GridHot.ID - Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai Presiden Indonesia pada 23 Juli 2001 hingga 20 Oktober 2004.
Mengutip Kompas.com pada 26 Juli 2019, di masa kepresidenannya yang hanya tiga tahun, Megawati menggariskan sejumlah kebijakan penting.
Di antara berbagai kebijakan itu, privatisasi BUMN boleh jadi yang paling kontroversial.
Selain privatisasi BUMN, kebijakan lain Megawati yang kerap dipermasalahkan ialah sistem kerja alih daya atau outsourcing.
Sementara di antara berbagai warisannya untuk Indonesia, pendirian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan warisan yang layak dipuji.
Selain itu, Megawati juga berfokus pada kebijakan melawan teroris.
Dia menggalang kerjasama internasional khususnya negara-negara di Asia Tenggara untuk memerangi terorisme.
Hasilnya pada masa pemerintahannya ia berhasil menciptakan Perpu tentang anti terorisme, yang disahkan menjadi UU Anti Terorisme.
Melalui Undang-undang ini, pelaku bom Bali yang terjadi pada tahun 2002 berhasil ditangkap dan dihukum mati, meskipun hubungan Indonesia dan Australia pada masa itu merenggang sejak dimulainya Referendum Timor- Timur.
Terkait masalah terorisme, rupanya Megawati juga pernah melakukan pertemuan dengan Presiden AS George W. Bush.
Melansir jurnal World Policy berjudul 'Indonesia The Crossroad: U.S. Weapons Sales And Military Training', hanya beberapa hari setelah serangan 11 September di World Trade Center dan Pentagon, Presiden George W. Bush bertemu dengan Megawati Sukarnoputri.
Serangan 11 September merupakan serangkaian serangan teroris oleh Wahhabi kelompok teroris Al-Qaeda pada 2001.
Serangan tersebut mengakibatkan 2.977 kematian, lebih dari 25.000 luka-luka, dan konsekuensi kesehatan jangka panjang yang substansial, selain setidaknya $ 10 miliar kerusakan infrastruktur dan properti.
Itu juga dikenal sebagai serangan teroris paling mematikan dalam sejarah manusia.
Dalam jurnal tersebut, Megawati digambarkan sebagai presiden baru Indonesia, sebuah negara Muslim terbesar di dunia.
Dikatakan pula bahwa Megawati adalah pemimpin Muslim pertama yang bertemu dengan Bush setelah serangan itu, yang memungkinkan dia untuk dengan cekatan melawan kritik bahwa perang baru melawan terorisme adalah perang terselubung melawan Islam.
Presiden Megawati mengutuk serangan itu sebagai "biadab dan tidak pandang bulu" dan "berjanji untuk bekerja sama dengan komunitas internasional dalam memerangi terorisme."
Sementara itu, Presiden Bush menjanjikan bantuan ekonomi kepada Megawati dengan total lebih dari $ 700 juta, termasuk uang untuk pelatihan polisi dan kursus pertahanan sipil di bawah program E-IMET (Expanded-International Military Education and Training).
Bush juga menyatakan keinginannya untuk melanjutkan kontak militer reguler, dan mencabut embargo penjualan senjata "tidak mematikan".
Kala itu, Presiden George W. Bush menyambut Presiden Megawati, mengungkapkan harapannya untuk "Indonesia yang bersatu, demokratis, dan sukses secara ekonomi."
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Pernah Menjabat sebagai Presiden Indonesia, Megawati Ternyata Pernah Temui Presiden Amerika Serikat Ini, Tak Disangka Bicarakan Kesepakatan Ini"
(*)