Find Us On Social Media :

Malah Sibuk Berantem dengan China, Amerika Serikat Ternyata Harus Gali Lubang Tutup Lubang Gara-gara Wabah Corona, Bakal Utang Rp 3 Triliun Demi Hindari Krisis Ekonomi Mengerikan

Hubungan China dan Amerika Serikat tambah panas oleh virus corona.

Gridhot.ID - Amerika Serikat memang kini sedang panas dikabarkan berkonflik dengan China. Bahkan ulahnya sampai buat China dalam kondisi siaga tempur tingkat tinggi.

Namun arogansi Amerika Serikat ternyata tak sehebat yang dikira.

Baca Juga: Anak Istrinya Sibuk Live Instagram Sendiri, Ganjar Pranowo Curhat Dicuekin, Netizen: Bapake Ora Diajak

Siapa sangka kalau negara tersebut kini sedang tersiksa dan terpaksa harus berutang banyak.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali akan berutang senilai US$ 3 triliun pada 2020. Mengutip BBC.com pada Selasa (5/5), utang ini akan digunakan untuk memenuhi ledakan kebutuhan anggaran penanggulangan corona termasuk pendanaan kesehatan dan paket kebijakan ekonomi.

Kongres AS juga telah menyetujui utang jumbo tersebut untuk dua bulan terakhir guna menghindarkan kepada dampak ekonomi dari krisis.

Baca Juga: Punya Mobil dengan Ketebalan Kaca Luar Biasa, Dokter Tirta Heran Ada yang Berhasil Mencuri Dokumennya dengan Modus Pecah Kaca: Alarm Nggak Bunyi, Ni Maling Sangat Ahli

Departemen Keuangan AS berencana mengeluarkan utang dalam jumlah besar untuk menutupi biaya-biaya ini. Padahal di sisi lain, pendapatan negara menurun.

Departemen Keuangan mengatakan pihaknya berencana untuk kembali berutang senilai US$ 677 miliar dari Juli hingga September.

Lonjakan besar dalam penerbitan utang dimaksudkan untuk menutupi biaya bantuan pemerintah untuk individu dan bisnis. Juga penangguhan pajak individu dan bisnis hingga Juli, dan peningkatan dalam asumsi saldo kas treasury pada akhir Juni.

Baca Juga: Modus Jualan Buku TOEFL dan IELTS, Alumni UII Terbukti Lakukan 30 Pelecehan Seksual Sampai Kunci Korban di Kosan, Pihak Kampus UII Dukung Soal Pelaporan Polisi

Paket-paket relaksasi Covid-19 terbaru diperkirakan bernilai sekitar 14% dari ekonomi negara itu.