Ironis! Inilah Kehidupan Orang Korowai Pedalaman Papua di Tengah Emas yang Berlimpah,Susah Dapat Logistik hingga Rela Tukar Emas dengan Mi Instan

Jumat, 03 Juli 2020 | 14:13
Kolase Kompas.com - Sajian Sedap

Tempuh Pedalaman Pegunungan Bintang Papua Harus Pakai Helikopter, Sampai-Sampai Harga Mi Instan Setara Emas dan Beras 10 Kilogram Dihargai Rp 2 Juta!

Gridhot.ID - Siapa sangka, daerah di Indonesia ini memiliki harga jual beras dan mi instan fantastis.

Bukan tanpa alasan, daerah pegunungan yang berada di pedalaman ini memiliki akses yang sulit.

Hal ini mengakibatkan harga logistik pangan pun melonjak.

Baca Juga: Kalo Jodoh Emang Gak Kemana, Kerap Tampil Laiknya Pria, Transformasi Mempelai Wanita Ini Bikin Pangling di Hari Pernikahannya

Harga satu karung berukuran di 10 kilogram di kawasan tambang emas tradisional di Korowai, tepatnya di Maining 33, Distrik Kawinggon, Kabupaten Pegunungan Bintang mencapai Rp 2 juta.

Tak hanya beras. Harga satu kardus mi instan dijual seharga Rp 1 juta.

Bahkan ada satu kardus mi instan ditukar dengan emas dua gram.

Baca Juga: Ada yang Nawar Sampai Rp 100 Juta, Baju Batik Parang Nogo Milik Mantan Rival Anies Baswedan Ini Simpan Banyak Kenangan, Ahok Bongkar Keistimewaannya

"Mi instan satu karton kalau ditukar dengan emas itu, dua gram, satu karton Rp 1 juta, satu bungkus Rp 25.000," kata salah satu pengelola Koperasi Kawe Senggaup Maining Hengki Yaluwo di Korowai, Rabu (01/07).

" Beras 10 kilogram itu emas empat gram, kalau dibeli dengan uang, satu karung itu harganya Rp 2 juta," kata dia.

Selain bahan makanan pokok, harga bahan lain juga cukup tinggi. Satu ikan kaleng berukuran besar dijual seharga Rp 150.000.

Sedangkan untuk ponsel dibanderol seharga 10 gram sampai 25 gram emas.

Wilayah Korowai, Kabupaten Pegunungan Bintang masuk kawasan terisolir dan tertinggal.

Baca Juga: Daratan Afrika Ikut-ikutan Memanas, Mesir Bakal Hukum Negara Ini Karena Ketahuan Nyolong Aliran Sungai Nil untuk Pembangkit Listrik, Presiden Al Sisi: Bersiaplah, untuk Misi Tempur di Perbatasan!

Kawasan Korowai sendiri diapit lima kabupaten, yakni Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yakuhimo, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digooel, dan Kabupaten Mappi.

Walapun diapit lima kabupaten, kawasan tersebut belum pernah tersentuh pembangunan Untuk menjangkau wilayah tersebut, warga harus menggunakan helikopter dari Kabupaten Boven Digoel.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan menggunakan long boat dari Boven Digoel selama satu hari dan berjalan kaki selama dua hari menuju kawasan tambang Korowai.

Baca Juga: Polos Tak Berdosa, Sosok Ini Berani Terang-terangan Tanya ke Basuki Tjahaja Purnama Padahal Dikerubungi Banyak Orang: Kenapa Pak Ahok Galak?

Wilayah Korowai diapit lima kabupaten, yakni Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yakuhimo, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digooel, dan Kabupaten Mappi.

Ben Yarik salah satu pemilik dusun Kali Dairam Korowai di Maining 33, mengatakan, suku Korowai adalah penghuni asli kawasan itu.

"Bertahun-tahun pemerintah tidak pernah membangun Korowai, Tuhan yang memberikan hasil emas bagi kami, sehingga kami bisa menambang dan membantu kami," kata Ben.

Ben mengatakan, tambang emas tradisional adlah salah satu mata pencaharian masyarakat setempat.

Baca Juga: Lagi Sayang-sayangnya, Ashanty Kalang Kabut Salah Satu Ikan Cupangnya Mati, Istri Anang Hermansyah Langsung Marah ke ART: Jangan Bohong!

Ia berharap pemerintah tak menutup penambangan tradisional itu karena kawasan tambang tradisional itu menghidupi ekonomi masyarakat sekitar.

"Kasihan ini, banyak masyarakat tidak lagi diperhatikan dan terus tertinggal. Selagi masih ada emas yang menjamin," ujarnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Di Pedalaman Pegunungan Bintang Papua, Beras 10 Kilogram Dijual Rp 2 Juta dan Mi Instan Ditukar Emas"

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com