Gridhot.ID- Konflik Iran dan Amerika serikan kembali memanas.
Semenjak kematian Jenderal Qassem Solemani, ternyata Iran masih belum bisa memaafkan Amerika Serikat.
Bahkan ara pejabat Iran telah melancarkan penyerbuan di Baghdad selatan.
Mustafa al-Kadhimi, Perdana Menteri Irak telah menyatakan keinginannya untuk lebih keras terhadap kelompok-kelompok milisi yang menargetkan instalasi AS.
Melansir Express.co.uk, Jumat (26/6/2020), beberapa serangan di dekat kedutaan AS di Baghdad dan instalasi AS lainnya telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Seorang juru bicara koalisi pimpinan-AS di Irak membantah para komandan diserahkan kepada militer AS, yang mereka klaim tidak berperan dalam serangan itu.
Seorang pejabat Irak mengatakan sedikitnya 20 pejuang ditahan dalam serangan itu.
Ketegangan antara AS dan Iran telah tinggi dalam beberapa bulan terakhir, setelah kematian Qassem Soleimani.
Hal itu memicu kekhawatiran dunia akan terjadinya Perang Dunia III.
Pada bulan Januari, serangan yang dilakukan AS membunuh Jenderal Iran Qassem Soleimani di Irak.
Sementara itu, Kata'ib Hezbollah, salah satu milisi paling kuat di Irak telah menentang pencalonan Kadhimi sebagai Perdana Menteri Irak.
Dalam sebuah pernyataan, bulan lalu mereka mengatakan, ”Selama masa-masa sensitif yang kita alami, saudara-saudara dalam politik yang membawa Mustafa al-Kadhimi menjadi perdana menteri ditunjuk harus tahu sebelum terlambat bahwa pria itu tidak bertanggung jawab pada yang telah diberikan kepadanya dan dia masih dituduh melakukan kejahatan yang belum dibebaskan darinya.”
Kelompok itu menuduh Kadhimi memfasilitasi operasi yang mengakibatkan kematian Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis.
Menurut Guardian, Kadhimi telah mengatur pertemuan untuk meyakinkan kelompok itu bahwa dia tidak memainkan peran dalam operasi tersebut.
Tapi, telah diklaim Kadhimi membiarkan kemungkinan pejabat Dinas Intelijen Nasional Irak melakukan kontak dengan mata-mata AS.
Seorang pejabat mengklaim: "Perjanjian informal adalah bahwa mereka tidak akan menghentikannya dari mendapatkan tugas, tetapi akan terus berbicara menentangnya."
Kadhimi diperkirakan telah didukung oleh AS dan Arab Saudi untuk mendapatkan posisinya.
Sebelum Kadhimi dilantik oleh Majelis Nasional, Irak telah melalui enam bulan tanpa Perdana Menteri.
Adel Abdul Mahdi mengundurkan diri pada November setelah berminggu-minggu protes keras.
Rakyat Irak menuntut pekerjaan, diakhirinya korupsi dan layanan publik yang lebih baik.
Pada saat pengunduran diri Adbul Mahdi, sudah ada 400 kematian.(*)
Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Dulu Sempat Geger Perang Dunia III Iran-AS, Kabar Terbarunya, Konflik Keduanya Berlanjut Lagi, Iran Belum Melupakan Kematian Qassem Soleimani"