Viral 'Pocong' Pemuas Hasrat Seksual, Dokter Bongkar Kelainan Fetish Gilang Bungkus Pelaku Kasus 'Bungkus Kain Jarik', 3 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya

Jumat, 31 Juli 2020 | 12:13
Instagram/@lambe_turah

Tangkapan layar tanggapan Ernest Prakasa terkait kasus Gilang sang predator fetish kain jarik yang diunggah akun gosip.

Gridhot.ID– Beberapa hari belakangan ini dunia media sosial kembali heboh.

Viral di media sosial mengenai seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Surabaya menjadi pusat perhatian.

Sosok Gilang, yang merupakan mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Surabaya menjadi pusat perhatian karena dituding menjadi pelaku pelecehan seksual.

Baca Juga: Terbentang dari Jepang Hingga Indonesia, Resimen Litoral Laut Mulai Diaktifkan Amerika Serikat di Pulau Ini, Batasi Ruang Gerak Tiongkok di Laut China Selatan

Apa yang dilakukannya?

Pola pelecehan yang muncul kali ini berbeda. Gilang dinilai memiliki fetish membungkus orang lain dengan kain jarik atau kain batik, hingga kain tersebut menutupi seluruh tubuh korban.

Itulah kenapa, saat ini sosoknya disebut sebagai "Gilang Bungkus".

Baca Juga: Tarif Sekali Manggung Tembus Rp 300 Juta, Pedangdut Ini Dulu Nyaris Jadi Korban Perkosaan, Pelakunya dari Industri Musik Indonesia

Gilang menghubungi para korbannya yang mayoritas merupakan mahasiswa tingkat awal, melaui media sosial.

Lalu, dengan kedok ingin melakukan penelitian ilmiah, Gilang memaksa lawan bicaranya untuk membungkus seluruh tubuhnya dengan kain jarik, setelah sebelumnya kaki, tangan, mata, serta telinga korban diinstruksikan untuk ditutup menggunakan lakban.

Lalu saat permintaannya tidak dikabulkan, pria itu mulai mengeluarkan ancaman dan pemaksaan pada korban.

Memiliki fetish, hingga saat ini sebenarnya belum dimasukkan sebagai kelainan seksual dan hal ini juga bukanlah sesuatu yang jarang dimiliki seseorang.

Meski begitu, jika fetish yang dimiliki sudah membuat diri memaksa dan membuat orang lain merasa tidak nyaman, maka hal itu perlu segera diobati dan mendapatkan tindak lanjut.

Baca Juga: Curiga dengan Penyataan Polisi yang Diralat, Ibu Yodi Prabowo Singgung Ada Skenario Besar di balik Kematian Putranya, Turinah: Saya Pikir Udah Ahli, Kenapa Gak Konsisten?

Apa itu fetish?

Fetish adalah kesenangan yang didapatkan seseorang sebagai respons terhadap objek yang seringkali tidak mengandung unsur seksual.

Orang yang memiliki sikap fetish membutuhkan objek dan benda tertentu di hadapannya, berfantasi seksual dengan objek tersebut, atau digunakan sebagai pasangan agar bisa meraih kepuasan seksual yang maksimal.

Fetish dan variasi erotisme dapat dimiliki seseorang dalam berbagai bentuk, mulai dari yang umum dan wajar, hingga benda-benda dan perilaku yang mungkin membuat orang lain mengerutkan kening.

Baca Juga: Hampir 2 Tahun Menikah, Maia Estianty Malu-malu Saat Disinggung Soal Honeymoon dengan Irwan Mussry: Kalau Kita Sih Tiap Hari...

Objek fetish seseorang dapat beraneka ragam saat berhubungan seks dan masturbasi.

Barang-barang yang menjadi objek fetish pun beraneka ragam. Namun, yang paling umum adalah kaki, pasangan yang bertindik, bertato, hingga pasangan yang memiliki kondisi obesitas.

Ada pula individu yang terangsang secara seksual jika melihat sepatu, rambut, stocking, pakaian dalam model tertentu, hingga pakaian yang terbuat dari kulit.

Begitu juga, ada seseorang yang terangsang apabila pasangannya mengenakan barang-barang di atas.

Misalnya, ia ingin pasangannya menggunakan kostum hewan, mengenakan sepatu hak tinggi, dan sebagainya.

Baca Juga: Gelombang Kedua Covid-19 di Depan Mata, Jokowi Minta Seluruh Masyarakat untuk Waspada, Kapan Akan Terjadi?

Fetish adalah hal yang kompleks, apa penyebabnya?

Para ahli belum dapat menjawab dengan pasti mengenai penyebab munculnya fetish dalam diri seseorang.

Beberapa orang percaya, pengalaman ketika masa kecil dapat berkontribusi.

Misalnya, menyaksikan perilaku seks menyimpang di masa kecil, atau menjadi korban pelecehan seksual saat kanak-kanak.

Baca Juga: Dulu Pernah Terjadi Namun Tak Dilaporkan, Gilang Sang Predator Seksual Fetish Kain Jarik Kini Bakal Gigit Jari, Unair Akan Adakan Sidang Kode Etik untuk Mahasiswanya

Ada pula yang menyatakan, fetish mungkin saja berasal dari pengalaman seksual saat masa puber dan remaja.

Jika suatu objek pernah menjadi hal yang menyenangkan saat seseorang mengenal seks di masa remaja, boleh jadi ia akan mengaitkan objek itu dengan seks, dan penggunaannya berlanjut dengan seiring berjalannya waktu.

Ada yang menyebut fetish adalah kelainan seksual, benarkah?

Berdasarkan definisinya, istilah fetish sendiri belum bisa digolongkan sebagai diagnosis gangguan mental, apabila tidak menimbulkan tekanan dan kerugian.

Menurut ahli, apabila Anda melakukan masturbasi dengan objek fetish tertentu, maupun berhubungan seks bersama pasangan lewat variasi fetish tanpa tekanan, maka fetish bukanlah sebuah masalah.

Hanya saja, apabila fetish Anda menimbulkan kesulitan yang intens serta merugikan, keinginan tersebut dapat menjadi gangguan.

Baca Juga: Netizen Ini Sebut Guru Sekolah Makan Gaji Buta Selama Wabah Corona, Tenaga Pengajar di Garut Ngamuk Siap Lapor Polisi: Permintaan Maaf Tak Akan Hentikan Proses Hukum!

Fetish akan menjadi masalah jika Anda tidak mampu mengontrol hal tersebut, mengganggu rutinitas sehari-hari, serta membuat orang lain tidak nyaman.

Gangguan ini dikenal sebagai fethistic disorder.

Ada beberapa indikator lain yang menunjukkan gangguan akibat fetish. Jika hal-hal tersebut muncul, maka Anda membutuhkan penanganan dari dokter.

Beberapa indikator tersebut, meliputi:

Baca Juga: Kebenciannya dengan China Memuncak, Donald Trump Ambil Manuver Beresiko untuk Intimidasi Xi Jinping, Bakar Uang untuk Kerjasama dengan 4 Negara Sekutu Ini

1. Mengabaikan pasangan

Penderitanya sulit menjalani hubungan yang serius dengan pasangan. Selain itu, mereka juga cenderung lebih terangsang dengan benda yang dikenakan oleh pasangan, yang membuat suami atau istri menjadi terabaikan.

2. Berperilaku kompulsif

Terus menerus timbul rasa putus asa, tertekan, bahkan memiliki keinginan bunuh diri. Beberapa orang juga bisa mencuri barang yang menjadi objek fetishnya.

3. Mengganggu orang lain

Fetish dapat menjadi gangguan, apabila fantasi seks yang Anda miliki sangat merepotkan diri sendiri dan kehidupan personal serta sosial.

Mencari pertolongan ahli jiwa sangat disarankan, jika memiliki fetish yang sudah mengganggu.

Penanganan dokter dapat berupa pemberian obat-obatan, maupun terapi. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai "Gilang Bungkus", Sebenarnya Apa Itu Fetish?"

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com