Dijuluki Kolonial ' Borneo Barbaric', Tradisi Perkawinan Suku Dayak Ini Buat Bikin Penjajah batal Lakukan Invansi, Pilih Mundur Atau Tengkorak Kepala Melayang

Senin, 27 Juli 2020 | 07:42
Ancient Origins

Kisah Suku Pemburu Kepala di Kalimantan, Memenggal Kepala Dipercaya Jadikan Mereka Kuat

Gridhot.ID- Kalimantan adalah salah satu pulau di Indonesia yang dikenal memiliki sejarah ekstrem suku didalamnya.

Salah satu yang kerap terngiang di pikiran orang adalah soal kanibalisme dan tradisi pemotongan kepala

Beberapa suku-suku di Kalimantan yang memotong kepala korban mereka dan melestarikannya sebagai piala atau untuk tujuan ritual.

Baca Juga: Taklukan Konstantinopel Demi Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid, Kekaisaran Ottoman Nyatanya Simpan Catatan Kelam, Culik dan Perbudak 2000 Wanita untuk Jadi Harem Istana, Ini Sederet Fakta Lainnya

Dilansir dariThe Culture Trip, pemburu kepala di Kalimantan aktif hingga sekitar satu abad yang lalu.

Berbagai suku, termasuk Iban Sarawak, Saburut Murut dan Kadazan-Dusun membawa ketakutan kepada penjajah Inggris awal.

Hal itu membuat Inggris menjuluki Kalimantan sebagai tanah 'Borneo Barbaric.'

Baca Juga: Anaknya Curhat Dipukul dan Dicakar Ayahnya Hingga Viral, Pak Kombes yang Diduga Ketahuan Selingkuh Laporkan Putrinya Sendiri dengan Alasan Digigit, Begini Penjelasan Polri

Mereka mengumpulkan kepala prajurit musuh untuk dibawa pulang sebagai piala atau sebagai bukti kemenangan mereka.

Atau ada juga yang harus membunuh dan membawa tengkorak itu kembali ke desa untuk izin menikah atau maskawin.

Terlepas dari motifnya, praktik perburuan kepala di Kalimantan telah membangkitkan minat dan menanamkan rasa takut pada orang luar selama beberapa generasi.

Iban

National Museum of World Cultures
National Museum of World Cultures

Pemburu kepala membawa kembali tengkorak sebagai tanda kemenangan atau sebagai izin untuk menikahi seseorang

Dalam budaya Iban, perburuan kepala adalah tanda kejantanan.

Suku Iban percaya bahwa memotong kepala dapat memberi mereka roh yang membuatnya lebih kuat.

Larangan yang diterapkan oleh Sir James Brooke dari Inggris pada tahun 1800 menghambat praktik tersebut.

Baca Juga: Blak-blakan Batal Nikah dengan Richard Kyle, Jessica Iskandar Ngaku ke Maia Estianty: Kalau Beloon Enggak Bun!

Tapi tradisi kunodihidupkan kembali selama pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II dan upaya Indonesia gagal untuk menyerang Sarawak pada 1960-an.

Saat ini, sejumlah kecil pria Iban tua memiliki garis berlekuk di punggung tangan mereka.

Ini menunjukkan bahwa mereka telah membunuh dan memotong kepala seseorang sebelumnya.

Baca Juga: Yodi Prabowo Terlanjur Bunuh Diri Stres Diduga Miliki Penyakit Kelamin, Polisi Ungkap Hasil Tes Sang Editor Metro TV Ternyata Negatif HIV: Ada yang Lain Positif

Murut

Suku Murut ditakuti di seluruh Kalimantan karena praktik perburuan kepala.

Sementara Iban memutuskan kepala untuk 'trofi', masyarakat dan budaya Murut jauh lebih brutal dan kejam.

Seorang pemuda yang gagal mengumpulkan setidaknya dua kepala hanya akan menerima sedikit rasa hormat.

Sebelum menikah, pria harus memenggal setidaknya satu kepala atau akan dikucilkan.

Kadazan-Dusun

National Geographic

Tengkorak

Bagi Kadazan-Dusun, pemenggalan kepala memiliki fungsi spiritual.

Anggota suku ini percaya bahwa tubuh memiliki beberapa roh yang berangkat ke Gunung Kinabalusegera setelah kematian.

Seorang prajurit muda Kadazan-Dusun perlu memenggal kepala saat korban masih hidup untuk melestarikan semangatnya.

Baca Juga: Tak Sedikitpun Beri Napas Bagi Musuh, Israel Membabi Buta Serang Suriah dengan Helikopter dan Rudal Anti-tank, Markas Rusak Parah Sampai Timbulkan Kebakaran Hutan, Ratusan Serangan Ternyata Masih Disimpan

Seorang kepala dari mayat yang jiwanya sudah pergi tidak ada artinya dalam pandangan mereka.

Masyarakat mengadakan upacara khusus untuk menenangkan jiwa kepala.

Mereka percaya jika mereka menjaga semangat itu, maka akan melindungi desa mereka dari bencana.

(*)

Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Kisah Bengis Suku Pemburu Kepala di Kalimantan, Jadikan Kepala Sebagai Mas Kawin: Kepala dari Mayat yang Hiwanya Sudah Pergi Tak Artinya Bagi Mereka"

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber intisari-online.com