Find Us On Social Media :

Kerja di Laboratorium Rujukan WHO, Ahli Virologi Ini Terpaksa Kabur dari China Demi Bongkar Bobroknya Pemerintah Tiongkok, Fakta Ini Buktikan Negeri Panda yang Bertanggung Jawab dengan Wabah di Bumi

Ahli virologi China

Gridhot.ID - China memang menjadi sorotan sejak awal wabah virus corona menyebar luas.

Pemerintah China selama ini dituding menutupi kasus wabah virus corona hingga seorang ahli virologi Tiongkok membenarkan kabar itu.

Dilansir dari Daily Mail, Li Meng Yan mengatakan dipaksa melarikan diri dari Hongkong.

Imunologi di Hong Kong School of Public Health itu mengatakan sebelum virus corona diklaim Beijing sudah tahu.

Baca Juga: 1.262 Anak Buahnya di Secapa Terinfeksi Corona, KSAD Andika Perkasa: Positif Itu Diagnosa, Tapi Realita Mereka Tidak Merasakan Apa-apa!

Selama wawancara dengan Fox News, dia juga mengatakan bahwa supervisor-nya mengabaikan penelitian yang dilakukannya sejak awal wabah, yang akhirnya menyebabkan pandemi global Covid-19.

Dia yakin bahwa penelitiannya mengenai virus corona itu dapat menyelamatkan nyawa, dan telah mempertaruhkan nyawanya dengan melarikan diri ke AS untuk berbagi kisahnya, mengingat bahwa dia mungkin tidak akan pernah bisa kembali ke Hong Kong.

Sebagai laboratorium rujukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berspesialisasi dalam virus dan pandemi influenza, ia juga percaya bahwa ia dan rekan-rekannya memiliki kewajiban untuk memberi tahu dunia tentang penelitiannya, tetapi tidak ada tindakan yang diambil.

Yan mengatakan dia adalah salah satu ilmuwan pertama yang mempelajari virus corona yang kemudian dikenal sebagai Covid-19, dan mengklaim pada akhir Desember 2019 dia diminta oleh supervisor-nya di Universitas, Dr. Leo Poon, untuk melihat keanehan sekelompok kasus mirip SARS di daratan China.

Baca Juga: Biasa Urus Senjata Militer dan Pertahanan Negara, Prabowo Subianto Kini Dapat Titah Baru dari Jokowi, Kawal Produksi Gabah 148 Juta Ton di Food Estate, Beratkah Tugas Teranyar Menhan?

"Pemerintah China menolak untuk membiarkan para ahli luar negeri, termasuk yang ada di Hong Kong, melakukan penelitian di China," katanya kepada Fox News.

"Jadi saya menghubungi teman-teman saya untuk mendapatkan informasi lebih lanjut."