GridHot.ID - Sebuah kapal bermuatan 94 orang etnis Rohingnya terdampar di lepas pantai Seunuddon, Aceh Utara, Rabu (24/6/2020).
Jika dulu disambut sukacita, sekarang, kedatangan etnis Rohingnya itu disambut pro dan kontra.
Sikap pro dan kontra warga Aceh terhadap kedatangan para pengungsi Rohingnya itu tergambar dari komentar warganet pada siaran langsung yang dilakukan serambinews.com melalui akun Facebook, Kamis (25/6/2020).
Selidik punya selidik, ternyata banyak warganet yang sebenarnya tidak setuju dengan kedatangan 94 orang etnis Rohingnya ke daratan Aceh.
"Awak nyan hanjeut tinggai di bumoe aceh. Hrus di pulangkan ke asal nya,
(Orang itu- merujuk etnis Rohingya- tidak boleh tinggal di bumi Aceh. Harus dipulangkan ke daerah asalnya)," tulis pemilik akun Tarmizi.
"Tatulong awak nyan lage tapeutungoh lumoe dalam Mon, lhu tatulong di pok tuh, lage kejadian di malya, gara-gara awak nyan kamoe hanjut kerja le,
(Kita tolong orang itu seperti kita tolong lembu/sapi dalam sumur, waktu kita udah tolong di seruduk kita. Seperti kejadian di Malaysia, gegara orang itu - merujuk etnis Rohingya- kami-kami tidak bisa kerja lagi),"timpal Putra Pedrro.
"Awak Aceh menyoe bak but tulong gop, Kop galak. Tanyoe ipeugot ke budak teuh. Yang kalheuh ile tahun yang ka ulikot,
(Orang Aceh kalau masalah tolong-menolong cukup suka. Kita dibuat seperti budak. Yang sudah dululah tahun yang lalu)," tulis Anisa Atim.
Seorang pengguna Facebook bernama Safar Manaf tampak menanyakan asalan yang membuat etnis Rohingnya melarikan diri dari negaranya.
"Kenapa mereka terusir dari negaranya? Itu harus kita pertanyakan. Bisa jadi mereka memang bibit masalah," tanyanya.
Kemudian pengguna Facebook bernama Furkan Anatami menceritakan perilaku etis Rohingya yang pernah mengungsi di daerahnya yang berada di Langsa, beberapa tahun lalu.
"Kalo gak tau gmn kelakuan org rohingya, jgn sibuk nyuruh nolong sesama. Knp saya bisa ngomong gni, krn mreka dulu pernah terdampar dan ngungsi di daerah saya di langsa. Di ksh hati tp minta yg laen," tuturnya.
Sebagain warga yang setuju dengan kedatangan etis Rohingnya, umumnya mengatakan bahwa sesama saudara se-muslim wajib hukumnya untuk saling tolong menolong.
"Bek pike ke mangat prut droe manteng. Asai se agama wajib tatulong. Pu lomnya katrep terombang ambing. Wate komen bena tata krama dan kalen dile,
(Jangan pikir enak diperut sendiri aja. Asal se agama wajib kita tolong. Apalagi mereka sudah lama terombang-ambing. Ketika berkomentar pakai tata krama dan lihat-lihat dulu),"kata Muslem SPd.
"Asai ureung agama Islam wajeb tatulong,karna sm2 muslim mantong na rasa syedara,
(Asal dia Agama Islam, wajib kita tolong. Karena sesama muslim ada rasa ikatan persaudaraan),"kata Nafi.
"Bek broek akai tanyoe ...dum bangsa geutayoe di tuloeng lee gop ...bantu urueng geutuloeng tanyoe lee allah,
(Jangan buruk perangai kita, semua negara menolong kita. Kalau kita bantu orang, Allah akan menolong kita),"ujar Harapan Bahgia.
"2004 pasca gempa tsunami Aceh tanyoe ditulong le donya luar. Harus kita akui byk saudara2 kita yg tinggal dirmh bantuan org lain. Hari ini apa salah nya membantu org lain yg jelas2 Islam,
(Tahun 2004 pasca gempa-Tsunami Aceh, kita di tolong sama negara luar. Harus kita akui bahwa banyak saudara-saudara kita yang tinggal dirumah bantuan. Hari ini apa salahnya kita membantu orang lain yang jelas-jelas orang Islam),"kata Ahyar Muhammad Alamsyah.
Sebagaimana diketahui, kapal imigran Rohingnya ditemukan terdampar di perairan Seunuddon, Kecamatan Seunudon, Aceh Utara, Rabu (24/6/2020).
Kapal mereka ditemukan oleh nelayan Aceh Utara dengan jarak lebih kurang empat mil dari pesisir pantai, dalam kondisi rusak.
Selanjutnya para imigran dievakuasi ke kapal nelayan Aceh Utara tersebut.
Tidak lama kemudian, boat yang sudah dipenuhi imigran Rohingyaya dibawa ke tepi laut Pantai Lancok Aceh Utara.
Dari 94 Rohingya tersebut, 15 laki-laki, 49 perempuan, 30 orang anak-anak.
Diturunkan di Bawah Hujan Petir
Berbeda dengan sikap warganet yang diwarnai pro kontra, para warga di lokasi pantai sekitar terdamparnya para "manusia perahu ini" di Aceh Utara, malah kompak untuk menurunkan imigran Rohingya dari kapal mereka yang hampir tenggelam.
Di bawah hujan dan petir, warga menurunkan satu-persatu imigran Rohingya.
Mereka mendahulukan anak-anak, wanita, dilanjutkan laki-laki dewasa.
Para imigran ini disambut haru.
Aksi warga ini dilakukan setelah sebelumnya kapal yang ditumpangi imigran sempat ditarik menjauh dari tepi pantai oleh petugas.
Keputusan itu sempat diprotes bahkan beberapa warga menangis, kasihan melihat kondisi imigran.
Dari Pantai Lancok, para imigran Rohingya ini kemudian dipindahkan ke bekas kantor Imigrasi Lhokseumawe, di Kawasan Punteut, Kecamatan Bang Mangat, Lhokseumawe.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul "Berbeda dari Biasanya, Pengungsi Rohingya yang Terdampar di Aceh Kali Ini Disambut Pro-Kontra"
(*)