Harga Tahu dan Tempe Meroket, Kelakuan China Borong Habis-habisan Kedelai Amerika Diduga Jadi Penyebabnya, Begini Penjelasan Kemendag

Senin, 04 Januari 2021 | 18:00
via Tribun Bali

Ilustrasi

Gridhot.ID - Awal tahun jadi momok mengerikan bagi masyarakat.

Hal ini terkait tentang harga bahan makanan pokok yang sedang meroket di awal tahun ini.

Salah satunya yang sedang meroket adalah Tahu dan Tempe.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan telah berkomunikasi dengan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) untuk membantu mensosialisasikan ke konsumen perihal naiknya harga tahu tempe di pasar.

Penyesuaian harga ini disebabkan naiknya harga kedelai internasional. Asal tahu saja, saat ini Indonesia masih memenuhi kebutuhan kedelainya 70% dari impor.

Baca Juga: Hati Ambyar Bakal Ditinggal Nikah Pacar, Pria Ini Nekat Coba Bunuh Diri di Toilet Rumah Sang Kekasih, Ditemukan Pingsan dengan Mulut Berbusa

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan, Suhanto menegaskan naiknya harga kedelai di dalam negeri, murni karena naiknya harga kedelai di tingkat internasional.

Suhanto memaparkan harga kedelai di pasar internasional naik 9% dari kisaran US$ 11,92 menjadi US$ 12,95 per busel.

"Kemarin sore kami monitor dengan perwakilan kami di Chicago bahwa harga kedelai masih naik," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (4/1).

Suhanto menjelaskan, penyebab naiknya harga kedelai adalah semasa pandemi corona, terjadi perlambatan produksi kedelai dunia.

Adapun pada Desember 2020, saat perekonomian China sudah mulai membaik, China memborong kedelai dari Amerika hingga dua kali lipat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Baca Juga: Hati Ambyar Bakal Ditinggal Nikah Pacar, Pria Ini Nekat Coba Bunuh Diri di Toilet Rumah Sang Kekasih, Ditemukan Pingsan dengan Mulut Berbusa

"Seperti yang diketahui, sumber utama kedelai dunia dari Amerika, maka dari itu hukum dagang berlaku yakni harga naik ketika permintaan lebih besar dibandingkan pasokannya. Ini masih berlangsung hingga kemarin sore," kata Suhanto.

Adanya hal ini, Suhanto bilang pemerintah melalui tim Kemendag langsung turun untuk berkomunikasi dengan perajin tahu tempe di wilayah Jakarta untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai internasional ke pelaku industri kedelai dalam negeri.

Selain itu, komunikasi ini dilakukan juga karena terjadi aksi mogok produksi yang dilakukan perajin tahu tempe sejak 1-3 Januari 2021.

Setelah pertemuan itu, Suhanto mendapatkan informasi bahwa harga penebusan kedelai oleh para perajin tahu tempe naik.

Di bulan November 2020 masih di angka 9.000 per kilogram, adapun di bulan Desember 2020 sudah mencapai 9.300 hingga 9.600 per kilogram.

Baca Juga: Curiga Ada Lebih dari 1 Video Syur yang Diperankan Gisel dan Nobu, Roy Suyo: Bukan Hanya Satu Rekamannya...

Terjadi kenaikan bervariasi di kisaran 3,3% hingga 6,6% karena ada yang membeli melalui koperasi ada juga yang langsung ke distributor.

"Dan setelah kami bicara, setelah kami datang saat mogok produksi, mereka menyatakan siap produksi lagi sejak kemarin. InsyaAllah besok atau lusa di pasaran sudah ada lagi tahu tempe karena memang kita tahu untuk produksi tempe membutuhkan 3 hari," ungkapnya.

Lantas, adanya kenaikan harga ini, perajin tahu dan tempe meminta kepada pemerintah untuk membantu menginformasikan kepada masyarakat bahwa di 2021 ada penyesuaian harga tahu tempe di tingkat konsumen.

Mengenai berapa persen kenaikan harganya, Suhanto belum bisa memerinci.

Yang terang, Kemendag berpesan kepada perajin tahu tempe untuk menghitung betul kenaikan harganya, jangan sampai memberatkan masyarakat.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Harga tahu dan tempe melonjak, ini penjelasan Kemendag.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber kontan