Beri Terobosan Baru untuk Redam Covid-19, Kalung Anti Corona Ciptaan Kementan Justru Undang Kontroversi, Ketua PDPOTJI: Produknya Belum Lolos Uji

Selasa, 07 Juli 2020 | 16:25
Freepik

Eucalyptus

Gridhot.ID- Berbagai cara dilakukan untuk mencegah penularan virus corona.

Seperti imbauan menggunakan masker dan social distancing. Namun, cara yang baru-baru ini dicetuskan, yaitu melalui produk kalung anti corona, menuai kehebohan.

Produk kalung anti corona berbahan eucalyptus tersebut dikeluarkan olehKementerian Pertanian (Kementan) dan diklaim mampu mengatasi virus corona.

Baca Juga: Dengar Isak Tangis Orang Tua Soal PPDB DKI Jakarta, Hotman Paris Kritisi Kebijakan Nadiem Makarim, Sang Pengacara: Tolong Pikirkan Lagi, Aku Tahu Kamu Orang Hebat yang Aku Kenal Sejak Kecil

Kementerian Pertanian optimis eucalyptus yang dibuat dengan teknologi nano ini mampu mengatasi virus corona karena mengandung senyawa eucalyptol.

Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry mengatakan, penelitian menunjukkan eucalyptol ini berpotensi mengikat protein Mpro sehingga menghambat replikasi virus.

"Manfaat tersebut dapat terjadi karena 1,8 cineol dari eucalyptus disebut eucalyptol dapat berinteraksi dengan transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran pernapasan,” jelas Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry dalam keterangan yang diterima Kompas.com Sabtu (4/7/2020).

Baca Juga: Sambil Bercucuran Air Mata, Ruben Onsu Bongkar Sifat Asli Betrand Peto Saat Keinginannya Tak Dipenuhi, Suami Sarwendah: Ada Satu Kalimat yang di Luar Pemikiran Saya

Lantas apa sebenarnya senyawa eucalyptol yang ada dalam kandungan eucalyptus ini?

Mengenal eucalyptol

Eucalyptol merupakan monoterpen yang ditemukan secara alami pada banyak tanaman aromatik.

Melansir dari Chemical Book, nama eucalyptol merujuk dari keberadaannya dalam minyak esensial Eucalyptus globulus dan Melaleuca leucadendron L. Pada tanaman seperti minyak kayu putih, eucalyptol menjadi komponen utama di mana 85 persennya merupakan senyawa tersebut.

Eucalyptus polibrac, juga dilaporkan mengandung hingga 91 persen eucalyptol.

Baca Juga: Sesenggukan Habis Kecelakaan, Sopir Ini Nangis Ketakutan Lihat Truk yang Dikemudikan Tumpahkan Muatan, Tak Disangka Justru Begini Respon Juragannya

Eucalyptol merupakan cairan tak berwarna dengan bau khas dengan rasa segar dan menyengat yang secara eksklusif diperoleh dengan cara isolasi minyak esensial.

Beberapa tanaman lain juga dilaporkan memiliki kandungan ini di antaranya adalah rosemary, daun laurel, clary sage, mur, kapulaga, adas manis bintang, lavender, dan peppermint.

Melansir dari Foodb, eucalyptol diberi status GRAS (Umumnya diakui aman) oleh Asosiasi Produsen Rasa dan Ekstrak (FEMA) pada tahun 1965.

Baca Juga: Keberadaan Ayah Nagita Slavina Sempat Jadi Tanya, Gideon Tengker Akhirnya Injakkan Kaki di Andara Demi Rafathar, Gaya Rocker Mertua Raffi Ahmad Jadi Sorotan, Netizen: Opa Gaul!

Eucalyptol memiliki struktur kimia C10H18O dan memiliki nama IUPAC 1,3,3-trimethyl-2-oxabicyclo [2.2.2] oktan.

Eucalyptol memiliki beberapa penyebutan sebagaimana dikutip dari Drugs.com di antaranya Eucalyptolum (Latin), Cineol (Jerman), Cinéole (Prancis) serta Cajeputol.

Penggunaan Medis Melansir dari Buku 'Medical Toxicology of Natural Substances' terbitan John Wiley & Sons, INC penggunaan minyak eucalyptus yang di dalamnya mengandung eucalyptol telah digunakan sejak lama oleh Suku aborigin Australia serta suku asli Brazil.

Mereka menggunakannya untuk mengatasi masalah pada infeksi saluran pernapasan atas, asma, penyakit karena virus, demam dan infeksi bronkial.

Penggunaan juga ditujukan untuk seseorang yang mengalami diare, sakit gigi, gigitan ular dan lesi pada kulit.

Baca Juga: Muak dengan Kelakuan China yang Ingin Kuasai Dunia, Negara-negara Ini Siap Perang Lawan Negeri Panda

Eucalyptol telah disetujui US Food and Drug Administration (FDA) sebagai bahan tambahan makanan.

Eucalyptol juga digunakan sebagai komponen mouthwash seperti pada produk Listerine.

Di Jerman, eucalyptol dilisensikan sebagai produk obat dengan nama Soledum dalam bentuk kapsul dan obat luar yang diindikasikan untuk pengobatan bronchitis, sinusitis dan permasalahan pernapasan.

Baca Juga: Gonjang-ganjing Retaknya Pernikahan Ririn Dwi Ariyanti, Sang Artis Kepergok Lenyapkan Nama Sang Suami di Instagram, Benarkan Rumah Tangga Aldi Bragi Diambang Perceraian?

Dalam sebuah studi uji klinis kecil eucalyptol juga disebut memiliki fungsi mukolitik (pengencer dahak) dan anti inflamasi.

Kalung anti corona

Kalung anti corona produksi Kementan menuai sejumlah kontroversi.

Beberapa pakar menilai produk kalung anti virus corona ini perlu diuji lebih lanjut.

"Kalung itu belum diujikan pada manusia, jadi tidak ada bukti virus apapun bisa mati kalau dipakaikan kalung itu. Mungkin virus yang menempel di kalung akan mati, tapi virus yang jaraknya 1-2 meter dari badan kita, bagaimana?," papar Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR dr Inggrid Tania MSI sebagaimana dikutip dari Kompas.com (4/7/2020).

Ia juga mengatakan eucalyptus perlu diuji sebagai antivirus dengan uji in vitro dan in vivo pada hewan terhadap virus SARS-CoV-2 baru kemudian manusia.

Baca Juga: Mulai Buka Hati dengan Harapan Dipinang Tahun 2020, Wika Salim Buat Pengakuan Soal Hubungannya dengan Ariel Noah: Oke Lah

Ia mengatakan tahapan penelitian yang dilakukan Kementan baru tahap molecular docking dan in vitro.

Molecular docking berarti berdasarkan bioinformatika yakni simulasi mencocokkan 1,8 cineol dengan protein virus corona.

"Penelitian kementan ini baru diujikan sampai tahap in vitro pada virus influenza, beta corona dan gamma corona. Belum diuji spesifik terhadap virusnya Covid-19, yakni SARS-CoV-2," kata dr Inggrid.

Baca Juga: Perceraian Laudya Cynthia Bella Belum Sah Secara Negara, Begini Penjelasan Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Adakah Kesempatan Rujuk dengan Engku Emran?

Meski demikian, pihaknya mengaku mendukung pengembangan eucalyptus sehubungan dengan Covid-19.

Apalagi minyak ini secara pengalaman empirik telah digunakan sejak zaman nenek moyang untuk mengatasi keluhan terkait masalah pernapasan.

Sehingga menurutnya dapat dipakai untuk mengurangi keparahan dari gejala gangguan sistem pernapasan pasien Covid-19.

Kementan sendiri saat dihubungi Kompas.com Sabtu (4/7/2020) mengatakan meski telah menggunakan produk ini nantinya masyarakat tetap perlu mematuhi protokol kesehatan termasuk menggunakan masker.

“Tetap harus pakai masker dan menjalankan protokoler Covid-19,” kata Fadjry.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Eucalytol yang Diklaim Mampu Atasi Virus Corona oleh Kementan"

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com