Sengaja Bikin China Marah, Amerika Serikat Dapat Persetujuan untuk Jual Senjata Militer ke Taiwan, 11 Truk Peluncur Roket Siap Diantar Demi Perkuat Sekutu

Kamis, 22 Oktober 2020 | 17:42
Digital

An M142 high-mobility artillery rocket system (HIMARS) prepares to fire during a dry-fire drill by U.S. Marines at Forward Operating Base Edinburgh, Afghanistan, Feb. 26, 2012. The truck and launcher comprise the High Mobility Artillery Rocket System. The HIMARS allows Marines to support fire missions within minutes and deliver precision fire within one meter of the target location. (U.S. Marine Corps photo by Sgt. Jacob Harrer/Released)

Gridhot.ID - Amerika Serikat tak henti-hentinya buat panas China.

Bahkan baru-baru ini Amerika Serikat sengaja ingin mendekati dan menolong Taiwan.

Bahkan akhir-akhir ini Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui potensi penjualan senjata Pentagon ke Taiwan.

Baca Juga: 17 Tusukan Ditemukan di Sekujur Tubuh Wartawan Mamuju, Motif Pembunuhan Demas Laira Akhirnya Terkuak, Polisi Singgung Soal Perempuan

Setidaknya ada tiga sistem persenjataan yang akan ditawarkan Pentagon ke Taiwan.

Pentagon mengabarkan pada hari Rabu (21/10) waktu setempat bahwa sistem persenjataan yang akan dijual antara lain adalah sensor, rudal, serta artileri.

Total penjualan ditaksir mencapai US$ 1,8 miliar.

Baca Juga: Raffi Ahmad Pamer Harga Sewa Kapal Pesiar yang Mencapai Rp 900 Juta, Nagita Slavina: Enggak Boleh Sombong

Pekan lalu, Reuters sempat mengabarkan bahwa Gedung Putih akan mengizinkan penjualan senjata ke Taiwan dalam lima fase terpisah.

Dari lima penjualan tersebut, AS akan menerima sekitar US$ 5 miliar.

Kebijakan ini diambil karena pemerintahan Trump berupaya untuk meningkatkan tekanan terhadap China, terutama terkait upaya China yang mulai kembali menekan Taiwan.

Baca Juga: Memutuskan Berponi, Nia Ramadhani Bahagia saat Ardi Bakri Menyebutnya seperti Istri Baru, Jessika Iskandar: Kayak Zaman Sinetron Bawang Merah Bawang Putih

Dalam laporan terbaru ini, sejumlah sistem persenjataan yang disinggung antara lain adalah 11 unit peluncur roket berbasis truk yang dibuat oleh Lockheed Martin Corp.

Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) ini diperkirakan seharga US$ 436,1 juta.

Senjata lain yang juga akan dijual ke Taiwan adalah 135 Rudal AGM-84H Standoff Land Attack Missile Expanded Response (SLAM-ER) dan peralatan terkait yang dibuat oleh Boeing Co.

Baca Juga: Jawaban Menohok Chef Marinka saat Dihujat Tak Segera Menikah di Usia 40 Tahun: Lihat Wujud Gue, Wujud Gue Masih Muda Say...

Semuanya diperkirakan seharga US$ 1,008 miliar.

Terakhir, ada enam pod sensor eksternal MS-110 Recce yang dibuat oleh Collins Aerospace untuk pesawat tempur, harganya ditaksir mencapai US$ 367,2 juta.

Tidak hanya itu, Kongres juga diharapkan segera mengumumkan izin lain dalam penjualan drone yang dibuat oleh General Atomics dan rudal anti-kapal Harpoon berbasis darat, yang dibuat oleh Boeing.

Baca Juga: Terguncang Lahir Batin Setelah Diserang dan Ditembak KKB Usai Olah TKP Penembakan Pendeta Yeremia, Begini Kondisi Dosen UGM Anggota TGPF: Saya Beruntung

Reuters melaporkan bahwa 100 stasiun rudal jelajah dan 400 rudal akan dijual dengan harga mencapai US$ 2 miliar.

Setelah ini pihak Kongres akan membutuhkan waktu 30 hari untuk mempertimbangkan permintaan ini sebelum akhirnya resmi disetujui, atau bahkan ditolak.

Kementerian pertahanan dan luar negeri di Taiwan menyambut baik berita tersebut, dengan mengatakan senjata itu akan membantu meningkatkan kemampuan pertahanan.

Baca Juga: Luhut Sempat Ngidam Agar Indonesia Punya Senjata Nuklir, Nyatanya Soekarno Pernah Buat Tim Khusus untuk Ciptakan Bom Atom Sendiri: Sudah Takdir Tuhan

"Penjualan senjata ini menunjukkan bahwa AS sangat mementingkan posisi strategis kawasan Indo-Pasifik dan Selat Taiwan, mereka secara aktif membantu Taiwan dalam memperkuat kemampuan pertahanan kita secara keseluruhan," ungkap Kementerian Pertahanan Taiwan, seperti dikutip Reuters.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Pentagon mendapat persetujuan atas potensi penjualan senjata ke Taiwan.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber kontan