Militernya Berkembang Pesat hingga Hampir Saingi AS, China Susun Rencana Perang untuk 50 Tahun Kedepan, Terbagi Atas 6 Invansi Termasuk Asia Tenggara yang Dijadikan Medan Pertempuran

Selasa, 02 Februari 2021 | 20:42
(AFP / GREG BAKER)

Militer China

Gridhot.ID -Militer China sedang memasuki masa kemajuan yang sangat pesat.

Bahkan dalam kurun waktu setahun, China mampu menciptakan alat perang canggih untuk memperkuat militernya.

Melansir dari Intisari-Online, belakangan ini China telah memamerkan sederet alutsista baru seperti pesawat tanpa awak hingga kapal perang.

Baca Juga: Bebani Pikiran, Dokter Forensik Ngaku Pecahkan Kasus Pembunuhan Berkat Penampakan: Ada Anak Lari-lari, Ternyata Korban Hamil 9 Bulan!

Negeri Panda itu, diklaim menjadi negara terkuat dunia saat ini berada di bawah Amerika, dan kemungkinan akan terus bertambah kuat.

Selain itu tahukah Anda ada sebuah tautan cukup mengejutkan yang pernah diterbitkan oleh media China, terkait rencana perang di masa depan.

Pada 9 Juli 2012, surat kabar Tiongkok berbahsa mandarim Wenweipo, menulis sebuah artikel berjudul Enam Perang Tiongkok, Pasti Akan Bertempur Dalam 50 Tahun Mendatang.

Baca Juga: Biasa Dibela, Betrand Peto Kini Justru Kecewa dengan Fans Fanatiknya, Putra Sarwendah: Nggak Ada yang Dibeda-bedakan!

Rencana itu diyakini sebagai cara China mengklaim kembali wilayah kekaisaran mereka yang hilang sejak dikalahkan Inggris dalam perang Candu 1840-1842.

Hal itu diterbitkan dalam sebuah buku Maria Hsia Chang, Return of The Dragon: China Wounded Nationalism, Westview 2001.

China belum menjadi kekuatan besar, jika semua wilayahnya belum bersatu.

Demi martabat Kaisar China, enam peperangan harus dilakukan selama lima puluh tahun mendatang, mulai perang regional hingga perang total.

Baca Juga: Jalan Sempoyongan Nyaris Pingsan, Denny Darko Lemas Lihat Ruang Autopsi Korban Sriwijaya Air SJ 182: Seumur-umur Baru Pertama Lihat...

1. Perang Unifikasi Taiwan 2020-2025

Padahal sumber itu diitulis tahun 2013, tetapi pernyataan ini terbukti. Tahun 2020, China sudah terus melakukan upaya penyatuan Taiwan melaluin intimidasi militer.

Sumber tersebut berbunyi begini: China harus menyusun strategi untuk menyatukan Taiwan dalam sepuluh tahun ke depan,dimulai pada tahun 2020.

Pada saat itu, China harus mengirim ultimatum ke Taiwan, menuntut Taiwan untuk memilih resolusi penyatuan damai (epilog yang paling disukai untuk Tiongkok) atau perang (opsi yang dipaksakan) pada tahun 2025.

Untuk tujuan penyatuan, Tiongkok harus melakukan persiapan tiga hingga lima tahun sebelumnya.

Baca Juga: Ular Piton Keluar dari dalamnya, Siapa Sangka Rumah Tak Berpenghuni Ini Milik Legenda Komedi Indonesia, Tetangga Dihantui Hewan Melata: Lagi Tidur Terus Dicium Lalu Saya Bangun

Dari analisis situasi saat ini, Taiwan diperkirakan akan melawan unifikasi, sehingga tindakan militer akan menjadi satu-satunya solusi.

Perang penyatuan ini akan menjadi perang pertama di bawah pengertian perang modern sejak berdirinya "China Baru".

Perang ini akan menjadi ujian bagi perkembangan Tentara Pembebasan Rakyat dalam peperangan modern.

2. Perang Penaklukkan Spratly 2025-2030

Sama dengan kasus Taiwan, saat ini kepulauan ini sudah mulai dikuasai China, berlokasi di Laut China Selatan, dikabarkan militer China sudah membangun pankalan militer di sana.

Padahal sumber tersebut tertulis 2013, tetapi kenyataannya terjadi saat ini.

Tulisan itu mengatakan:

Baca Juga: Berani Buang Gingsulnya, Lesty Kejora Lagi-lagi Tak Segan Permak Habis Wajah Lugunya Demi Dapatkan Paras Paripurna, Sang Pedangdut: Persiapan...

Saat ini, negara-negara Asia Tenggara sudah menggigil dengan penyatuan militer China di Taiwan.

Di satu sisi, mereka akan duduk di meja perundingan, namun mereka enggan melepaskan kepentingan mereka di Kepulauan itu.

Oleh karena itu, mereka akan mengambil sikap menunggu dan terus menunda untuk membuat keputusan akhir.

Mereka tidak akan memutuskan apakah akan berdamai atau pergi berperang sampai China mengambil tindakan tegas.

Baca Juga: Berani Buang Gingsulnya, Lesty Kejora Lagi-lagi Tak Segan Permak Habis Wajah Lugunya Demi Dapatkan Paras Paripurna, Sang Pedangdut: Persiapan...

Menurut Peta, lokasinya di Laut China Selatan menempatkannya dekat dengan Vietnam yang merupakan negara paling kuat di wilayah tersebut.

Satu-satunya cara adalah China menyerang Vietnam, mengambil alih pulau dan menaklukkan wilayah lain hal itu akan membuatnya memiliki dominasi atas wilayah Pasifik.

3. Perang Penaklukkan Tibet Selatan 2035-2040

China dan India berbagi perbatasan yang panjang, salah satunya adalah di Tibet Selatan meski wilayah ini tidak pernah diketahui keberadaan pastinya.

Sebelumnya India jauh tertinggal dari China, dan dikatakan India akan menjadi lawan yang sulit bagi China.

Oleh sebab itu, China merencanakan penghasutan disintegrasi India, memecah belas India menjadi beberapa bagian.

Rencana kedua mengekspor senjata ke Pakistan untuk membantu menaklukkan wilayah Khasmir tahun 2035, mengalihkan perhatian supaya India berperang dengan Pakistan. Sementara China akan menguasai Tibet.

Baca Juga: Didesak Mundur dari Anggota Dewan, James Arthur Kojongian Minta Diberi Kesempatan, Wakil Ketua DPRD Sulut Ungkap Nasib Rumah Tangganya Usai Kepergok Selingkuh

4. Penaklukkan kembali Pulau Diaoyu/Senkaku dan Ryukyu 2040-2045

Sama sengan kasus Spartly dan Taiwan, perebutan pulau Senkaku yang kini dikuasai Jepang juga telah dilakukan China, saat ini China terus menekan Jepang.

Saat ini pulau Ryukyu adalah milik Jepang, namun sejak zaman kuno merupakan milik China yang berada di Laut China Timur.

Sama halnya dengan Diaoyu yang merupakan tanah Tiongkok sejak zaman kuno.

Baca Juga: Sempat Mantap Jodohkan Anaknya dengan Putra Syekh Ali Jaber, Ustaz Yusuf Ali Mansur Malah Sebut Kandidat Lain dalam Perjodohan Putrinya: Kalau Nanti Papa Sodorin, Jangan Sampai Nggak Mau!

China menuduh Jepang merampok kekayaan kedua pulau itu selama bertahun-tahun dan kini mereka besiap akan merebutnya kembali.

5. Penyatuan Mongolia Luar 2045-2050

Memang China mengakui kemerdekaan Mongolia, namun wilayah ini akan bernasib sama seperti Taiwan di masa depan, seperti dalam tulisan yang dimuat sumber tersebut.

China harus mengangkat masalah unifikasi dengan Mongolia Luar, dan melakukan kampanye propaganda di dalam Mongolia Luar.

China juga harus memilih kelompok yang mendukung penyatuan, membantu mereka untuk mengambil alih posisi kunci dalam pemerintahan mereka.

Baca Juga: Kecipratan Nasib Mujur Dimas Ramadhan, Ayah Kembaran Raffi Ahmad Nangis Haru Gerobak Baksonya Disulap Sultan Andara, Intip Penampakannya

Untuk menyatakan Mongolia Luar sebagai kepentingan utama China setelah penyelesaian masalah Tibet Selatan pada tahun 2040

Jika Mongolia Luar dapat kembali ke China dengan damai, tentu saja itu adalah hasil terbaik; tetapi jika Cina menghadapi intervensi atau perlawanan asing, Cina harus bersiap untuk mengambil tindakan militer.

Model Taiwan dapat berguna dalam hal ini: memberikan ultimatum dengan tenggat waktu di Tahun 2045.

Baca Juga: Seakan Tak Peduli dengan Ancaman Anaknya, Rohimah Nyatanya Masih Mau Membuka Hati untuk Kiwil Meski Sidang Perceraian Sudah di Depan Mata, Syarat Ini Langsung Dilontarkan

6. Mengambil Tanah yang Hilang dari Rusia 2055-2060

Hubungan China-Rusia mungkin baik-baik saja, namun hubungan ini tak lebih adalah ketakutan Rusia karena tidak ada sekutu yang lebih baik untuk melawan AS.

Rusia juga khawatir kebangkitan China mengancam kekuatannya, sementara mereka juga selalu ingat tanah yang dilang dari Rusia.

Jika lima perang di atas dimenangkan China tahun 2050, Tiongkok akan merebut tanah berdasarkan domain Dinasti Qing, dengan kampanye propaganda.

Di mana depan Rusia berpotensi menjadi musuh besar China, karena menduduki seratus enam puluh juta kilometer persegi tanah, setara seperenam daratan China.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber intisari-online