Gridhot.ID - Taiwan memang menjadi salah satu negara yang sukses menghajar balik virus corona.
Tak hanya angka positif, bahkan ekonomi Taiwan disebut sudah keluar dari lubang krisis lebih dahulu.
Taiwan berhasil keluar dari kemelut perekonomian nasional sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
Hal tersebut tercermin dari melesatnya nilai ekspor Taiwan sebesar 9,4% pada September 2020 di tengah keterpurukan ekonomi global akibat virus corona.
Padahal sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya disokong oleh perdagangan dunia, seharusnya perekenomian Taiwan mendapat pukulan telak dari melorotnya kondisi ekonomi global. Namun, pemerintah Taiwan segera mengambil langkah untuk menyelamatkan perekonomian negara.
“Menurut data statistik, PDB dan volume perdagangan dunia mengalami penurunan yang sangat tajam. Taiwan sangat bergantung pada perdagangan (yang terkait) dengan ekonomi dunia. Untuk membantu meredam guncangan bisnis kami yang tiba-tiba, kami telah mengadopsi paket bantuan ekonomi untuk meringankan situasi seperti itu,” papar Chung-Chiang Chen, Kepala Biro Pengembangan Industri Kementerian Perekonomian Taiwan, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (30/10).
Hal tersebut diungkapkan Chen dalam diskusi daring yang bertajuk “Era New Normal Pasca Covid-19: Forum Inovasi Teknologi dan Kerja Sama Indonesia-Taiwan” pada Jumat (30/10).
Acara ini digagas oleh Institut Riset Teknologi Industri Taiwan (Industrial Technology Research Institute/ITRI) dan School of Business and Management - Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB).
Langkah-langkah yang diambil pemerintah Taiwan, kata Chen, antara lain adalah dengan memberikan pinjaman bantuan kepada produsen dan sektor jasa komersial untuk membantu mendukung pelaku bisnis agar dapat bertahan.
Mengapa demikian? Karena Taiwan beranggapan gaji karyawan adalah hal yang paling penting dalam menopang perekonomian. Selain itu, otoritas Taiwan juga menyediakan program perpanjangan pinjaman untuk memangkas biaya operasional para pelaku usaha. Ketiga, Taiwan juga mendorong pelaku bisnis memangkas biaya operasionalnya.
Tak hanya itu, pihak berwenang Taiwan juga memberikan insentif pada para pelaku bisnis agar mereka dapat meningkatkan daya saing dengan menambah pengeluaran, meningkatkan digitalisasi, merekrut lebih banyak talenta, sehingga pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan konsumsi.
“Dalam hal rantai pasokan, kami juga mengusulkan dua strategi utama yaitu menyambut kedatangan investor asing Kembali masuk ke Taiwan dan membantu perusahaan Taiwan untuk menyesuaikan kegiatan bisnis global mereka,” kata Chen.
Ketika awal perebakan kasus virus corona di Februari 2020, Biro Pengembangan Industri Taiwan juga bekerja sama dengan tim nasional yang bertanggungjawab mengurusi kebutuhan masker untuk mengamankan pasokan alat pelindung diri.
Saat itu, Taiwan hanya sanggup menyuplai 4,58 juta masker per hari, padahal jumlah penduduknya mencapai 23 juta orang. “Namun dalam lima bulan, pada awal Mei, kami memperluas lini produksi menjadi 114 lini dan kami bersama-sama mengatur produksi sebanyak 20 juta masker medis per hari untuk memenuhi kebutuhan warga yang mendesak," kata dia..
Setelah Mei tahun ini, pihaknya menyumbangkan masker bedah ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk mendukung tenaga medis melawan Covid-19. "Itu adalah pencapaian yang sangat luar biasa dari pemasok peralatan medis dan sektor tim peralatan mesin kami,” papar Chen.
Kecakapan otoritas Taiwan dalam “membaca” situasi membuat ekspor Taiwan berhasil mencapai rekor tertinggi di tengah carut marut perekonomian dunia. Menurut catatan Kementerian Keuangan Taiwan, negara tersebut berhasil membukukan ekspor sebesar $ 30,71 miliar pada September 2020, naik sebesar 9,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Ekspor kita telah mencapai rekor tertinggi dan siap untuk mencapai pertumbuhan yang lebih baik di tahun 2020,” kata Chen.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Jack Chang, Wakil Direktur Jenderal ITRI, berharap pertukaran pengetahuan dan pelajaran dalam diskusi daring ini dapat membantu Indonesia dan Taiwan untuk memerangi pandemi ini dengan lebih baik.
Sementara Dekan SBM ITB, Professor Utomo Sarjono Putro mengatakan pandemi Covid-10 melahirkan keadaan darurat kesehatan masyarakat global yang membutuhkan respons global dengan konsekuensi yang luas bagi kehidupan ekonomi dan sosial.
“Kami menyadari bahwa masalah ini tidak dapat diatasi secara terpisah. Kita harus bekerja sama lintas disiplin, berbagi dan menciptakan nilai bersama untuk berkontribusi dan menyelesaikan masalah. Kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah sangat penting untuk meningkatkan kemampuan dan sumber daya satu sama lain untuk mencapai solusi berkualitas tinggi,” katanya.
Ekspansi Pasar ke Indonesia
Sementara itu, sejumlah perusahaan Taiwan sedang melirik untuk melakukan penetrasi pasar di Indonesia, terutama untuk pasar produk teknologi terkait dengan pandemi virus CoVid-19.
Produk-produk tersebut telah digunakan di Tawian sendiri dan membantu Taiwan mengatasi pandemic CoVid-19 yang merebak sejak awal tahun ini.
Saat ini kasus kematian di Taiwan akibat virus CoVid-19 hanya mencapai 1 digit, menjadikan Taiwan salah satu dari sedikit negara yang paling berhasil dalam menghadapi pandemi ini.
Perusahaan Taiwan tersebut antara lain adalah ELECLEAN, suatu perusahaan teknologi yang mengembangkan serangkaian produk disinfektan berbasis air yang inovatif dan berteknologi tinggi.
Selain itu juga ada Elitegroup Computer Systems Co, perusahaan elektronik yang merupakan produsen motherboard PC terbesar kelima di dunia yang berhasil mengembangkan sistem teknologi kesehatan yang dapat membantu mengurangi kontak sosial dan penyebaran Virus CoVid-19 di terutama, fasilitas umum.
Terakhir, imedtac, integrator sistem perawatan kesehatan yang terkenal di Taiwan, yang mengintegrasikan keunggulan ilmu kedokteran dan IT Taiwan.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Nilai ekspor melonjak, Taiwan bagi-bagi ilmu cara selamatkan ekonomi saat pandemi.
(*)