Terminal dan Stasiun Bakal Pakai GeNose yang Diklaim Mampu Deteksi Covid-19 Kurang dari 1 Menit, Epidemiolog Ini Justru Beri Peringatan: Jangan Terburu-buru

Selasa, 26 Januari 2021 | 09:42
Kompas.com

Alat GeNose buatan ahli UGM untuk deteksi COVID-19

Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari

GridHot.ID - Kabar bahagia datang di tengah pandemi covid-19 yang merajalela di tanah air.

Pasalnya, sebuah alat pendeteksi covid-19 telah berhasil dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM).

Melansir Tribunnews.com, alat pendeteksi covid-19 yang disebut dengan GeNose C19 ini disebut-sebut mampu mendeteksi seseorang negatif atau positif virus corona dalam waktu 50 detik.

Baca Juga: 600 Juta Vaksin Covid-19 Berhasil Dikunci Indonesia, Menkes Budi Gunadi Sadikin Justru Disinisi Orang Malaysia: Kok Negara Terbelakang Dapat, Kita Enggak?

Kepala Produksi GeNose C19 Eko Fajar menyebutkan, cara kerja alat ini adalah dengan mengambil sampel nafas di nafas ketiga yang nantinya dapat mendeteksi seseorang terpapar Covid-19 atau tidak.

"Hasil pengambilan sampel nafas ini, nantinya akan muncul di layar dengan keterangan yang dapat dilihat dalam waktu 50 detik," ujar Eko di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Minggu (24/1/2021).

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sempat mencoba alat GeNose C19 ini, dan hasil yang ditampilkan menunjukkan negatif Covid-19.

Baca Juga: Polisi dan Wanita Berinisial N Tertangkap Kamera CCTV Mesum di Ruang Isolasi Covid-19, Dua Pegawai RSUD Justru Diciduk dengan Alasan Ini

Menurut Budi Karya, alat pendeteksi buatan UGM ini nantinya akan didistribusikan ke stasiun kereta api di beberapa wilayah dan untuk tahap pertama diuji coba di Pulau Jawa.

"Selanjutnya, nanti alat ini juga akan didistribusikan ke terminal-terminal secara bertahap agar dapat digunakan untuk mendeteksi Covid-19 penumpang bus," ujar Budi Karya di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Minggu (24/1/2021).

Ia juga menjelaskan, apabila penggunaan alat GeNose C19 ini di stasiun kereta api bersifat mandatory. Jadi penumpang yang akan melakukan perjalanan, wajib melakukan tes Covid-19 menggunakan alat ini.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat meninjau langsung penggunaan alat GeNose C19 di Terminal Kampung Rambutan, Minggu (24/1/2021). (DOKUMENTASI KEMENHUB)

"Tujuannya tentu untuk meyakinkan bahwa penumpang kereta api, benar tidak terpapar Covid-19 sebelum melakukan perjalanan. Tetapi, penumpang masih diwajibkan membawa surat hasil tes negatif Covid-19 dari fasilitas kesehatan," kata Budi Karya.

Sementara itu untuk di transportasi bus, Budi Karya mengungkapkan, tidak bersifat mandatory tetapi akan dilakukan random sampling kepada penumpang.

Baca Juga: Sombongkan Diri Berhasil Curi Vaksin Covid-19 Demi Keluarga dan Temannya, Dokter Ini Akhirnya Ditangkap, Pengacara: Dia Pegawai Negeri Berdedikasi

"Jadi tidak bersifat wajib sebelum naik bus melakukan tes dengan GeNose, tetapi akan dilakukan tes secara acak sebelum bus melakukan perjalanan," ujar Budi Karya.

Sementara itu, dilansir dari Kontan.co.id, menanggapi rencana penggunaan GeNoSe di stasiun, epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, penggunaan alat itu harus dalam proporsi yang tepat.

"Sebagai alat baru yang masih dalam tahap uji, tidak bisa serta merta langsung dijadikan sebagai alat untuk program yang sangat penting saat ini," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (25/1/2021).

Baca Juga: 2 Kali Terpapar Covid-19, Remaja Ini Masih Jumawa Dirinya Kebal Corona, Nasibnya Berujung Naas Usai Nekat Ikut Pesta

Sebab menurut Dicky, situasi pandemi di Indonesia saat ini sangat serius serta butuh upaya besar dan teruji. Ia menuturkan, teknologi serupa GeNoSe sebenarnya telah dikembangkan lama di sejumlah negara untuk mendeteksi penyakit, seperti kanker dan diabetes.

Akan tetapi, hingga saat ini belum ada satu pun negara yang menggunakannya, khususnya untuk pengendalian pandemi Covid-19. Ia pun mengingatkan agar pemerintah tidak terburu-buru dalam mengeluarkan kebijakan terkait pandemi.

"Sekali lagi dalam kondisi seperti ini kita jangan terburu-buru, sehingga bukannya meningkatkan respons terhadap pandemi, justru malah kontraproduktif," jelas dia.

Apresiasi

Dicky mengaku mengapresiasi penemuan alat tersebut. Namun di satu sisi, dia mengingatkan agar tidak berlebihan dan tidak mengabaikan prinsip ilmiah dan proporsional.

Menurutnya, alat deteksi GeNoSe untuk Covid-19 sedikit lebih baik daripada tes suhu. Namun, posisinya hanya sebagai skrining awal dan tak bisa mengalahkan alat tes seperti rapid test antigen atau PCR.

Baca Juga: Selang Sehari Usai Vaksin Corona, Dokter Ditemukan Tewas di Mobil, Satgas Covid-19 Bongkar Hasil Pemeriksaan Forensik: Dipastikan Bukan Karena Vaksin, Tapi...

Selain alat tersebut masih dalam proses uji, GeNoSe menurut dia juga membutuhkan algoritma yang jelas.

"Jangan sampai tujuannya skrining yang terjadi justru paparan, akan ada false positif dan negatif, termasuk prosedur pengambilan sampelnya yang tidak aman, misalnya dalam kondisi banyak orang," ujarnya.

Dicky mengusulkan, pemerintah sebaiknya melarang warga untuk bepergian. Sebab, protokol kesehatan skrining tidak akan terlalu efektif di tengah situasi orang membawa virus begitu banyak.

Baca Juga: Oknum Polisi Pasien Covid-19 Terekam Berhubungan Intim dengan ASN di Ruang Isolasi, Kapolres Dompu: Yang Bersangkutan Langsung Didatangi Propam

"Ini yang salah kaprah dan menyebabkan indonesia semakin jauh dari pengendalian pandemi," tutupnya. (*)

Tag

Editor : Desy Kurniasari

Sumber Tribunnews.com, Kontan.co.id