Laporan Wartawan GridHot.ID, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Perhatian seluruh dunia belakangan ini tertuju pada ledakan yang terjadi di ibukota Lebanon, Beirut.
Diketahui bahwa ledakan tersebut terjadi pada Selasa (4/8/2020) petang waktu setempat di kawasan pelabuhan.
Melansir Kontan.co.id, kepulan asap berwarna oranye membubung ke langit setelah ledakan kedua terjadi. Diikuti gelombang kejut mirip tornado yang menyapu Beirut.
Sebuah rekaman video menunjukkan bagaimana jamur raksasa terbentuk dalam ledakan di Beirut, ibu kota Lebanon. Insiden itu terjadi di kawasan pelabuhan dan mengirim gelombang kejut ke seantero kota, menggetarkan kaca, dan menyebabkan balkon apartemen runtuh.
Saking masifnya, ledakan itu bisa terdengar hingga ke negara tetangga, seperti Siprus yang terletak 240 kilometer jauhnya.
Perdana Menteri Hassan Diab menyatakan, penyebab ledakan tersebut disinyalir karena 2.750 ton amonium nitrat yang merupakan pupuk pertanian. Diab menambahkan bahwa pupuk itu disimpan selama bertahun-tahun dalam gudang di tepi laut.
Diab menegaskan bahwa Pemerintah Lebanon segera menggelar penyelidikan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas insiden mengerikan tersebut. "Apa yang terjadi hari ini tidak akan dibiarkan begitu saja. Mereka yang bertanggung jawab akan menerima akibatnya," janji Diab.
Para ilmuwan memperkirakan ledakan yang mengguncang Beirut setara dengan ledakan 3 kiloton TNT. Ledakan tersebut juga setara dengan seperlima ledakan bom atom yang meluluhlantakkan Kota Hiroshima, Jepang, di pengujung Perang Dunia II.
Artinya, jika ledakan itu terjadi di bawah permukaan bumi, besarnya akan lebih tinggi. "Tidak cukup energi yang ditransmisikan ke dalam batuan di tanah," kata Blakeman.
Dilansir dari Kompas.com, istri Duta Besar Belanda untuk Lebanon, Jan Waltmans, tewas dalam insiden ledakan Lebanon.
Ia tewas akibat luka-luka yang dideritanya saat ledakan pada Selasa (4/8/2020) tersebut, menurut keterangan dari Kementerian Luar Negeri Belanda, Sabtu (8/8/2020).
"Dengan berat hati dan sangat sedih kami melaporkan wafatnya rekan kami Hedwig Waltmans-Molier."
"Dia tewas karena luka-luka yang dideritanya dalam ledakan besar di Beirut," tulis pernyataan Kemenlu Belanda yang dikutip AFP.
Waltmans-Molier tewas terkena puing-puing ledakan, tak lama setelah kembali ke Lebanon dari liburan bersama suaminya.
"Hedwig sedang berdiri di ruang tamunya di samping suaminya ketika dia terkena ledakan," lanjut keterangan Kemenlu Belanda.
Dilansir dari NL Times, Waltmans-Molier mulai bekerja untuk Kementerian Luar Negeri Belanda pada 1994 di Den Haag, dan naik jabatan jadi staf diplomatik.
Ia pernah bertugas di Dhaka, Lusaka, dan Khartoum. Wanita berusia 54 tahun itu adalah korban pertama dari Belanda yang dilaporkan tewas akibat ledakan Lebanon.
Insiden itu sendiri telah menewaskan 154 orang sejauh ini, dan menghancurkan sebagian besar ibu kota Lebanon.
Sementara itu lima warga Belanda lainnya mengalami luka ringan, menurut keterangan Kemenlu "Negeri Kincir Angin".
Sebelumnya pada Rabu (5/8/2020) Jerman melaporkan diplomat wanita mereka tewas dalam ledakan di Beirut.
Ini merupakan kematian pertama yang dilaporkan Jerman dalam insiden tersebut.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas kemudian menyatakan belasungkawanya pada Kamis (6/8/2020).
"Kami semua di Kementerian Luar Negeri sangat berduka untuk rekan kami," ucap Maas dikutip dari AFP.
Dia menambahkan, karyawan wanita tersebut meninggal di apartemennya di ibu kota Lebanon.
Kabar itu "mengonfirmasi ketakutan terburuk kami," lanjutnya. (*)
Hedwig Waltmans-Molier government.nl