Gridhot.ID - Wabah virus corona membuat para siswa harus belajar di rumah.
Namun sejumlah siswa di GunungKidul ini justru harus merasakan mengerjakan tugas di gunung.
Hal ini disebabkan karena di rumah sinyal seret hingga nyaris tak ada, sejumlah siswa di Gunungkidul terpaksa bolak-balik naik gunung untuk kirim tugas sekolah.
Ya, seperti yang kita ketahui, semenjak virus Corona merebak di Tanah Air, sistem belajar di rumah pun diberlakukan.
Pelajar setiap harinya harus melakukan proses belajar melalui daring atau online yang telah disiapkan oleh sekolah hingga pemerintah.
Melalui sistem ini, para pelajar diharapkan tidak perlu keluar rumah untuk sekolah dan memperbesar kemungkinan terpapar virus.
Meski sistem pembelajaran via online ini terdengar mulus tanpa masalah, rupanya masih banyak pelajar mengalami kesulitan.
Mulai dari tidak punya perangkat yang memadai hingga lokasi yang tidak terjangkau sinyal provider.
Hal-hal seperti ini yang membuat para guru dan siswa harus memutar otak untuk mencari cara bagaimana sistem pembelajaran tetap bisa dilakukan.
Seperti yang belum lama ini terjadi pada sejumlah siswa di daerah Gunungkidul, DIY Yogyakarta.
Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com dan Tribunnews, Rabu (6/5/2020) sebanyak 21 siswa di Gunungkidul, Yogyakarta terpaksa bolak-balik naik gunung demi kerjakan tugas sekolah.
Hal ini mereka lakukan lantaran dusun tempat tinggal mereka adalah salah satu daerah yang tidak terjangkau oleh sinyal provider di Tanah Air.
Mengutip Kompas.com, sebanyak 21 siswa tersebut adalah warga Dusun Petir B, Desa Petir, Gunungkidul, Yogyakarta.
Salah satu siswa bernama Alodia Daffa Sianta.
Setiap harinya semenjak pandemi virus Corona, demi mengerjakan tugas sekolah via daring, Alodia dan teman-temannya harus naik gunung guna berburu sinyal.
Kepala Dusun Petir B yang juga ayah Alodia, Warisna mengatakan materi dan tugas sekolah setiap hari disampaikan secara online.
Namun lantaran sinyal provider tidak menjangkau hingga dusun tempat tinggalnya, puluhan siswa harus naik Gunung Temulawak setiap kali hendak mengirim tugas.
Mengutip Tribunnews, setiap harinya puluhan anak-anak tersebut akan membawa buku-buku pelajaran mereka dan mendaki gunung bersama.
"Anak-anak menaiki Gunung Temulawak yang cukup tinggi.
Terletak di sebelah selatan dusun," kata Warisna, saat dihubungi awak media.
Untuk mencapai kaki bukit, Alodia dan teman-temannya harus berjalan kaki selama kurang lebih 20 menit.
Itu belum ketambahan waktu mendaki yang dibutuhkan anak-anak untuk mencapai lokasi.
Melansir Tribunnews dan Kompas.com, Kades Desa Petir, Sarju mengatakan bahwa desanya memang terletak di daerah yang sulit dijangkau sinyal.
Pasalnya, Desa Petir terletak di perbukitan Karst sehingga hal ini diduga membuar adanya beberapa blank spot sinyal.
Salah satu wilayah yang blank spot sinyal adalah Dusun Petir B, tempat tinggal Alodia dan teman-temannya.
Lokasi blank spot sinyal ini membuat sinyal seluler menjadi buruk atau seret.
Mengutip Kompas.com, Sarju mengungkap sampai saat ini belum ada penyedia jasa seluler yang beroperasi di wilayahnya.
Akibatnya, setiap ada tugas, puluhan anak harus menyusuri jalan setapak ke atas bukit untuk mendapatkan sinyal yang bagus agar bisa tetap belajar.
"Siswa harus naik bukit yang tinggi agar memperoleh sinyal,” katanya, saat dihubungi wartawan melalui sambungan telepon, Selasa (5/5/2020).
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Jaringan di Rumah Seretnya Minta Ampun, Puluhan Siswa di Gunungkidul Bolak-Balik Naik Gunung Berburu Sinyal untuk Kerjakan Tugas Sekolah.
(*)