Gridhot.ID - Menjadi seorang tentara bukanlah pilihan yang mudah.
Berhadapan dengan kondisi peperangan sudah merupakan makanan sehari-hari.
Seperti kisah almarhum prajurit TNI AD ini.
Seorang prajurit TNI gugur saat bertugas jalankan misi perdamaian di Kongo, Afrika.
Ia adalah Serma Rama Wahyudi.
Serma Rama Wahyudi diserang saat berada sekitar 20 kilometer dari Kota Beni, Provinsi Kivu Utara, Senin (22/6/2020), pukul 17.30 waktu setempat.
Sebelum kejadian, Serma Rama Wahyudi sempat menghubungi istrinya dan janjikan satu hal.
Namun, janji itu tak pernah terwujud.
Suasana duka menyelimuti rumah mertua Serma Rama Wahyudi di Jalan Garuda Sakti, Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (24/6/2020).
Melansir dari Kompas.com ( grup TribunJatim.com ), Serma Rama Wahyudi merupakan prajurit TNI Angkatan Darat dari Detasemen Peralatan (Denpal) 1/4 Pekanbaru.
Serma Rama Wahudi gugur saat menjalankan misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo.
Sejumlah karangan bunga dukacita tampak berderet di pinggir jalan depan rumahnya.
Ucapan belasungkawa mengalir mulai dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Pangdam I/Bukit Barisan, Komandan Korem 031/Wira Bima, Komandan Kodim 0313/Kampar Letkol Inf Aidil Amin dan yang lainnya.
Istri almarhum Wahyudi, Anita (36) terlihat sedang duduk di sofa depan rumah.
Anita sambil mengenakan mukena ditemani beberapa keluarganya.
Air mata berlinang di wajah Anita.
Dia teramat sedih dengan kepergian suami tercinta.
Sesekali ia mengusap air matanya dan berusaha untuk tegar menghadapi musibah itu.
Ia pun bersedia diwawancarai Kompas.com yang datang ke rumah duka, Rabu siang.
Telepon Terakhir dan 1 Janji
Anita menceritakan, sebelum mendapat kabar suaminya meninggal, ia sempat bertelepon via video call.
"Senin malam itu kami video call sebelum pukul 22.00 WIB. Sebelum tidur, saya sama anak-anak pasti video call dulu. Biasa tanya kabar dan sebagainya," kata Anita.
Pada saat video call, menurut Anita, suaminya sedang berada di dalam mobil dan sedang menempuh perjalanan.
Suaminya kemudian menutup video call dan berjanji akan disambung lagi setelah sampai di markas.
"Setelah itu enggak ada telpon lagi. Paginya dapat kabar, orang staf (TNI) datang kasih tahu kejadian itu. Pas saya tanya kronologi, katanya dihadang pas pulang itu," sebut Anita.
Serma Rama Wahyudi Berencana Pulang pada September 2020
Dia mengatakan, suaminya sudah enam bulan berada di Kongo.
Apabila tidak ada halangan, sebut Anita, sang suami rencananya akan pulang kampung pada September 2020 mendatang.
"Katanya kemarin bulan delapan (Agustus) mau pulang, tapi karena Covid-19 tak bisa. Jadi bulan sembilan ambil cuti gelombang kedua. Saya bilang bisa pulang ya, dijawabnya iya. Kalau bisa pulang, pulang lah dulu," tutur Anita.
"Rupanya Allah berkehendak lain ya. Pulangnya lebih cepat," kata Anita sambil menangis.
Anita dan Wahyudi memiliki tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki.
Anak pertama kelas II SD, anak kedua masih TK dan yang terakhir masih berusia 4 tahun.
Mereka selama ini tinggal di rumah orang tuanya di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung.
Sedangkan rumah mereka masih dalam tahap pembangunan.
"Rumah kami sedang di bangun di kilometer 2 di Jalan Garuda Sakti ini juga. Rencananya kalau dia udah pulang kita bangun rumah lagi," ucap Anita.
Menurut Anita, suaminya akan berulang tahun di usia yang ke-37 pada Juli 2020 mendatang.
Komandan Korem (Danrem) 031/ Wira Bima Brigjen TNI Syech Ismed mengatakan, kepulangan jenazah menunggu pengurusan dari PBB terlebih dahulu. Menurut dia, dalam beberapa hari ke depan jenazah akan tiba di Pekanbaru.
"Nanti akan dimakamkan di TMP (Taman Makam Pahlawan) Pekanbaru. Dia adalah pahlawan karena gugur dalam bertugas," sebut Ismed.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul "Telepon Terakhir Prajurit TNI sebelum Gugur di Kongo, Istri Nangis Ingat Janji: Pulang Lebih Cepat"