Gridhot.ID - Setiap pasangan memiliki perjalanan cintanya masing-masing.
Kali ini ada sebuah kisah cinta yang melibatkan seorang pramugari dengan prajurit Kopassus (Komando Pasukan Khusus).
Perjalanan cinta pramugari dan anggota pasukan elite TNI akhirnya bisa berbuah manis
Adalah Hartini, seorang pramugari cantik yang memiliki pacar seorang anggota Kopassus (Komando Pasukan Khusus)
Dan tak ada yang menyangka, 20-an tahun kemudian Kopassus yang berpacaran dengan pramugari itu bisa menjadi Jendral TNI.
Cara pacaran mereka cukup unik, karena sang pria kerap menghilang tiba-tiba.
Perjalanan cinta Hartini dengan anggota pasukan elite TNI memang unik.
Cara berpacaran mereka berbeda dengan orang pada umumnya, karena sang pria merupakan anggota pasukan khusus.
Ini merupakan kisah romantis pria yang cinta Tanah Air, hingga hampir lupa untuk menikah ini.
Perjalanan cinta mereka pernah ini menjadi menjadi buah bibir banyak orang.
Setelah beberapa tahun pacaran, akhirnya mereka menikah.
Anggota Kopassus yang populer dipanggil Benny ini mengorbankan waktu bertemu orang-orang yang disayangi, demi menjalankan misi-misi berbahaya.
Dia adalah Leonardus Benyamin Benny Moerdani pernah menjabat Menteri Pertahanan / Panglima TNI (Panglima ABRI pada saat masa Orde Baru).
Lelaki fenomenal ini kenyang pengalaman.
Dia sudah menjadi prajurit RPKAD (sekarang Kopassus) sejak zaman Presiden Soekarno.
Bahkan, sebelumnya dia merupakan menjadi pejuang kemerdekaan melawan Belanda.
Benny dikenal sebagai prajurit pasukan tempur yang kenyang penugasan di berbagai medan laga. Selain itu, pernah dihantam berbagai isu.
Jenderal Leonardus Benyamin Benny Moerdani (1932-2004), semasa hidupnya dikenal sebagai tokoh intelijen RI yang mumpuni.
Benny 'kecantol' pramugari Garuda Indonesia
Kendati merupakan tentara yang gila bekerja dan penugasan, pada ‘usia normal’, saat masih berpangkat letnan dua (letda), Benny memiliki pacar bernama Hartini.
Hartini merupakan pramugari Garuda Indonesia.
Pangkat letda umumnya diperoleh anggota TNI setelah lulus pendidikan Akademi Militer (Taruna).
Karena kemudian bergabung dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan sekaligus merupakan personel intelijen andal, Benny Moedani kerap melaksanakan misi rahasia.
Misi itu tidak boleh diketahui siapapun, termasuk pacarnya sendiri, Hartini.
Ketika sedang mendapat tugas khusus, Benny tidak pernah pamit kepada Hartini. Dia langsung ‘menghilang’ begitu saja.
Meski menjalani pola berpacaran yang tidak normal, hubungan Benny dan Hartini tetap baik-baik saja, hingga usia pacaran mereka nyaris lewat delapan tahun.
Presiden Soekarno yang juga memiliki hubungan baik dan perhatian khusus kepada Benny, justru merasa tidak enak dengan pola pacaran Benny-Hartini.
Dia menilai waktu pacaran itu sudah terlalu lama. Bung Karno akhirnya memaksa Benny untuk segera menikah.
Itu dengan pertimbangan waktu pacaran Benny-Hartini sudah terlalu lama dan karier Benny di militer yang makin cemerlang.
Saat itu, Bung Karno mengatakan akan makin ideal apabila Benny memiliki seorang istri.
Akhirnya, Benny dan Hartini menikah di Jakarta pada 12 Desember 1964.
Menariknya, resepsi pernikahannya dirayakan Bung Karno di Istana Bogor.
Ketika sudah menikah, Benny yang makin disibukkan oleh misi rahasia sebagai pasukan komando dan personel intelijen, seperti dalam Operasi Trikora dan Operasi Dwikora, makin jarang di rumah.
Benny lebih banyak bekerja di luar kantor.
Ketika sedang di rumah dan kemudian mendapat tugas khusus, Benny juga tidak pernah pamit kepada Hartini akan pergi ke mana. Dia hanya mengatakan ‘akan ke luar kota’.
Tapi jika sudah ‘menghilang’ Benny bisa pergi selama berbulan-bulan dan ketika sudah pulang ke rumah, ia juga sama sekali tidak pernah mengatakan penugasannya kepada Hartini.
Pada 25 September 1965, Hartini melahirkan putrinya. Saat itu, Benny juga sedang melaksanakan tugas rahasia dan sama sekali tidak bisa dihubungi.
Karena merasa kebingungan memberi nama anaknya, lalu Hartini minta tolong Bung Karno memberikan nama.
Tapi, belakangan ketika Benny tiba-tiba muncul, nama pemberian Bung Karno itu lalu diubahnya.
Meskipun Benny gila kerja dan seperti tidak memperhatikan istrinya, namun setiap berangkat dari rumah, dia selalu membawa bekal makanan dari Hartini. Itu untuk menunjukkan sikap hormat kepada istrinya.
Misalnya saja, ketika Benny sedang menghadiri pesta jamuan makan. Bekal makanan dari Hartini di dalam rantang akan selalu dimakannya terlebih dahulu.
Demikian menghargainya Benny terhadap bekal makanan istrinya, sehingga dia sampai mengeluarkan aturan. Siapapun tidak boleh memotretnya saat sedang makan.
Jika sampai ada yang berani memotret meski tidak sengaja, Benny yang berwajah keras dan sangar itu pasti akan marah besar. (Sumber buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap, KPG-Tempo, 2015).
Catatan masa kecil Moerdani
Moerdani lahir di Cepu, Blora, Jawa Tengah, pada 2 Oktober 1932, dari pasangan RG. Moerdani Sosrodirjo, seorang pekerja kereta api, dan Eurasia Jeanne Roech. Dia merupakan anak ke-3 dari 11 bersaudara.
Ilustrasi pramugari Garuda Indonesia (isntagram/ajengnsf)
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada Oktober 1945 saat ketika berusia 13, Moerdani mengambil bagian dalam serangan terhadap markas Kempetai di Solo setelah Kempetai menolak untuk menyerah kepada pasukan Indonesia.
Ketika Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal ABRI dibentuk, Moerdani bergabung dengan Tentara Pelajar yang berada di bawah otoritas dari Brigade ABRI.
Dari brigade ini, Moerdani mengambil bagian dalam Revolusi Nasional Indonesia melawan Belanda, dia berpartisipasi dalam sebuah serangan umum yang sukses di Solo.
Setelah kemerdekaan Indonesia situasi berangsur aman, Moerdani mengambil kesempatan untuk menyelesaikan pendidikannya, lulus dari sekolah menengah pertama dan melanjutkan ke sekolah menengah atas. Sementara itu ia mengambil pekerjaan paruh-waktu untuk membantu pamannya menjual barang.
Pada 1951, Pemerintah Indonesia mulai melakukan demobilisasi, brigade Moerdani dianggap telah melakukan tugas cukup baik dan para prajuritnya terus bertugas dengan ABRI.
Moerdani, bersama dengan brigadenya terdaftar dalam Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD) dan mulai pelatihan pada Januari 1951. Pada saat yang sama, Moerdani juga mengambil bagian dalam Sekolah Pelatihan Infanteri (SPI).
Benny menyelesaikan pendidikan militer dari P3AD pada April 1952 dan dari SPI Mei 1952.
Benny Moerdani juga diberi pangkat pembantu letnan satu. Dua tahun kemudian, pada 1954, Moerdani menerima pangkat letnan dua dan ditempatkan di TT/III Siliwangi. (*)