Kocar-kacir Cari Perlindungan ke Luar Negeri hingga Ucap Janji Tak Mau Balik Indonesia Sampai Mati, Berikut Kisah Mantan Pasukan Cakrabirawa Usai G30S/PKI, Ini 7 Faktanya

Senin, 28 September 2020 | 18:13
IST

Pasukan Cakrabirawa

GridHot.ID - Pasukan Cakrabirawa dibentuk atas respons atas berbagai percobaan pembunuhan terhadap Soekarno.

Cakrabirawa diisi oleh pasukan dari setiap angkatan TNI serta kepolisian.

Berikut rangkuman fakta tentang Pasukan Cakrabirawa, dilansir dari buku Maulwi Saelan, Penjaga Terakhir Soekarno karangan Asvi Arwan Adam dkk, Penerbit Kompas Gramedia (2014).1. Awal terbentukSebelum Proklamasi Kemerdekaan RI dikumandangkan, sudah dibentuk sebuah Polisi Istimewa (Tokubetsu Keisatsu Tai) yang bertugas untuk mengawal presiden.Di wilayah Jakarta, Polisi Istimewa tersebut dijuluki "Polisi Macan" di bawah pimpinan Gatot Suwiryo.

Baca Juga: Jadi Penjaga Kepercayaan Soekarno Hingga Miliki Segudang Pengalaman Tempur, Pasukan Cakrabirawa Nyatanya Takut Saat Sang Presiden Sedang Marah-marah, Sosok dari Kepolisian Ini Jadi Tameng Para Pengawal Tiap Bung Karno Emosi Tak KaruanPolisi Macan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal pasukan Cakrabirawa.Pada tahun 1945, Gatot memindahkan anggota Polisi Macan ke Pasukan Pengawal Pribadi Presiden (Tokomu Kosaku Tai) di bawah pimpinan Mangil MartowidjojoPasukan ini bermarkas di Kantor Pusat Kementerian Negara sekaligus asrama di Gedung Kementerian Dalam Negeri (kini Jl Veteran) di bawah pimpinan Raden Said Soekanto.Tugas-tugas Pasukan Pengawal Pribadi Presiden itu antara lain:

a. mengamankan perayaan Proklamasi Kemerdekaan RI 17/8/1945,

Baca Juga: Jadi Salah Satu Sosok Paling Bertanggung Jawab di Gerakan 30 September, Letkol Untung Nyatanya Bukan Tentara Sembarangan, Bekas Anak Buah Soeharto Berstatus Lulusan Terbaik Akmil

b. membantu pengamanan Rapat Raksasa di Lapangan Ikada pada bulan September 1945,

c. mengawal rombongan Presiden dan Wakil Presiden dalam perjalanan secara rahasia menggunakan kereta api dari Jakarta menuju Yogyakarta pada 3 Januari 1946.2. Beberapa kali berganti namaSemenjak keberhasilannya mengungsikan rombongan Presiden dan Wapres ke Yogyakarta itu, Said Soekanto pada tahun 1947 membentuk kesatuan khusus bernama Pasukan Pengawal Presiden (PPP) dan dikomandani oleh Mangil.Tugas utama PPP adalah menjaga keselamatan Presiden dan Wakil Presiden beserta seluruh anggota keluarganya.Hingga tahun 1962, meskipun Presiden Soekarno telah mendapat pengawalan dari PPP, upaya pembunuhan terhadap Presiden masih tetap terjadi.

Baca Juga: Dulu Jadi Kesayangan untuk Lindungi Soekarno, Pasukan Cakrabirawa Terpaksa Kena Malapetaka Akibat Jabatannya, Diburu TNI AD di Negeri Sendiri, Akhirnya Pilih Lari Asingkan DiriMengingat banyaknya ancaman yang mengincar jiwa Presiden Soekarno itu, ajudan Presiden, Letkol CPM Sabur, menghadap ke Istana Merdeka untuk menyampaikan laporan bahwa Departemen Pertahanan dan Keamanan berencana membentuk Pasukan Pengawal Istana Presiden (PPIP) yang lebih sempurna.Tokoh yang ingin membentuk pasukan pengawal Istana Presiden itu adalah Jenderal AH Nasution, tapi Presiden Soekarno ternyata menolaknya.Pasalnya Mangil saat itu sudah membentuk Detasemen Kawal Pribadi (DKP) dan dirasa oleh Presiden Soekarno sudah cukup untuk mengawalnya.Namun Letkol Sabur tetap mendesak Presiden Soekarno untuk membentuk PPIP dan akhirnya disetujui.Presiden Soekarno bahkan menunjuk Letkol Sabur sebagai komandan PPIP dan dipercaya merekrut anggota PPIP yang berasal dari semua angkatan (AU, AD, AL, dan Kepolisian).

Baca Juga: Jadi Motor Utama Penculikan 7 Jenderal Revolusi, Pasukan Cakrabirawa Langsung Dicap Pendukung PKI, Dibubarkan Paksa Padahal Punya Kekuatan Mumpuni

3. Pasukan Cakrabirawa lahirPada 6 Juni 1962, PPIP berganti nama menjadi Cakrabirawa dan diresmikan oleh Presiden SoekarnoSabur ditunjuk sebagai komandannya dan sudah mendapat kenaikkan pangkat sebagai Brigjen, dengan Wakil Komandannya adalah Kolonel Maulwi Saelan.Seperti dikutip dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Cakrabirawa dalam dunia pewayangan merupakan senjata pamungkas milik Prabu Kresna yang jika dilepaskan bisa menyebabkan malapetaka yang dahsyat bagi musuhnya.4. Berkekuatan 3000 personelMenurut Soekarno, pasukan Cakrabirawa berkekuatan 3000 personel yang berasal dari keempat Angkatan Bersenjata.

Baca Juga: Menolak Dijebloskan Penjara, Para Anggota Cakrabirawa Pilih Tak Injakkan Kaki Sama Sekali ke Indonesia, Hidup Bertani Hingga Ajal Menjemput Sebagai Warga Negara ThailandSetiap anggota Cakrabirawa berasal dari pasukan yang handal. Umumnya mereka berlatar belakang pejuang gerilya yang sudah berpengalaman.Mereka direkrut dari bekas pasukan Raider Angkatan Darat, Korps Komando (KKO) Angkatan Laut, Pasukan Gerak Tjepat (PGT) Angkatan Udara, dan Brigade Mobil diberi nama Batalyon KK (Kawal Kehormatan).5. Pembagian batalyon pasukan CakrabirawaPasukan Cakrabirawa dibagi menjadi 4 Batalyon (I - IV)Batalyon I dan II bertugas di Jakarta dan Batalyon III dan IV menjaga Istana Bogor, Cipanas (Cianjur), Yogyakarta, dan Tampaksiring (Bali).Karena penugasan tersebut, Markas Batalyon I KK berada di Jalan Tanah Abang (kini Markas Paspampres) dan Batalyon II menempati asrama Kwini (sekarang ditempati Marinir angkatan Laut).

Baca Juga: Ditawarkan hingga Rp 25 Miliar, si Penjual Surat Nikah dan Cerai Soekarno dengan Inggit Garnasih Auto Buron, Sejarawan Jabar Minta Ridwan Kamil Turun Tangan

Batalyon I KK berasal dari satu batalyon Angkatan Darat dipimpin oleh Mayor Eli Ebram. Ia hanya menjabat satu tahun lebih, kemudian naik pangkat menjadi Letkol.Eli Ebram kemudian diganti oleh Letkol Untung, pindahan dari Kodam VII/Diponegoro, Jawa Tengah.Batalyon II KK eks Pasukan KKO Angkatan Laut dipimpin oleh Mayor KKO Saminu, yang naik pangkat menjadi Letkol KKO.Batalyon III KK dari PGT Angkatan Udara dipimpin oleh Mayor PGT.Batalyon IV KK dari Brimob Angkatan Kepolisian dipimpin oleh Komisaris Polisi M.Satoto, yang naik pangkat menjadi ajun komisaris besar polisi (Letkol Polisi RI).

Baca Juga: Viral Surat Nikah dan Cerai Presiden Soekarno dengan Inggit Garnasih Dijual di Media Sosial, Tercatat Bung Hatta Jadi Saksi, Sang Pemilik: Harga Sangat Amat Mahal!6. Dianggap pendukung PKIDalam G30S/PKI 1965, Letkol Untung dan satu peleton Cakrabirawa dari Batalyon I KK pimpinan Lettu Dul Arif, merupakan motor utama dalam aksi penculikan dan pembunuhan 7 Jenderal Pahlawan Revolusi.Akibat aksi Letkol Untung dan Lettu Dul Arif itulah nama Cakrabirawa pun tercoreng dan oleh pemerintah Orde Baru semua anggota Cakrabirawa dianggap sebagai pendukung PKI.Para petinggi dan personel pasukan Cakrabirawa juga banyak yang ditangkap dan dipenjarakan tanpa melalui proses pengadilan.7. Kabur dan Tak Mau KembaliDilansir dari Tribun Jatim dalam artikel Nasib Para Eks Prajurit Cakrabirawa Pasca G30S/PKI, Disiksa hingga Lari ke Thailand & Punya 1 Ciri, Pasukan Cakrabirawa diburu dan ditangkap kemudian diinterogasi, disiksa, dan dipenjara.

Baca Juga: Bapaknya Berjuluk Crazy Rich Tanah Air, Begini Gaya Hidup Jeje Soekarno yang Serba Mewah Bak Konglomerat Muda

Pasukan Cakrabirawa yang dianggap telah melakukan pelanggaran berat seperti terlibat penculikan dan pembunuhan para jenderal TNI AD umumnya langsung dieksekusi.Menyadari hal itu, maka banyak mantan Pasukan Cakrabirawa berusaha melarikan diri ke luar Indonesia.Sebagai anggota militer dari kesatuan yang terbaik, maka cara melarikan diri para mantan Pasukan Cakrabirawa itu juga tidak sembarangan.Beberapa orang bahkan menyusun strategi supaya bisa melarikan diri secara terencana dan di tempat pelarian yang dituju mereka tetap bisa bertahan hidup. Beberapa mantan Pasukan Cakrabirawa, berkat bantuan pejabat tertentu yang pro-Soekarno bahkan bisa lari sampai Thailand secara legal dan kemudian malah bisa menjadi warga Thailand.

Baca Juga: Kena Cekal Sri Mulyani Gegara Tak Bayar Utang Pada Negara, Bambang Trihatmodjo Nyatanya Punya Bisnis Bernilai Triliunan Rupiah, Berkembang Pesat Saat Rezim Orde BaruAgar pelarian di Thailand tidak menimbulkan masalah dan sekaligus tidak kebingungan mencari pekerjaan serta tetap bisa makan, pada awalnya para mantan Pasukan Cakrabirawa banyak yang menjadi biksu.Sedangkan anggota lainnya banyak juga yang langsung membuka lahan di hutan dan kebetulan pada tahun 1970-an untuk mengolah lahan di hutan-hutan Thailand tidak dipungut biaya.Lahan hutan yang dibuka dan diolah pun bisa menjadi milik para pengolahnya.Umumnya para mantan Pasukan Cakrabirawa saat ini, terutama yang masih hidup, telah menjadi petani sukses dan memiliki lahan luas.Para mantan Pasukan Cakrabirawa di Thailand pun menikah dengan warga setempat dan menjadi warga negara resmi.

Baca Juga: Sedang Khusyuk Laksanakan Salat, Bung Karno Tak Sadar Dirinya Ditembak dari Jarak 7 Meter Namun Meleset, Pelaku Sebut Bayangan Sang Presiden Berpindah-pindah Hingga Buat Tembakannya Ngawur

Satu di antara ciri yang bisa ditandai bahwa ia mantan Pasukan Cakrabirawa adalah memiliki kebiasaan berburu di hutan dan dikenal sangat mahir menembak.Jika bertemu orang Indonesia yang sedang ke Thailand, mereka sangat merahasiakan jati diri sebagai mantan Pasukan Cakrabirawa.Meskipun kadang-kadang, terutama yang berasal dari Jawa Tengah, sangat ingin berbahasa Jawa ketika bertemu turis Indonesia dari Jawa yang sedang berkunjung ke Thailand.Selayaknya para prajurit yang pernah di satuan elit Paspampres, dalam waktu tertentu mereka berkumpul dan kadang-kadang membahas perkembangan kehidupan sosial politik Indonesia.Sejumlah mantan Pasukan Cakrabirawa yang tersebar di Thailand usianya sudha lanjut dan telah meninggal.Namun kendati suasana Indonesia telah berubah para mantan Pasukan Cakrabirawa di Thailand ternyata memiliki satu prinsip, 'tidak akan pernah pulang lagi ke Indonesia'.Alasannya sedehana, karena mereka yakin pasti akan ditangkap, dinterogasi, dan dijebloskan ke penjara.Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul "7 FAKTA Pasukan Cakrabirawa yang Terpengaruh PKI, Paspampres Era Soekarno Kini Berakhir Miris"

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Surya.co.id