Gridhot.ID - Wabah virus corona membuat pemerintah harus menjalankan rapid test kepada masyarakatnya siapapun itu.
Rapid test corona merupakan salah satu metode skrining awal yang banyak digunakan saat ini untuk mendeteksi virus corona (Covid-19) dalam tubuh.
Namun baru-baru ini Ketua DPRD Kabupaten Garut, Euis Ida ramai diperbincangkan lantaran menolak mengikuti rapid test tersebut.
Lantaran rapid test yang dimiliki Dinas Kesehatan Garut di Gedung DPRD Garut dinilai kualitasnya 'jelek'.
Hal ini berdasarkan penilaian Euis terhadap beberapa hasil rapid test yang hasilnya ternyata berbeda-beda setiap mereknya.
Dilansir dari TribunCirebon (15/5/2020), Euis telah mengobservasi tujuh orang yang melakukan rapid test di Lapangan Setda Garut pada Selasa (12/5/2020) dan menunjukkan hasil reaktif.
Namun sehari kemudian, ketujuhnya dinyatakan nonreaktif saat menjalani tes ulang dengan rapid test merk lainnya.
"Kalau ada yang mau (rapid test) silakan saja. Ibu mah enggak. Mau alat (rapid test yang bagus dan akurat," kata Euis, Jumat (15/5/2020).
Alat rapid test yang dipakai saat ini, dituding Euis banyak bermasalah. Akibatnya menimbulkan keresahan di masyarakat.
"Maunya alat yang bagus. Yang kemarin itu jelek. Makanya ibu enggak (ikut rapid test)," ujarnya.
Ia khawatir pikirannya jadi terbebani saat menggunakan alat rapid test tersebut. Euis juga meminta Pemkab Garut untuk menarik semua alat rapid test yang ada saat ini.
"Alat yang ada tarik dulu. Ganti dengan yang baru. Jangan nakut-nakutin masyarakat dan buat resah," katanya.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengakui bahwa alat rapid test yang ada memang tak sepenuhnya 100 % akurat.
"Memang seperti itu, hari ini reaktif tapi saat dites dengan alat lain jadi nonreaktif. Kenyataannya seperti itu dan terjadi di beberapa tempat," kata Helmi.
Helmi telah mempertanyakan hasil rapid test yang tak sesuai itu. Rapid test itu menggunakan merk Viva Diag yang berasal dari Cina.
Pengadaan alat tersebut berdasarkan rekomendasi dari gugus tugas pusat.
Terkait permintaan Ketua DPRD Garut yang meminta alat rapid test diganti, Helmi menyetujuinya. Namun rapid test merk Viva Diag itu tetap bisa digunakan.
"Nanti pembandingnya bisa pakai merk yang lain. Tapi harus hati-hati pakainya. Rapid test ini kan penjaringan awal," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Maskut Farid, menyebut, rapid test merk Viva Diag memang banyak dikeluhkan. Banyak hasil yang tak sesuai seperti terjadi Setda dan Kecamatan Selaawi.
"Yang tadinya reaktif, setelah dicek dengan merek lain non-reaktif," ucap Maskut.
Namun bukan berarti kesalahan tersebut, karena kesalahan merk alat rapid test. Sebab dalam pemeriksaan anti bodi ini, ada alat yang sangat sensitif terhadap virus-virus yang lain.
"Jadi kalau Reaktif itu bisa saja karena pernah ada demam berdarahnya, atau ada flunya. Jadi data yang ada kira-kira 50 % lah tingkat akurasinya. Jadi yang reaktif atau nonreaktif, masih belum pastibmana yang benar. Makanya harus tunggu hasil swabnya," ujarnya
Diketahui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Garut menggunakan dua merek rapid test. Pihaknya membeli alat berdasarkan rekomendasi dari Gugus Tugas Nasional.
"Kira-kira ada 20 yang masuk rekomendasi. Masalahnya, Viva Diag ini termasuk direkomendasikan, jadi ini artinya kita tidak bisa mengatakan ini benar, ini yang salah," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di Gridhealth dengan judul Alat Buatan China Kualitasnya 'Jelek', Ketua DPRD Garut Tolak Ikut Rapid Test, Wakil Bupati Mengakuinya.
(*)