Gridhot.ID - China belakangan ini sedang memiliki konflik dengan beberapa negara besar di Dunia.
Konflik ini dimulai semenjak tersebarnya virus Covid-19 yang disinyalir datang dari China.
Di tengah pandemi yang sedang mengguncang dunia, China justru kerap membuat klaim teritorial di Sekitar Laut China Selatan.
Hal inilah yang membuat geram banyak negara salah satunya Jepang.
Tinjauan pertahanan tahunan Jepang menuduh China mendorong klaim teritorialnya di tengah pandemi virus corona baru.
Tokyo juga mencurigai Beijing menyebarkan propaganda dan disinformasi karena memberikan bantuan medis kepada negara-negara yang memerangi COVID-19.
"China terus berupaya mengubah status quo di Laut China Timur dan Laut China Selatan," kata Jepang dalam buku putih pertahanan yang mendapat persetujuan Pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe, Selasa (14/7), seperti dikutip Reuters.
Buku putih pertahanan tersebut menggambarkan intrusi tanpa henti di perairan sekitar gugusan pulau yang diklaim oleh kedua negara di Laut China Timur, yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China.
Di Laut China Selatan, Jepang menyebutkan, Beijing menegaskan klaim teritorial dengan mendirikan distrik administratif di sekitar pulau-pulau yang disengketakan, yang memaksa negara-negara yang terganggu oleh wabah virus corona untuk merespons.
Kritik Jepang terhadap China menggemakan komentar serupa yang Amerika Serikat (AS) buat, dan muncul ketika ketegangan di wilayah itu meningkat ketika Beijing dan Washington melakukan latihan militer terpisah di Laut China Selatan yang kaya sumber daya dan saat hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia memburuk.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Senin (13/7) menolak klaim China untuk sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan, dengan mengatakan Beijing "benar-benar melanggar hukum".
Ancaman jangka panjang dan lebih serius
Beijing menegaskan, keberadaannya di jalur perdagangan global senilai US$ 3 triliun per tahun tersebut untuk tujuan damai.
Jepang melihat China sebagai ancaman jangka panjang dan lebih serius dari Korea Utara yang bersenjata nuklir.
Beijing sekarang menghabiskan empat kali lebih banyak dari Tokyo untuk pertahanan karena membangun militer modern besar.
Tinjauan pertahanan Jepang juga mengklaim China tampaknya bertanggungjawab atas "propaganda" dan "disinformasi" di tengah "ketidakpastian sosial dan kebingungan" yang disebabkan oleh wabah virus corona.
Kekeliruan informasi seperti itu termasuk klaim bahwa virus corona dibawa ke China oleh anggota militer AS, atau obat herbal China bisa mengobati COVID-19, kata seorang pejabat Kementerian Pertahanan Jepang pada suatu taklimat di buku putih tersebut.
Menurut Buku putih pertahanan itu, ancaman lain yang Jepang hadapi termasuk pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik Korea Utara yang sedang berlangsung.
Juga, kebangkitan aktivitas militer oleh Rusia di langit dan perairan Jepang, kadang-kadang dalam latihan bersama dengan China.(*)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Jepang: Ancaman China lebih serius dari Korea Utara yang bersenjata nuklir"