Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Virus corona tidak pandang bulu dan dapat menyerang siapa saja.
Bahkan di usia rentang berapapun, virus yang bermula ini dapat menginfeksi.
Tak terkecuali bagi sosok Fabyan Devara, seorang remaja 16 tahun.
Baru-baru ini viral di jagat dunia Twitter mengenai kisah Fabyan Devara yang meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona atau Covid-19.
Cerita viral tersebut diunggah oleh akun Twitter @FloNadayang pada Selasa (28/4/2020) lalu di akun miliknya.
"Patah hati baca berita ini, Rest in Peace Fabyan Devara (emoji)," tulis akun @FloNadayang menyertai beberapa buah foto.
Dalam foto pertama, tampak sosok yang disebut sebagai Fabyan Devata tengah terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.
Berdasarkan unggahan tersebut, Fabyan Devara dikenal sebagai remaja yang sehat, enerjik, santun serta rajin beribadah sebelum masjid-masjid ditutub akibat pandemi global.
Bahkan setelah pemerintah memberi imbauan untuk melakukan isolasi mandiri dan melakukan kegiatan di rumah, Fabyan beserta keluarga juga melakukan hal tersebut.
Hingga suatu hari, pada akhir Maret lalu, Fabyan mengeluh merasakan tangannya kesemutan hingga kebas.
Dituliskan bahwa semakin hari, Fabyan mengeluh tangannya mati rasa.
Akibatnya, Fabyan kesulitan untuk menulis dan makan.
Oleh karena itu, untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya, Fabyan terkadang meminta bantuan dari adik atau ibundanya.
Sementara itu, ketika makan, keluarganya sering memergokinya menggunakan bantuan tangan kiri.
Sepekan setelah mengeluh tangannya kebas, Fabyan mulai memperlihatkan kebiasaan aneh.
Fabyan hanya tidur sepanjang hari dan terbangun hanya untuk sholat, makan, dan mandi.
Bahkan dalam kurun waktu 24jam sehari, Fabyan bisa menghabiskan waktu 20 hingga 23 jam dengan tidur.
Padahal, seperti diketahui sebelumnya, Fabyan dikenal sebagai remaja yang sehat dan enerjik.
Lantaran tengah dalam masa menjalani kebijakan pembatasan sosial berskala besar, keluarganya mengaku kesulitan mencari rumah sakit dengan praktek dokter saraf.
Hingga pada akhirnya mereka menemukan dokter saraf yang aktif di salah satu rumah sakit di Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Diagnosa awal sang dokter ialah terdapat masalah di otak kiri Fabyan.
Orang tuanya pun merasa cemas dengan keadaan Fabyan.
Mereka bolak-balik ke rumah sakit tersebut guna cek darah dan melakukan CT Scan meski Fabyan harus terduduk di kursi roda karena ia tak dapat lagi mengontrol rasa kantuknya.
Pada Senin (13/4/2020) Fabyan dan keluarga sempat merayakan hari ulang tahun ke-16 remaja tersebut.
Fabyan tampak bahagia, namun melihat kondisinya, ia tak lagi mampu berdiri.
Setelah pesta ulang tahunnya, Fabyan muntah-muntah setiap kali disuapi makanan.
Hingga akhirnya, keluarga memutuskan untuk membawanya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit terdekat di daerah Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Hasil tes darah dan CT Scan menunjukkan tidak ada masalah, namun dokter merujuk Fabyan ke Rumah Sakit Pusat Otak Nasional di bilangan Jakarta Timur.
Dokter di rumah sakit itu pun mendiagnosa Fabyan mengalami stroke, namun belum menemukan penyebabnya lantaran hasil cek lab terlihat normal.
Stroke pada remaja memang kasus langka, namun tidak menutup kemungkinan karena pernah ada kejadian yang sama.
Pada hari kelima Fabyan dirawat, kondisinya justru semakin memburuk.
Ia sama sekali tidak bangun dari tidurnya, bahkan tidak dapat merespon maupun berkomunikasi.
Lalu, ia mulai menunjukkan gejala batuk, suhu tubuh tinggi beberapa kali, dan mengalami kejang.
Berdasarkan tes thorax, Fabyan terindikasi terpapar virus corona sehingga ia harus dipindah ke ruang isolasi di lantai khusus pasien covid-19 untuk diambil sampel tes swab pada esok harinya.
Dengan berat hati, keluarga pun menandatangani protokol covid-19 yang memang harus dilakukan.
Pada hari keempat Fabyan di ruang isolasi, ia meninggal dunia, bertepatan dengan hari pertama Ramadhan, Jumat (24/4/2020) lalu.
Meski hasil tes swab belum keluar, namun dokter meyakini bahwa kematian Fabyan terjadi akibat virus corona.
Pasalnya kerusakan organ terjadi sangat masif dalam waktu singkat.
Meski Fabyan harus menjalani protokol covid-19, namun sang ayah rupanya masih sempat mengumandangkan azan di telinga Fabyan sebelum ia dibawa ke kamar jenazah.
Bahkan keluarga diberi kemudahan untuk menyolatkan jenazah sebelum dibawa oleh ambulans ke area pemakaman.
Diceritakan bahwa tak sedikit pihak keluarga yang berkesempatan untuk mengantarkan Fabyan ke peristiratahan terakhirnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon.
Hingga Kamis (30/4/2020) unggahan tersebut telah diretweet lebih dari 26 ribu kali dan disukai lebih dari 59 ribu kali.(*)