Gridhot.ID - Diketahui para relawan termasuk Ridwan Kamil sudah merasakan vaksin corona yang sedang diuji coba.
Hingga detik ini berbaga macam reaksipun telah terungkap dari percobaan tersebut.
Setelah sekian lama, ternyata Vaksin Covid-19 Sinovac dari China memiliki kekurangan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Tim Riset Uji Klinis Fase 3 Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Prof Kusnandi Rusmil.
“Kekurangan vaksin (asal China) tidak begitu imunogenik, sehingga harus disuntikkan lebih dari sekali,” ujar Kusnandi dalam Dies Natalis Universitas Padjadjaran (Unpad) yang digelar virtual, Jumat (11/9/2020).
Namun, menurut Kusnadi, hal itu lebih aman ketimbang vaksin lain yang pernah diuji coba negara lain.
Kusnandi menjelaskan, ada beberapa jenis vaksin yang tengah dikembangkan dunia, baik itu menggunakan virus yang mati ataupun hidup.
Untuk virus yang hidup, biasanya vaksin terdiri dari dua virus hidup, kemudian disuntikkan pada orang. Namun, ternyata ada yang tidak cocok, sehingga disetop.
Kemudian vaksin dari virus yang dimatikan dulu seperti yang sekarang diuji klinis di Indonesia.
Namun, kekurangannya adalah vaksin tidak begitu imunogenik, sehingga harus disuntikkan lebih dari sekali. Itulah mengapa pada uji klinis vaksin tahap tiga, setiap relawan mendapat dua kali suntikan.
Kusnandi mengungkapkan, hingga kini belum ada obat untuk virus corona. Negara-negara di dunia tengah berlomba membuat vaksin.
Indonesia sendiri bekerja sama dengan China untuk pengembangan vaksin ini.
Adapun alasan mengapa yang dipilih China, karena penyakit ini bermula dari sana. Selain itu, vaksin ini sudah melalui tahap satu dan dua. Hasilnya cukup baik, sehingga dilanjutkan dengan uji klinis vaksin tahap ketiga.
Penjajakan dengan penyedia vaksin
Sebelumnya, Menteri BUMN Erock Thohir mengatakan, Indonesia akan mendapat tambahan 20 juta dosis vaksin dari Sinovac akhir tahun ini.
Kemudian, tahun depan ada tambahan 250 juta dosis. Sedangkan vaksin dari G42 UAE akan tiba di Indonesia pada Desember 2020, yakni sebanyak 10 juta dosis. Kemudian 50 juta dosis lagi pada kuartal I tahun 2021.
Menurut Erick Thohir, jumlah vaksin itu belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Sebab, masing-masing individu membutuhkan dua kali suntikan.
Itulah mengapa negara-negara seperti Inggris dan Jepang memesan 3-4 kali dari jumlah vaksin yang dibutuhkan.
Untuk itu, selain berupaya mengembangkan vaksin merah putih, penjajakan dengan sejumlah penyedia vaksin terus dilakukan Indonesia. Misalnya dengan CEPI, astranezeca, cansimo, dan lainnya.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Inilah kekurangan vaksin Covid-19 Sinovac dari China versi peneliti Unpad.
(*)