Seakan Sengaja Tantang Amerika Serikat, Turki Sukses Laksanakan Uji Coba Rudal S-400 Buatan Rusia di Laut Hitam, NATO Panas Dingin Tahu Kecemasannya Terbukti

Jumat, 23 Oktober 2020 | 15:13
VIA Intisari

Rudal S-400 buatan Rusia

Gridhot.ID - Turki akhir-akhir ini menjadi sorotan akibat kelakuannya.

Manuvernya di beberapa perang modern jadi bukti Turki punya strategi yang bisa buat para sekutunya ketar-ketir.

Bahkan pada Kamis (22/10/2020), Turki secara resmi mengkonfirmasi telah melakukan pengujian sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia yang kontroversial.

Hal ini membuktikan kekhawatiran yang dirasakan oleh para sekutu NATO.

Baca Juga: Waspada, Indonesia Masuk Daftar Negara yang Sedang Diincar China, Ternyata Tujuan Ini Ingin Dicapai Negeri Tiongkok

Melansir Arab News, uji coba persenjataan anti-pesawat senilai US$ 2,5 miliar yang dibeli tahun lalu dari Moskow berlangsung pekan lalu di provinsi Sinop, Turki utara, tepat di seberang Laut Hitam dari wilayah Rusia.

Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam infrastruktur komando dan kendali NATO, melainkan akan digunakan sebagai sistem mandiri yang mirip dengan penggunaan S-300 buatan Rusia, senjata yang ada di dalam NATO.

Dengan perbandingan ini, Akar secara implisit merujuk ke Athena, yang saat ini menjadi penantang utama Turki, yang memiliki rudal produksi Rusia di gudang senjatanya.

Arab News memberitakan, para ahli meyakini bahwa pernyataan resmi tentang pengujian Turki terhadap sistem pertahanan udara Rusia dapat memicu ketegangan antara Ankara dan Washington, yang mengklaim bahwa rudal tersebut dapat menimbulkan ancaman serius bagi peralatan militer aliansi.

Baca Juga: Nita Thalia Ngaku Operasi Plastik Pakai Uang dari Dompetnya Sendiri, Nurdin Rudythia Bongkar Fakta dan Singgung Adanya Bukti: Dia Merengek Bilang Demi Karier

Sementara itu, menteri pertahanan NATO bertemu pada hari Kamis untuk membahas masalah yang mempengaruhi keamanan aliansi.

Ozgur Unluhisarcikli, direktur lembaga think tank kantor Ankara The German Marshall Fund of the US, mengatakan argumen Turki bahwa S-400 akan menjadi sistem mandiri yang tidak terhubung ke jaringan radar NATO telah dibuat beberapa kali, tetapi gagal meyakinkan Amerika.

Perhatian utama sekutu NATO adalah bahwa S-400 dapat digunakan untuk mengumpulkan intelijen sensitif melalui sistem yang terhubung dengan pesawat tempur siluman F-35, pesawat tempur generasi berikutnya dari aliansi.

Tetapi Ankara mengatakan bahwa akuisisi rudal Rusia diperlukan untuk mempertahankan diri dari ancaman keamanan saat ini dan yang muncul di wilayahnya.

Baca Juga: Lagaknya Anti Tiongkok Mati-matian, Nyatanya Terungkap Donald Trump Miliki Rekening Bank di China, Proyek dan Perusahaannya pun Tersebar di Negeri Tirai Bambu

Partisipasi Turki dalam produksi bersama sistem F-35 telah ditangguhkan oleh Washington tahun lalu sebagai hukuman karena membeli perangkat keras militer Rusia.

Namun, AS telah menahan diri dari menjatuhkan sanksi jika rudalnya tetap berada di dalam peti. Akan tetapi, langkah-langkah ekonomi yang keras diperkirakan akan dimulai begitu rudal diaktifkan.

Ketua Hubungan Luar Negeri Senat AS Jim Risch mengatakan minggu ini bahwa sanksi lebih lanjut terhadap Turki, sebagai bagian dari Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), untuk menguji S-400 masih menjadi agenda utama untuk inisiasi setelah pemilihan presiden.

Ankara telah menunda aktivasi sistem sejak April. Bulan lalu, selama kunjungan ke Turki, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengulangi bahwa sistem S-400 tidak dapat diintegrasikan ke dalam sistem pertahanan udara dan rudal NATO.

Baca Juga: Perutnya Tak Bisa Tahan Lapar, 7 Orang Ini Justru Dijemput Ajal Usai Melahap Mi Instan yang Lama Disimpan di Freezer, Ahli Pangan Ungkap Penyebabnya

Namun Unluhisarcikli percaya bahwa efisiensi S-400 sebagai sistem mandiri sangat meragukan.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Kecemasan NATO terbukti, Turki uji coba rudal S-400 buatan Rusia di Laut Hitam.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber kontan