Berantem Sendiri Adu Mulut Layaknya Bayi Belum Nalar, Amerika Serikat dan China Malah Gunakan Myanmar Sebagai Medan Perang Barunya, Sejarawan Sampai Tepok Jidat Lihat Kelakuan Keduanya

Senin, 20 Juli 2020 | 12:13
https://www.maxpixel.net/

Pagoda di Myanmar

Gridhot.ID - China dan Amerika Serikat memang sudah layaknya kakak adik yang bertengkar memperebutkan mainan.

Keduanya saling adu mulut melalui pihaknya masing-masing menunjukkan siapa yang paling benar.

Kedutaan Besar China untuk Myanmar pada Minggu (19/7) menuduh Amerika Serikat (AS) "mengolesi" Myanmar dengan sangat kejam dan mendorong negara-negara di Asia Tenggara ke dalam masalah Laut Cina Selatan dan Hong Kong.

Menanggapi klaim AS bahwa Beijing merongrong kedaulatan tetangganya, Kedutaan Besar China mengatakan, agen-agen AS di luar negeri melakukan "hal-hal menjijikkan" untuk menahan China serta telah menunjukkan wajah "egois, munafik, hina, dan jelek".

Baca Juga: Putra Jokowi Bakal Lawan Kotak Kosong, Sosok Ini Sebut Tak Ada Parpol yang Berani Melawan Gibran di Pilkada Solo: Jika Semua Merapat ke PDIP, Maka Akan Menjadi Musibah Politik

AS pekan lalu mengeraskan posisinya di Laut China Selatan dengan menyatakan, mereka akan mendukung negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang menantang klaim Beijing atas sekitar 90% jalur air strategis tersebut .

Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (18/7), Kedutaan Besar AS untuk Myanmar menyebut tindakan China di Laut China Selatan dan Hong Kong sebagai bagian dari "pola yang lebih besar untuk melemahkan kedaulatan tetangganya".

Pernyataan AS itu menyamakan antara tindakan China di Laut China Selatan dan Hong Kong dengan proyek investasi besar-besaran Tiongkok di Myanmar yang Washington peringatkan bisa menjadi perangkap utang.

Juga, dengan perdagangan perempuan dari Myanmar ke China sebagai pengantin dan obat-obatan dari China yang masuk ke Myanmar.

Baca Juga: Berjuang Habis-habisan Hingga Rela Jual 2 Rumah Demi Pengobatan Sang Putri di Singapura, Denada Tolak Bantuan Rp 100 Juta dari Baim Wong, Sang Penyanyi: Tidak Sampai Hatiku Menerima Uang Itu

"Inilah bagaimana kedaulatan modern sering hilang. Bukan melalui aksi nyata dan terbuka, tetapi lewat kaskade yang lebih kecil yang mengarah pada erosi lambat seiring berjalannya waktu," kata Kedutaan Besar AS seperti dikutip Reuters.

China pun merespons dengan mengatakan, pernyataan itu menunjukkan sikap "anggur asam" AS terhadap "hubungan China-Myanmar yang berkembang".

Sebagai jembatan antara daratan China dan Teluk Benggala

Dan, China menyatakan, pernyataan tersebut merupakan "lelucon lain dalam tur global oleh pihak berwenang AS untuk mengalihkan perhatian pada masalah-masalah domestik dan mencari keegoisan keuntungan politik".

Baca Juga: Teka-teki Kematian Yodi Prabowo Belum Terpecahkan, Polisi Tambah Bingung Saat Periksa Rekaman CCTV Sekita TKP, Videonya Terhapus Hingga Helaian Rambut Ditemukan

"AS pertama-tama harus melihat ke cermin untuk melihat, apakah masih terlihat seperti negara besar sekarang," ujar Kedutaan Besar China seperti diklansir Reuters.

Myanmar semakin menjadi medan pertempuran bagi pengaruh AS dan China sejak hubungan antara pemerintah yang dipimpin oleh pemenang Nobel Aung San Suu Kyi dan Barat menjadi tegang karena perlakuannya terhadap minoritas Muslim Rohingya.

Penulis dan sejarawan Myanmar Thant Myint-U mengatakan kepada Reuters melalui e-mail, meskipun negara itu memiliki nilai ekonomi yang bisa para pesaing abaikan, kepentingan strategisnya sebagai jembatan antara daratan China dan Teluk Benggala sulit untuk dikesampingkan.

"Naluri Myanmar sejak kemerdekaan pada 1948 adalah berusaha berteman dengan semua orang, tetapi tidak jelas, apakah itu akan tetap mungkin, dalam periode persaingan adikuasa (AS dan China) yang semakin meningkat," katanya.

Baca Juga: Restui Salmafina Pacaran dengan Bule, Sunan Kalijaga Bakal Beri Kekasih Putrinya 3 Hadiah Mewah Ini, Sang Pengacara Ajukan Satu Hal Sebagai Syarat

"Beratnya revolusi industri raksasa China sudah mengubah Myanmar. Jika proyek infrastruktur multi-miliar dollar ditambahkan sebagai campuran, perbatasan antara kedua negara (China-Myanmar) akan menjadi semakin sulit dilihat," ujar Thant.

"Penting untuk diingat, Myanmar adalah salah satu dari sedikit negara di dunia, di mana Perang Dingin terakhir menyebabkan pertempuran bersenjata proksi yang pada gilirannya menyebabkan kediktatoran militer dan dekade isolasi diri," imbuh dia.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Myanmar jadi medan pertempuran baru AS dengan China.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber kontan