Pemerintah Disebut Jadi Sebab Utama Masker Jadi Mahal, Kebanyakan Ekspor ke China Sampai Lupa Jatah Negeri Sendiri, Semua Fakta Terbongkar Setelah Harga Kembali Normal

Kamis, 30 April 2020 | 05:13
Instagram/ @Ridwan Kamil

Industri Masker bedah di Bogor Bakal Genjot Produksi Masker Hingga 1 Juta Per Hari

Gridhot.ID - Di awal tahun sempat ada krisis di mana warga Indonesia harus mengalami kelangkaan masker.

Padahal virus corona baru saja mulai merebak di awal tahun tersebut.

Namun setelah semua berangsur normal, kini penyebab harga masker di Indonesia menjadi mahal terungkap.

Ternyata ini akibat ulah ekspor masker ke China akhir tahun 2019 lalu.

Baca Juga: 10 Tahun Adem Ayem Tanpa Ada Isu Keretakan Hubungan, Nia Ramadhani Akui Pisah Kamar dengan Sang Suami, Gara-gara Ini

Saat pandemi virus corona pertama kali di dunia, di China.

Hal itu terungkap setelah harga masker kembali menjadi normal di Indonesia.

"Udah banyak masker sekarang dan gak mahal lagi. Ini cuma 9000-an isi 5 pcs. Kemaren sekotak isi 50 dijual 350 ribu," tulis akun Twitter @ferdiriva dalam twitnya, Minggu (26/4/2020).

"W abis beli jugak 9.900 di Indomart," tulis akun @novembergurll pada Minggu, (26/4/2020).

Baca Juga: Hampir 2 Bulan Corona Menjadi Momok Bagi Warga Indonesia, Prabowo Subianto Ingatkan Bahayanya, Menteri Pertahanan: Ini Ancaman untuk Umat Manusia

Mengenai hal itu, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengungkapkan, normalnya harga masker dan hand sanitizer merupakan bentuk wujud demand (permintaan) dan supply (pasokan) yang sudah seimbang.

"Kalau harga fundamentalnya cuma lokal, kalau demand dan supply relatif sudah seimbang, maka harga akan kembali normal," ujar Enny saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).

Ia mengungkapkan, awal-awal harga masker mengalami lonjakan tinggi karena Pemerintah Indonesia mengekspor masker ke China di mana saat itu jumlah kasus infeksi virus corona mengalami peningkatan tajam.

Nah, saat pemerintah sibuk mengekspor masker, mereka lalai bahwa virus corona dapat masuk ke Indonesia.

Baca Juga: Susah ke Gym Gara-gara Wabah Corona, Rombongan Pria Kekar Ini Langsung Ngelamar Jadi Tukang Kupas Duren Agar Tak Bosan, Bukanya Sepi di Tengah Lockdown, Tokonya Malah Tambah Rame

Oleh karena itu, pasokan masker menjadi sedikit, sementara permintaan masker terus mengalami peningkatan.

Hal inilah yang menyebabkan harga masker di Indonesia melonjak naik.

"Tapi beriring dengan waktu, ada proses produksi pasokan menjadi meningkat lagi, jadi tidak hanya masker dalam kodisi normal, proses produksi juga membutuhkan waktu," terang Enny.

Menurutnya, kenormalan harga tidak hanya terjadi pada produk masker, namun produk-produk lain di mana permintaan dan adanya pasokan melimpah yang membuat harga turun.

Baca Juga: Dipersunting Mantan Kekasih Nafa Urbach, Lawan Main Sinetron Anjasmara Ini Pilih Tinggalkan Dunia Artis, Kini Sang Ratu Sinetron Era 90-an Miliki Rumah Mewah, Begini Potretnya

Selain itu, Enny mengungkapkan bahwa terjadinya kelangkaan masker yang sempat terjadi di Indonesia, dikarenakan tidak adanya "pengatur" saat kegiatan ekspor dilakukan.

"Coba kalau kita di awal ada yang mengatur, ada yang mengantisipasi kita ekspor maskernya, tidak ugal-ugalan begitu, tidak terjadi kekurangan stok pasokan," ujar Enny.

Selain itu, penurunan harga masker juga disebabkan oleh masyarakat saat ini telah menemukan alternatif dari kelangkaan masker bedah, yakni membuat masker kain.

Tak hanya pembuatan masker kain, pembuatan hand sanitizer sendiri dan beberapa sumbangan dari instansi atau lembaga yang memberikan produk secara suka rela di masyarakat yang membuat produk hand sanitizer tidak langka.

Baca Juga: Bikin Wali Kota Solo Geram, Pemilik Indekos yang Usir 3 Perawat Ngaku Sering Bertengkar dengan Suami, Siti Mutmainah: Sudah Berikan Pemahaman ke Bapak, Tapi Dia Takut

"Itu yang membuat pasokan kembali seimbang dan membuat harga normal kembali," lanjut dia.

Enny pun menyampaikan bahwa kenormalan harga masker dan hand sanitizer akan berlangsung lama jika pasokan masih terus bisa diproduksi.

"Selama pasokan ada dan masih bisa diproduksi, masalah harga ya masih seimbang," katanya lagi.

Sementara itu, hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah yakni pihak-pihak yang telah membantu memberikan jalan keluar bagi fenomena kelangkaan alat kesehatan.

Baca Juga: Dulu Waktu Bucin Diterima Apa Adanya, Wanita Ini Tiba-tiba Diputus Pacar Sendiri Gara-gara Dianggap Tak Rupawan, Ogah Galau Berkepanjangan, Langsung Ubah Penampilan Sampai 180 Derajat

Misalnya, di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang telah memproduksi alat bantu pernapasan atau ventilator yang mulai langka di Indonesia.

Alat ini mampu membantu gangguan pernapasan, terutama pada paru-paru, akibat terinfeksi virus corona dengan kondisi parah.

KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI
KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI

Dihari yang sama polisi berhasil menangkap para penimbun masker yang salah satunya adalah PNS rumah sakit.

"Mestinya yang begitu diberi insentif agar pasokan tidak terganggu. Anggaran pemerintah yang Rp 75 triliun itu tidak digunakan untuk impor-impor alkes justru ini kesempatan bahwa anggaran tersebut dapat dioptimalkan kepada public health untuk menggerakan ekonomi," kata Enny.

Selain itu, Enny mengungkapkan, beberapa produk yang perlu dioptimalkan yakni vitamin dan produk-produk yang meningkatkan imunitas tubuh, bisa juga dengan alat olahraga mandiri.

Baca Juga: Tabuh Genderang Perang di Tengah Wabah Virus Corona, Kapuspen TNI Siapkan Pasukan: Dampak Gejolak Sosial Bisa Mengarah ke Anarkis

Adapun alat olahraga yang dimaksud adalah alat yang dapat digunakan atau dimainkan oleh 2-3 orang saja, agar warga tidak perlu berkerumun untuk melakukannya.

"Contohnya raket, alat kesehatan ini bisa dikerjakan oleh 2-3 orang, justru alat olahraga yang mandiri itu lebih banyak permintaannya," lanjut dia.

Dengan anggapan banyaknya permintaan, hal ini dapat menjadi penggerak ekonomi.

Artikel ini telah tayang di Gridhealth dengan judul Penyebab Masker Mahal Terungkap Setelah Harganya Normal, Pemerintah Sibuk Ekspor ke China.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Gridhealth.id