Find Us On Social Media :

Niatnya Jadi Misi Senyap untuk Rebut Kembali Papua, Operasi Cakra Sempat Tegang Saat Para Pasukan TNI Terperangkap Strategi Busuk Belanda, 36 Jam Kapal Selam RI Harus Bertahan Dihujani Bom Penghancur Milik Kompeni

RI Nagabanda

Gridhot.ID - Untuk merebut wilayah Irian Barat (Papua) yang masih dikuasai Belanda (1960-1963) Indonesia pernah menggelar operasi militer secara besar-besaran bersandi Operasi Jayawijaya.

Ketika Operasi Jayawijaya dicanangkan sebagai cara paling cepat untuk merebut Irian Barat melalui operasi militer dalam praktiknya sebenarnya tidak mudah.

Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh militer Indonesia adalah keunggulan kekuatan tempur di lautan.

Bagi TNI AL yang saat itu memiliki berbagai jenis kapal perang, khususnya kapal selam sebanyak 12 unit mencapai keunggulan kekuatan tempur di lautan sebenarnya tidak sulit.

Apalagi kekuatan kapal-kapal perang TNI AL pada tahun itu (1960-1963) merupakan yang terbesar di seluruh Asia Tenggara.

Operasi untuk memperoleh keunggulan di laut dalam rangka Operasi Jayawijaya yang kemudian digelar oleh TNI AL tanggal 20-29 Juli 1962 itu bersandi Operasi Cakra.

Sejumlah kapal selam dikerahkan dalam Operasi Cakra. Tugasnya untuk melancarkan misi pengintaian (recon) di kota-kota pelabuhan Irian Barat.

Kapal selam itu antara lain, RI Nagabanda (503) dikomandani oleh Mayor Pelaut Wignyo Prayitno bertugas memantau kawasan antara Kotabaru-Biak.

Baca Juga: Ungkap Adanya LGBT di Tubuh TNI, Mayjen TNI Burhan Dahlan Nyatanya Bukan Sosok Purnawirawan Sembarangan, Ahli Hukum Militer dengan Sederet Jabatan Mentereng Sejak Tahun 1984

RI Trisula (504) dikomandani Mayor Pelaut Teddy Asikin Nataatmaja bertugas memantau kawasan Biak-Yapen.

Kapal selam RI Candrasa dikomandani Mayor Pelaut Agus Subroto bertugas memantau kawasan Sorong dan sekitarnya.

Karena kapal- kapal selam itu bertugas mengintai posisi musuh secara rahasia misinya beresiko tinggi.