Kini Jadi Menteri dengan Segudang Fasilitas Negara, Risma Nyatanya Tetap Berangkat Kerja Lewat Jalur Berbeda, Diancam Dibunuh Jadi Alasannya, Mensos: Saya Enggak Punya Pengamanan!

Hari pertama berdinas sebagai Menteri Sosial, Tri Rismahirini alias Risma menemui seorang pemulung di kawasan aliran Sungai Ciliwung, belakang kantor Kementerian Sosial.

Gridhot.ID - Menteri Sosial Tri Rismaharini kini terkenal dengan kinerjanya yang suka blusukan ke berbagai wilayah.

Risma memang terkenal sebagai sosok yang suka langsung terjun ke masyarakat bahkan sejak dirinya menjabat sebagai Wali Kota Surabaya.

Namun Risma punya kebiasaan unik yang masih dia laksanakan sampai sekarang jadi menteri.

Dirinya disebut selalu mengambil jalan yang berbeda setiap berangkat kerja.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Risma menjelaskan kalau kebiasaan ini dibuatnya karena dirinya sudah pernah dapat ancaman pembunuhan.

Kebiasaan itu selalu dia lakukan sejak menjabat sebagai wali kota Surabaya.

Risma menceritakan asal-usul kebiasaannya saat sedang berkunjung ke Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis Pangudi Luhur, Bekasi, Jumat (8/1/2021).

Semua berawal ketika Risma sempat menggemparkan masyarakat kala menutup tempat prostitusi gang Dolly.

Ketika menutup tempat prostitusi besar itu, Risma mengakui kerap dapat ancaman.

"Karena dulu kenapa saya lewat jalannya berubah-ubah, dulu misalnya saya nutup Dolly, saya diancam dibunuh, dan saya enggak punya pengamanan," kata Risma.

"Makanya saya harus mengamankan diri saya, caranya adalah lewat jalur selalu berubah," kata Risma.

Kini sebagai Menteri, Risma memang masih terus menjalankan kebiasaannya untuk langsung bertemu dengan rakyat dan mendengar permasalahan mereka.

Selain kinerjanya di lapangan, Risma juga sudah membuat anggaran bantuan sosial yang diluncurkan di tahun 2021 ini.

Dikutip Gridhot dari Kontan, Risma sudah membuat berbagai macam perubahan skema dalam penyaluran bantuan sosial dan akhirnya mentukan anggaran bansos sebesar Rp 50,7 Triliun.

Rinciannya meliputi Rp 28,71 triliun untuk 10 juta keluarga Program Keluarga Harapan ( PKH), Rp 12 triliun buat 18,8 juta keluarga penerima Program Sembako, dan Rp 12 triliun buat 10 juta keluarga penerima Bansos Tunai (BST).

Risma menjelaskan, pihaknya rutin menyampaikan informasi dan arahan agar bantuan digunakan tepat guna sesuai peruntukannya, yaitu melalui publikasi, leaflet, sosialisasi, dan edukasi oleh petugas bank dan PT Pos.

"Bantuan yang diberikan dilarang digunakan untuk membeli rokok dan minuman keras," tegas Risma.

(*)