Makin Bar-bar di Laut China Selatan, Tiongkok Kepergok Bangun Waduk Air Tawar di Pulau Buatan Beijing, Pembuatannya Lebih Cepat dari Dugaan Lantaran Hal Ini

Selasa, 30 Juni 2020 | 19:13
INQUIRER.net

Kepulauan Spratly dengan sistem senjata yang telah China bangun

Gridhot.ID-Ilmuwan Chinamenemukan waduk air tawar di bawah Fiery Cross Reef.

Waduk itu muncul di bawah salah satu pulau buatan Beijing yang kontroversial di Laut China Selatan.

Fiery Cross Reef atau dikenal sebagai Yongshu di China sepertinya mulai mengembang dalam laju tercepatnya.

Baca Juga: Beijing Makin Semena-mena di Laut China Selatan, Para Pemimpin ASEAN Geram Tiongkok Terus-terusan Bikin Ulah, Filipina dan Vietnam Paling Vokal

Waduk tersebut diestimasi membesar dalam laju terbesar 1 meter per tahunnya.

Percepatan laju tumbuhnya Fiery Cross Reef terjadi 2 kali lebih cepat dari observasi pada pulau buatan yang terbentuk secara alami.

Tidak mengejutkan jika waduk air tawar yang mirip terbentuk juga di bawah pulau buatan sepanjang Kepulauan Spratly.

Baca Juga: Di Tengah Ketegangan Virus Corona Menyerang Dunia, China Justru Diam-diam Perkuat Cengkeramannya di Laut China Selatan, Dirikan 2 Distrik Baru di Perairan Bersengketa

Waduk air tawar ini memiliki beberapa keuntungan untuk ekosistem laut.

Antara lain menyediakan sumber air tawar untuk ekosistem dan habitat lokal.

Kepulauan Spratly adalah wilayah pulau buatan yang telah lama menjadi sengketa antara Beijing dan negara-negara di perairan Laut China Selatan.

Aktivitas Beijing membangun pulau buatan selama lebih dari 6 tahun di Laut China Selatan telah membuat geram negara yang bersinggungan dan menarik perhatian Amerika Serikat.

Kepulauan Spratly diklaim oleh China, Vietnam dan Filipina.

Baca Juga: Maruk Bukan Main, Tak Hanya Akuisisi Wilayah Laut China Selatan, China Ngotot Klaim Kawasan Kutub Utara Dengan Segala Sumber Dayanya

Sejak gugus karang kecil muncul ke permukaan laut, China mulai membangun di gugus karang tersebut.

Pembangunan tersebut dimulai sejak tahun 2015, dari yang berupa gugus karang kecil menjadi pulau 10 kali lebih besar.

Kini, pulau itu dilengkapi dengan peluncur misil dan pangkalan udara.

Lembaga think tank di Washington, Pusat Studi Strategi Internasional menyebut pulau itu pangkalan udara buatan paling canggih di Laut China Selatan.

Pulau buatan itu juga mendapat hujan yang sangat banyak.

Studi sebutkan curah hujan setahun senilai 3000 mm (118 inchi) di karang tersebut.

SCMP

gambar satelit munculnya waduk air tawar di Fiery Cross Reef

Sebagian besar air hujan tersebut terserap ke bawah tanah melalui pasir dan debu, tetapi masih ada genangan air tawar mengapung di atas air laut.

Baca Juga: Wilayahnya Berulang Kali Diprovokasi, Vietnam dan Filipina Akhirnya Mulai Besar Nyali Lawan China, Ini yang Mereka Rencanakan

Hal ini bisa terjadi karena air laut memiliki massa lebih besar dari air tawar dan berat jenisnya juga lebih besar.

Fenomena ini dikenal dengan nama "lensa air tawar" secara alami membutuhkan waktu 150 tahun untuk terbentuk menjadi bentuk yang stabil di pulau buatan natural.

Namun di Fiery Cross Reef, sepertinya pembentukannya terjadi jauh lebih cepat.

Berdasarkan data dari pengamatan seluruh pulau tersebut, tim geologis laut dipimpin oleh Xu Hehua temukan pembentukan lensa air tawar di Fiery Cross Reef hanya berlangsung 2 tahun sejak reklamasi lahan dilakukan.

Tahun ini lensa air tawar tersebut diukur sedalam 7 meter, dan diprediksi tahun 2035 mendatang akan membesar menjadi sedalam 15 meter.

Satu-satunya penjelasan masuk akal bagi kondisi ini adalah reklamasi lahan yang mempercepat proses tersebut.

Lima tahun lalu, China telah mengirim kapal keruk dan crane untuk membangun di atas gugus karang.

Baca Juga: Cium Pergeseran Wilayah Konflik China VS Amerika, TNI AL Kirim 4 KRI ke Laut Natuna, Pangkoarmada I: Berpotensi ke Perairan Indonesia

SCMP

Proses alami terbentuknya waduk air tawar di sekitar pulau buatan

Mereka mengeruk pasir dari laguna dangkal dan memompanya ke gugus karang untuk membentuk pulau buatan 5 meter di atas permukaan laut.

"Proses ini sangat mirip dengan pembentukan pulau karang alami, yang biasanya bergantung dengan badai atau ombak tidal untuk membawa puing karang sehingga bisa membentuk pulau," tulis Xu dalam jurnal yang diterbitkan di Journal of Hydrology.

"Reklamasi lahan telah mempercepat proses ini."

Ilmuwan temukan bahwa level air tawar berubah akibat cuaca ekstrim seperti topan, yang membawa air asin membanjiri pulau tersebut.

Namun berdasarkan model komputer mereka, air tawar di Fiery Cross Reef dapat menjadi stabil setidaknya hanya dalam kurun waktu 15 tahun.

Adanya waduk air tawar tersebut tidak hanya penting bagi manusia di pulau tersebut, tetapi juga bagi ekosistem.

Pasalnya, sudah pasti banyak tanaman dan hewan bergantung dengan air tawar untuk tetap bertahan hidup.

Saat ini, warga yang tinggal di pulau tersebut menggantungkan kebutuhan air mereka dari desalinasi air laut, dan air tawar sangat kurang.

Meski dianggap bisa stabil dengan cepat, profesor hidrogeologi di Hohai University, Nanjing, Lu Chunhui mengatakan waduk seperti itu dapat rapuh.

Baca Juga: Lama Dipendam Baru Ketahuan, Tiongkok Sudah Incar Laut China Selatan Sejak 2010, Orang Dalam Bocorkan Strategi Negeri Tirai Bambu Kuasai Lautan Sengketa, Indonesia Patut Waspada

Serta, pembentukannya yang sangat cepat dapat menyebabkan air laut mencemari waduk tersebut.

Ia juga sebutkan bisa diestimasi berapa banyak air tawar dapat diekstrak tanpa merusak sumber daya alam tersebut.

Namun hal tersebut memerlukan jangkauan data yang luas seperti catatan cuaca dan survei geologi.

Teknisi kelautan telah mengajukan cara-cara untuk menghentikan intrusi air laut ke pulau tersebut, termasuk dengan membangun dinding.

"Teknologi tersebut bekerja tidak hanya di pulau terpencil tetapi juga di kota pesisir dengan masalah air seperti Singapura dan Hong Kong," ujar Lu.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul: "Aktivitas Baru di Laut China Selatan, Foto Satelit Ini Temukan Waduk Air Tawar di Salah Satu Pulau Buatan Beijing Padahal Perlu Ratusan Tahun untuk Membentuknya: 'Pembuatannya Lebih Cepat dari Dugaan Awal'."

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber Intisari Online