Find Us On Social Media :

Dituduh Australia Hancurkan Belasan Ribu Tempat Ibadah Kaum Muslim Uighur, China Ngamuk Langsung Berikan Bantahan: Masjid di Xinjiang Lebih Banyak Daripada di Negara-negara Muslim

Suku Uighur mayoritas memeluk Islam.

Gridhot.ID - Sedang heboh terkait tuduhan Australia yang menyebut China menghancurkan belasan ribu masjid di Xinjiang.

Hal itu diungkap Australia berdasarkan dari data citra satelit yang mereka miliki.

Bahkan disebutkan Australia beberapa masjid yang bertahan harus menghilangkan kubahnya.

Kementerian Luar Negeri China langsung membantah klaim dari sebuah lembaga pemikir Australia bahwa China telah menghancurkan ribuan masjid di wilayah Xinjiang barat.

Baca Juga: Bukan Hanya Hancurkan 16000 Masjid, China Juga Rusak Kuburan-kuburan Umat Muslim Uighur, Citra Satelit Ini Jadi Buktinya

Pemerintah China menyebutkan ada lebih dari 24.000 masjid di sana, dan kalau dihitung per kapita, jumlah masjid di Xinjiang lebih banyak daripada di negara-negara muslim.

Lembaga Kebijakan Strategis Australia (ASPI) telah merilis laporan pada Kamis (24/9) yang memperkirakan sekitar 16.000 masjid di Xinjiang hancur atau rusak akibat kebijakan pemerintah, sebagian besar terjadi sejak 2017.

Perkiraan dibuat menggunakan citra satelit dan berdasarkan sampel dari 900 situs keagamaan sebelum 2017, termasuk masjid, tempat suci, dan situs keramat.

"Pemerintah China telah memulai kampanye sistematis dan sengaja untuk menulis ulang warisan budaya Uighur Xinjiang ... untuk membuat tradisi budaya asli tunduk pada bangsa China," demikian laporan ASPI seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Nekat Gelar Konser Dangdut Meski Tak Berizin, Wakil Ketua DPRD Tegal Terancam Dipidanakan, Mahfud MD: Saya Sudah Minta Polri untuk Memproses

"Di samping upaya koersif lainnya untuk merekayasa ulang kehidupan sosial dan budaya Uighur dengan mengubah atau menghilangkan bahasa, musik, rumah, dan bahkan makanan Uighur, kebijakan Pemerintah China secara aktif menghapus dan mengubah elemen kunci dari warisan budaya nyata mereka," sebut laporan tersebut.

Menanggapi laporan itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menyebutnya hanya rumor fitnah. Dia mengatakan ASPI telah menerima dana asing untuk mendukung ramuan kebohongan terhadap China.