Nyalinya Gede Saat Tindas China Buat Caper ke ASEAN, Amerika Serikat Bungkam Tak Berkutik Jika Berhadapan dengan Rusia, 2 Nuklir Milik Putin Ini Jadi Pembungkam Kaki Tangan Donald Trump

Jumat, 24 Juli 2020 | 15:25
Navyrecognition

Nuklir terkejam Rusia

Gridhot.ID - Amerika Serikat memang sangat berani untuk menantang China dalam konflik Laut China Selatan.

Konflik tersebut memang hingga detik ini belum mendingin sama sekali.

Namun nyali Amerika Serikat nyatanya langsung ciut jika harus menghadapi Rusia.

Dua senjata Rusia yang menggendong hulu ledak nuklir inilah yang membuat Amerika Serikat (AS) gentar.

Baca Juga: Khusyuk Pimpin Doa Selepas Salat Isya Berjamaah, Seorang Imam Masjid Tiba-tiba Diserang dari Ruang Pengurus, Polisi Sebut Pelaku dan Korban Saling Kenal

Kedua senjata itu adalah Burevestnik dan Poseidon.

Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) untuk Kontrol Senjata mengatakan, Rusia harus berhenti mengembangkan apa yang ia yakini sebagai rudal jelajah bertenaga dan berhulu ledak nuklir yang berbahaya.

Burevestnik, yang NATO sebut sebagai SSC-X-9 Skyfall, diyakini telah meledak selama tes peluncur roket rahasia di laut di Rusia Utara pada Agustus tahun lalu dan menewaskan lima ilmuwan.

Media Rusia menggambarkan Burevestnik, yang oleh Presiden Vladimir Putin katakan tidak terbatas jangkauannya dan mampu menghindari perisai rudal AS, sebagai "Chernobyl kecil terbang".

Baca Juga: Makin Panas! Usai Layangkan Sindiran untuk Lesti Kejora, Anak Iis Dahlia Kini Kepergok Unfollow Mantan Rizki D'Academy, Padahal Dulu Berteman Dekat

Marshall Billingslea, Utusan Khusus Presiden AS untuk Kontrol Senjata, menyatakan, sangat jelas, rudal Rusia tersebut adalah pemborosan dana yang sangat besar.

Dan, Moskow harus "berhenti dan meninggalkan ide-ide yang mengganggu kestabilan".

"Kami terus terang tidak berpikir senjata ini harus ada sama sekali," kata Billingslea di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, Selasa (21/7), seperti dikutip The Moscow Times.

Menurut dia, negosiasi pengendalian senjata AS-Rusia akan mencakup beberapa senjata nuklir dan hipersonik yang Putin sebutkan menjelang pemilihannya kembali pada 2018 lalu.

Baca Juga: Terbakar Emosi, Ruben Onsu Bentak-bentak Cinta Kuya yang Prank Betrand Peto, Suami Sarwendah: Kamu Diajarin Enggak Sih Sama Orang Tua Kamu?

Tapi, ia menekankan, Rusia harus memasukkan Burevestnik.

Poseidon, senjata hari kiamat

“Mengapa Anda memiliki rudal jelajah bertenaga nuklir dan berhulu ledak nuklir? Itu tidak lebih dari Chernobyl terbang,” sebut Billingslea.

“Pikirkan saja radioaktif yang akan dihasilkannya saat ia berputar (terbang). Tidak ada argumen yang baik dan logika untuk memiliki sistem kiamat semacam ini," ujarnya.

Baca Juga: Cinta Jessica Iskandar Bertepuk Sebelah Tangan, Mbak You Sebut Richard Kyle Tak Ada Niat Nikahi Kekasihnya, Sang Paranormal: Ada Something Lah

Dalam kicauan di Twitter pada awal Juli lalu, Billingslea mengatakan, AS melihat Burevestnik dan "drone hari kiamat" Poseidon sebagai "konsep mengerikan" yang harus Rusia tangguhkan.

Poseidon adalah salah satu dari enam senjata nuklir strategis baru negeri beruang merah. Kapal selam tak berawak tersebut juga bertenaga dan membawa hulu ledak nuklir.

Rusia membuat drone berbentuk seperti torpedo raksasa untuk membawa hulu ledak nuklir seberat hingga dua megaton. Analis senjata menyebutnya sebagai "senjata nuklir hari kiamat".

Mendapat dukungan reaktor nuklir kecil, Poseidon memiliki jangkauan 10.000 kilometer untuk mengarungi lautan dunia.

Baca Juga: Bela Pelakor, Bapak di Jakarta Timur Justru Gebukin Anak Kandung Sampai Berdarah, Putrinya Hanya Bisa Menangis Saat Direkam Warga

Meluncur dari Laut Barents atau perairan lain di Kutub Utara, drone bawah air tersebut bisa melintasi Atlantik Utara.

Hanya, tak lama setelah kecelakaan mematikan saat uji coba Burevestnik pada Agustus 2019 lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan, AS memiliki rudal "serupa tapi lebih canggih.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Ini dua senjata nuklir Rusia yang bikin Amerika Serikat gentar.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber kontan