Laporan Wartawan GridHot.ID, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Angin segar mulai datang di tengah pandemi.
Pasalnya, dari perkembangan uji coba vaksin covid-19 yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan farmasi, 2 di antaranya menyebutkan tingkat efektivitas yang cukup tinggi.
Melansir Kompas.com, dua perusahaan farmasi pengembang vaksin virus corona Moderna dan Pfizer mengumumkan tingkat efektivitas vaksin mereka sekitar 95 persen.
Hasil ini menjadikan harapan baru untuk mengakhiri pandemi virus corona semakin kuat.
Selain mengenai tingkat efektivitas vaksin melindungi dari Covid-19, pembicaraan pun kini mulai bergeser pada siapa pihak pertama yang mendapat suntikan vaksin terlebih dulu?
Sebab vaksin yang tersedia pada fase awal ini jumlahnya terbatas, yaitu sekitar jutaan dosis.
Sementara penduduk Bumi mencapai miliaran orang.
Daftar prioritas
Kementerian kesehatan di seluruh dunia kini baru saja mulai membuat daftar prioritas para penerima vaksin. Langkah ini disebut lebih sulit dari yang dibayangkan.
Setiap negara perlu menentukan bagaimana menyeimbangkan antara menyelamatkan nyawa orang yang rentan atau menghentikan penyebaran virus di antara para pekerja di sektor penting.
Melansir Washington Post, Sabtu (21/11/2020), data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa ada satu pasien yang meninggal akibat virus corona setiap 17 detik di Eropa.
Di Perancis, badan penasihat ilimah telah menandai orang-orang berdasarkan usia dan pekerjaan yang membuat mereka rentan sebagai prioritas tinggi.
Pejabat mungkin harus memilih antara pengemudi taksi berusia 26 tahun yang berbagi ruang terbatas dengan penumpangnya sepanjang hari atau investor berusia 69 tahun yang bekerja jarak jauh, tetapi memiliki usia yang rentan.
Berpotensi terinfeksi
Beberapa negara menargetkan kelompok dengan potensi terbesar untuk menyebarkan virus sebagai pihak pertama penerima vaksin.
Sejumlah negara lain juga setuju bahwa prioritas pertama adalah pekerja medis garis depan, selain petugas ambulans. Namun, kategori petugas kesehatan ini pun dilematis.
Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris, misalnya, mempekerjakan 1,4 juta orang dan tidak semuanya berinteraksi dengan pasien.
Antrean selanjutnya, menurut sejumlah gugus tugas, haruslah orang-orang dengan usia lanjut yang memiliki risiko terbesar komplikasi akibat Covid-19 dan berujung kematian.
Di Jepang, pemerintah bertujuan untuk mendistribusikan vaksin sesuai dengan risiko medis dengan para lansia berada di garis depan.
Di Eropa, petugas kesehatan tampaknya cenderung untuk memberikan vaksin bagi penghuni dan pengasuh di panti jompo.
Sebab, panti jompo menjadi tempat dengan jumlah korban terbesar, seperti yang terjadi di Belgia, Inggris, dan Spanyol.
Harus transparan
Para ahli juga mengingatkan agar keputusan prioritas vaksin harus dikeluarkan secara transparan.
Yaitu berdasarkan pada kriteria yang diterima oleh masyarakat, bukan hanya pejabat atau politisi.
Komisi vaksin Jerman mengatakan akan memberikan peringkat yang didukung penelitian dengan rincian lebih lanjut tentang siapa yang akan diberi akses vaksin awal.
"Dengan alasan berbasis bukti, kami akan membuatnya transparan mengapa peringkat prioritas ditetapkan ke kelompok tertenti," kata komisi itu.
Di Perancis, publik secara aktif diajak berkonsultasi tentang prioritas penerima vaksin.
Sementara seorang petinggi Partai Buruh meminta pemerintah untuk memberikan prioritas kepada orang yang rentan, tunawisma, dan penghuni tempat penampungan malam.
Ekonom kesehatan di University of Oxford Philip Clarke mengatkan, urgensi daftar prioritas akan bergantung pada berapa lama waktu yang dibutuhkan vaksin tersedia secara luas.
"Artinya, jika setiap orang memiliki akses selama beberapa minggu, mungkin tidak masalah siapa yang mengambil vaksin pertama atau terakhir," kata dia.
"Tetapi jika vaksin diluncurkan perlahan, selama berbulan-bulan, mungkin sangat penting siapa yang pergi lebih dulu atau terakhir," tambahnya.
China
China memiliki pertimbangan berbeda soal kelompok prioritas penerima vaksin, karena risiko utamanya merupakan kasus impor.
China telah menempatkan warga negara dengan rencana perjalanan ke luar negeri di antara kelompok-kelompok yang diprioritaskan untuk penggunaan vaksin darurat.
Selain mencegah warganya membawa virus pulang, tindakan ini juga mengurangi risiko warga negara China menjadi pembawa virus di luar negeri.
Jadi, kelompok pertama yang mendapatkan akses di China adalah diplomat, pekerja di perusahaan milik negara, dan karyawan pembuat vaksin.
Sementara itu, diberitakan GridHot sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa vaksin covid-19 bakal tiba di Indonesia pada akhir November 2020.
Kementerian Kesehatan pun disebut telah menentukan kriteria kelompok masyarakat yang diprioritaskan dalam proses vaksinasi Covid-19.
Pertama, yang diprioritaskan ialah tenaga kesehatan, kemudian anggota TNI-Polri.
Kemudian, para ASN yang bekerja di sektor pelayanan publik, serta para guru.
Mereka diprioritaskan untuk divaksinasi lantaran bersentuhan langsung dengan masyarakat dalam kegiatan sehari-harinya.
Jokowi pun mengatakan proses vaksinasi terdiri dari rangkaian yang panjang.
Sebab, pemerintah harus memastikan setiap tahapannya berjalam dengan aman dan lancar.
"Kita juga harus menyiapkan distribusi ke seluruh Tanah Air. Ini yang tidak mudah, mendistribusikan vaksin itu tidak mudah," ujar Jokowi.
"Ini bukan barang seperti barang-barang yang lain, memerlukan apa cold chain, kedinginan dengan derajat tertentu," kata dia. (*)