Didiskriminasi Warga Lokal, Kehidupan Orang China di Timor Leste Memprihatinkan, Dilempar Batu hingga Diserang Menggunakan Panah

Kamis, 24 Desember 2020 | 11:42
The Guardian

Ilustrasi warga Timor Leste

GridHot.ID -Sejak Timor Leste menjadi koloni Portugis, banyak orang China yang mulai tinggal di negara itu.

Mereka rata-rata adalah suami istri yang kemudian mengembangkan bisnis dan menetap di Timor Leste.

Menurut The Interpreter, kehidupan orang-orang China di Timor Leste sudah menyebar dan membuat roda perdekonomian bergerak.

Di pinggiran kota Dili misalnya, banyak tempat bisnis di jalankan oleh China, yang berkembang hingga saat ini.

Baca Juga: Penyebab Pengangguran di Timor Leste Terungkap, Ekonomi Bumi Lorosae Ternyata Dikuasai China, Pantas Penduduk Asli Kesulitan Cari Kerja

Meskipun saat ini nyaris menjadi penguasa ekonomi di negara kecil itu, kehidupan orang China di Timor Leste ternyata tak semudah yang dibayangkan.

Konflik dan pergejolakan membuatnya sering menjadi sasaran diskriminasi oleh penduduk lokal.

Banyak orang China, mengalami diskriminasi dalam hal sederhana, misalnya diberi harga lebih mahal dalam membeli sayuran di pasar dan penghinaan.

Menjadi korban pelemparan oleh pemuda yang merasa bosan di pinggiran jalan, hingga tindakan keras yang lebih jahat lagi.

Baca Juga: Tumpahkan Darah untuk Pertahankan NKRI, Inilah Perjuangan Militan Timor Leste Pro Indonesia, Bocorkan Strategi untuk Dapat Senjata hingga Rela Bantai Teman Sendiri

Banyak yang mengira bahwa orang China di Timor Leste adalah orang-orang berduit, padahal kenyataannya tidak semua.

Selama berabad-abad Timor Leste sebagai koloni Portugis, anak-anak Tionghoa-Timor dari pemilik bisnis imigran Tionghoa menjadi mayoritas populasi sekolah.

Karena keluarga Timor Leste tidak mampu membayar biaya yang dibebankan oleh pemerintah kolonial.

"Mereka berpikir, oh orang Tionghoa, kami hanya berbisnis, kami hanya pandai berbisnis, mereka punya uang, mereka bisa menyekolahkan anak mereka," kata Teresa Ku, 29 tahun kelahiran Tionghoa-Timor.

Baca Juga: Menyelinap ke Timor Leste, Militer Khusus Selandia Baru Jalankan Misi Berbahaya, Berhasil Berkat Bantuan Tentara Indonesia

"Itu sebabnya ketika Anda bersekolah dulu, 95% kelasnya adalah orang Tionghoa-Timor, tetapi jika Anda pergi sekarang, Anda dapat menghitung satu atau mungkin dua siswa di kelas," katanya.

Tetapi keluarga Tionghoa-Timor dapat menelusuri garis keturunan mereka empat atau lima generasi atau lebih.

Banyak yang masih mengalami diskriminasi dari orang Timor lainnya.

Teresa ingat seorang tetangga yang terpaksa merelokasi kios ikan barbekyu miliknya dari sudut pasar pinggir pantai yang populer.

Baca Juga: Mencurigakan, Sebuah Pesawat Komersial Nekat Tempuh Jarak 15 Ribu Kilometer untuk Sampai ke Timor Leste, Ini Fakta di Baliknya

Setelah sesama penjual menyerangnya dengan panah dan seorang lagi yang pindah secara permanen ke Australia setelah tangannya dipotong.

Tahun 2018, saudara laki-laki Teresa diserang oleh sekelompok pria di jalan.

"Anda lahir di sini, Anda tumbuh di sini, Anda berbicara bahasa yang sama, tetapi tetap saja kulit Anda tidak menunjukkan bahwa Anda cukup murni seperti mereka," kata Teresa.

Besarnya penduduk China di Timor Leste juga dipengaruhi meningkatnya pengaruh China di kawasan itu.

Baca Juga: Keberingasannya Terbongkar, Dokumen Rahasia Ini Ungkap Indonesia Gunakan Senjata Militer 'Terlarang' Ini untuk Bumi Hanguskan Timor Leste Saat Invasi, Ternyata Didalangi 2 Negara Ini

Pengaruh China yang berkembang di Timor Leste telah menarik perhatian para komentator internasional.

Pada gilirannya menuai teguran dari para pemimpin negara muda itu.

Pada bulan September 2019, mantan presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta mengecam para penulis karena "sangat tidak akurat dan menyesatkan" dalam menggambarkan pengaruh China di Timor-Leste.

"Ini klise dan konyol," katanya kepada South China Morning Post.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengn judul "Meski Nyaris Menguasai Ekonomi di Timor Leste Tak Disangka Kehidupan Orang China di Timor Leste Justru Menyedihkan, Sering Jadi Korban Diskriminasi Oleh Penduduk Lokal"

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Intisari Online