sebelum berkontak dengan manusia lain di kota besar," ujar Cunningham.

"Saat ini dengan perpindahan manusia sangat mudah Anda bisa berada di hutan Afrika hari ini, dan di kota London besoknya."

Baca Juga: Jadwal Manggung Ditunda Gara-gara Virus Corona, Vokalis Band Ternama Indonesia Ini Nekat Balik ke Kampung Halaman, Kini Berstatus ODP Hingga Harus Jalani Prosedur Ini

Jones menambahkan, "tumpahan yang Anda mungkin miliki sebelumnya sekarang membesar berkali-kali lipat karena manusia jumlahnya sudah sangat banyak dan kita semua tersambung."

Dari ini dapat kita pelajari, kelelawar bukanlah hewan yang patut disalahkan.

Justru, dengan mempelajari pola loncatan virus ini dapat membantu kita mempelajari bagaimana menangani patogen ini.

Baca Juga: 3 ABK Diduga Positif Corona, KM Lambelu Dapat Peringatan Dilarang Bersandar ke Pelabuhan, Para Penumpang Nekat Terjun ke Laut karena Ketakutan

Penyakit dari virus corona ini bisa bertahan lebih lama, karena manusia semakin bertambah banyak dan menyebar ke tempat-tempat yang awalnya tidak terjamah manusia.

Mengubah perilaku manusia akan menjadi langkah lebih mudah daripada mengembangkan vaksin baru setiap kali ada penyakit baru dari suatu virus.

Pandemi corona adalah pertanda pertama yang sangat jelas, jika kerusakan lingkungan dapat membunuh manusia dengan cepat.

Hal ini juga bisa terulang lagi di kemudian hari, jika manusia tidak mengubah perilakunya.

Baca Juga: Sosok Ini Lantang Katakan Indonesia Bakal Dapat Bantuan Luar Biasa dari China, Keluarkan Prediksi Kapan Berakhirnya Pandemi Corona, Wabah Diterawang Bakal Berakhir Sebelum Vaksin Ditemukan

Jika merusak habitat alami adalah penyebab pandemi ini, maka perbaikan habitat alami adalah solusinya.

Pelajaran yang dapat kita ambil adalah kerusakan planet ini dapat juga berdampak sangat buruk kepada manusia, makhluk hidup yang merusak planet bumi.

"Sangat tidak diperbolehkan untuk menggunduli hutan menjadi lahan pertanian tanpa memahami dampaknya terhadap iklim, penyimpana karbon, gawat darurat penyakit dan risiko banjir," ujar Jones.

Baca Juga: Militer Siap Turun Tangan, KSAD Andika Perkasa Pimpin Sendiri Perang Melawan Corona, Sulap Tenda Jadi Ruang Isolasi di Lapangan RS TNI AD Sampai Datangkan Personil Khusus

"Anda tidak bisa melakukannya begitu saja tanpa memikirkan dampaknya ke manusia." (*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Kompas.com, Sosok.id