Punya Jabatan Mentereng Bahkan Jadi Istri Kapolres Kudus, Polwan Cantik Ini Tetap Mengabdi ke Negara Habis-habisan dengan Gabung Pasukan Perdamaian PBB, Hidup Sulit di Medan Perang Cuma Dapat Jatah Air Satu Ember Perhari

Kamis, 15 Oktober 2020 | 10:13
TribunJateng.com/Raka F Pujangga

Brigadir Shita yang menjadi pasukan perdamaian PBB.

Gridhot.ID - Pasukan Perdamaian PBB memang sebuah gelar yang butuh pengabdian khusus.

Bertugas di wilayah rawan konflik tentu saja memiliki resiko tersendiri.

Kisah penugasan sebagai pasukan perdamaian dialami oleh Brigadir cantik yang satu ini.

Bertugas sebagai pasukan perdamaian PBB, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Brigadir Mashita Cherani‎ Asaat Said (30), istri Kapolres Kudus.

Kendati demikian, dibalik itu juga menyimpan perjuangan yang sungguh berat untuk dilaluinya saat berada di Sudan menjadi Kontingen Garuda angkatan ke XI.

Shita sapaannya, berada di lokasi rawan konflik sehingga harus selalu menggunakan body vest lengkap dengan peralatannya.

Total berat yang harus dibopongnya ‎sejak berangkat tanggal 8 Maret 2019 hingga pulang ke Indonesia 6 September 2020‎ itu mencapai 12 kilogram.

"Setiap hari harus pakai pakaian lengkap body vest, dan perlengkapan lainnya. Total yang dibawa sampai 12 kilogram," ujar dia, di rumah dinas Kapolres Kudus, Rabu (14/10/2020).

Beruntung, sebelum menjalankan tugas negara itu Shita menjalani Pra Ops yang sangat berguna saat menghadapi ‎kondisi ekstrem di sana.

Baca Juga: Lempar Barang Belanjaan Rp 100 Juta ke Tanah, Nikita Mirzani Tak Peduli Disebut Sombong: Duit Gak Dibawa Mati

‎"Saat Pra Ops itu saya latihan fisik. Dalam seminggu bisa lari tiga kali untuk melatih fisik, dan ternyata berguna sekali saat di sana," jelas dia.

Selain selalu membopong peralatan yang berat, anak bungsu itu juga harus berada di tengah ancaman konflik.

Pasalnya keberadaan tenda yang ditempatinya, di tengah kelompok yang bertikai.

Namun pihaknya tidak membantu salah satu pihak karena misinya untuk perdamaian.

"Jadi peluru nyasar itu sering sekali saat mereka kontak senjata.

Kami hanya diam saja karena misi kami di sana untuk melindungi masyarakat sipil," ujar wanita kelahiran Surabaya, 4 Agustus 1990‎.

Masyarakat di sana kondisinya butuh pertolongan, karena kehidupanya yang masih sangat sederhana.

Dia menceritakan, kehidupan masyarakat di sana sangat kekurangan. Makanya tak sedikit pasukan yang datang ke sana juga membagikan pakaian.

"Kami bagikan juga pakaian untuk mereka, karena ‎kondisinya kasihan," ujarnya.

Baca Juga: Lesti Kejora Datang Menjenguknya Tengah Malam, Rizky Billar: Aku Senang Banget...

Dia merinci, masyarakat di sana tidak ada yang menggunakan kendaraan. Mereka memilih keledai atau unta untuk berpergian.

Bahkan dua hewan ternak itu terkadang bukan untuk mengangkut penumpang, tetapi hanya membawa barang.

"Jadi keledai atau unta itu mengangkut barang, pemiliknya menarik hewan itu memakai tali dari depan," jelas dia.

Kemudian kondisi cuaca juga menjadi perhatian serius selama Shita berada di sana ‎bersama 140 anggota dari Kontingen Garuda.

Saat musim kemarau, suhu bisa mencapai 36 derajat celcius dan 7 derajat celcius saat musim dingin.

"Kalau panas, panas banget kayak orang demam. Kalau musim dingin, bisa sampai turun batu esnya," ujar dia.

Saat musim panas pun, kekeringan melanda wilayahnya yang membuat pasokan airnya menjadi terbatas.

Karena kondisi air yang terbatas itu, Shita pun terpaksa mandi di atas ember. Sehingga air yang dipakai bisa digunakan lagi.

"Karena musim kemarau, setiap orang hanya diberi jatah air satu ember per hari. Itu buat mandi, cuci baju semuanya.

Baca Juga: Digugat Cerai Nita Thalia Setelah 20 Tahun Menikah, Suami: Sebetulnya Tiada Ada Masalah, Teh Nita-nya Sudah Enggak Cocok Sama Saya

Jadi saya mencuci juga pakai air bekas mandi‎," jelasnya.

Semua kesulitan yang pernah dihadapi tidak membuatnya patah semangat. Shita ‎bangga bisa masuk dalam Kontingen Garuda dan bergabung dalam United Nations-African Union Mision in Darfur (Unamid).

Dia bersyukur, warga masyarakat di Indonesia bisa hidup lebih baik daripada kondisi yang ada di Sudan.

Makanya sudah menjadi tanggungjawabnya untuk saling membantu memberikan pertolongan kepada masyarakat internasional yang membutuhkan.

"Pengalaman ini sangat berharga, bisa membantu masyarakat sipil di Sudan di tengah konflik yang melanda negerinya," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Cerita Brigadir Shita Istri Kapolres Kudus Gabung Pasukan Perdamaian PBB: Sering Ada Peluru Nyasar.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Tribun Jateng