Grid Hot - Seputar peristiwa terkini

Ngambek-ngambekan, China Gembor-gembor Amerika Serikat Nunggak Iuran PBB Hingga Rp 29 Triliun, Gelombang Permusuhan Kian Tinggi

Minggu, 17 Mei 2020 | 07:13
Grid Networks Konferensi PBB
Kompas.com

Konferensi PBB

Gridhot.ID - Gelombang permusuhan antara China dengan Amerika Serikat sepertinya kian meninggi seiriing waktu.

Hal itu terlihat dari laporan China terkait PBB akhir-akhir ini.

China menyerukan kepada semua negara anggota PBB untuk "secara aktif memenuhi kewajiban keuangan mereka kepada organisasi ini", dan menekankan bahwa Amerika Serikat (AS) berutang kepada PBB lebih dari US$ 2 miliar.

Baca Juga: Turut Cicipi Kerasnya Ibu Kota Bersama Sang Maestro, Untung Blangkon Kisahkan Kenangannya Lihat Almarhum Didi Kempot Rela Ngamen untuk Makan Bersama: Ingat Dulu Sedihnya Luar Biasa

"Pada 14 Mei, total yang belum dibayar di bawah anggaran rutin dan anggaran pemeliharaan perdamaian PBB masing-masing mencapai US$ 1,63 miliar dan US$ 2,14 miliar dolar AS," kata China dalam pernyataan yang mereka rilis Jumat (15/5).

China mengutip angka utang negara-negara anggota lembaga yang bermarkas di New York, AS, tersebut dari laporan kantor Sekretaris Jenderal PBB dan pertemuan yang organisasi itu adakan pada Kamis (14/5).

Kewajiban tersebut termasuk tunggakan dalam beberapa tahun terakhir. "Amerika Serikat adalah debitur terbesar, masing-masing masing-masing memiliki US$ 1,165 miliar dan US$ 1,332 miliar," ungkap China seperti dikutip Channelnewsasia.com.

Baca Juga: Jadi Presiden Perdamaian Dunia, Sosok Ini Minta PSBB Dilonggarkan dan Jamin Keselamatan Jokowi: Kalau Ada yang Mengganggu, Saya Akan Melindungi Kalian

AS adalah kontributor terbesar untuk anggaran PBB, membayar 22% dari biaya operasional tahunan organisasi itu mencapai US$ 3 miliar, dan 25% dari operasi pemeliharaan perdamaian US$ 6 miliar per tahun.

Secara resmi, AS membayar 27,89% dari anggaran pemeliharaan perdamaian PBB. Tapi, Kongres memutuskan dan Presiden Donald Trump pada 2017 melaksanakan pemotongan menjadi 25% atau berkurang US$ 200 juta.

AS memiliki tahun fiskal yang berjalan mulai Oktober hingga Oktober, yang bisa membuat negeri uak Sam tampak seperti debitur yang bahkan lebih besar pada waktu-waktu tertentu dalam setahun.

Baca Juga: Peneliti Dunia Sampai Heran, Pasien Positif Corona di Indonesia Justru Alami Gejala Baru yang Sangat Aneh, Begini Penjelasannya

Melansir Channelnewsasia.com, Perwakilan AS di PBB menepis seruan Beijing tersebut dengan mengatakan, "China ingin mengalihkan perhatian dari upaya menutup-nutupi dan salah urus krisis Covid-19, dan ini adalah contoh lain".

"Amerika Serikat baru-baru ini melakukan pembayaran US$ 726 juta untuk pemeliharaan perdamaian PBB, dan akan membayar sebagian besar kewajibannya pada akhir tahun fiskal," kata Perwakilan AS di PBB.

Total tunggakan pemeliharaan perdamaian AS mencapai US$ 888 juta. Tapi, "Sekitar dua pertiga dari jumlah ini adalah hasil pembayaran dengan tingkat 25% dari 2017 hingga sekarang," ujar Perwakilan AS di PBB.

Baca Juga: Sudah Sangar Dianggap Berhasil Tangani Wabah Corona, China Ketahuan Tutupi Jumlah Pasien Sebenarnya, Data Ini Buktikan Ada Lebih dari Setengah Juta Kasus di Negeri Panda

Dalam sebuah laporan pada 11 Mei, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan, "mungkin ada penundaan misi perdamaian yang signifikan menjelang pertengahan tahun, kecuali posisi uang tunai di berbagai misi meningkat secara signifikan".

Pada Kamis (14/5), China menyebutkan, sekitar 50 dari 193 negara anggota termasuk Tiongkok membayar kontribusi mereka sepenuhnya.

China adalah kontributor terbesar kedua di belakang Amerika Serikat.

Baca Juga: Istrinya Dihujat Satu Indonesia Gara-gara Ogah Pakai Masker dan Entengkan Corona, Suami Youtuber Indira Kalistha Pasang Badan: Banyak Orang Bilang Kamu Bodoh, Aku Nggak Percaya

Cina membayar sekitar 12% dari biaya operasional PBB dan sebesar 15 persen dari anggaran pemeliharaan perdamaian organisasi itu.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Kian memanas, China sebut AS punya utang iuran ke PBB US$ 2 miliar.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber kontan