Baru Saja Pegang Tahta di Amerika Serikat, Joe Biden Sudah Buat Negara di Asia Tenggara Mati Kutu di Tanah Mereka Sendiri, Satu Perintah Ini Buat Laut China Selatan Makin Mendidih

Minggu, 07 Februari 2021 | 13:13
Chicago Sun-Times

Joe Biden, presiden Amerika Serikat.

Gridhot.ID - Joe Biden memang jadi salah satu pemimpin yang kini dinanti-nanti tindak tanduknya.

Setelah Donald Trump akhirnya lengser, dunia langsung menanti-nanti tindak-tanduk yang bakal dilakukan Joe Biden.

Dikutip Gridhot dari Kontan sebelumnya, Joe Biden diketahui sudah resmi dilantik menjadi presiden Amerika Serikat sejak Rabu (20/1/2021).

Ketika Joe Biden resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS), banyak yang menantikan langkahnya untuk AS.

Selain menghadapi pandemi virus corona (Covid-19), Biden juga diharapkan meredakan hubungan AS dengan negara lain.

Baca Juga: Dipersunting Juragan Batu Bara Buat Hidupnya Berubah Drastis, Bella Shofie Kembali Jadi Sorotan, Warganet Temukan Hal Ganjil di Perayaan Ulang Tahun Mewahnya, Apa?

Khususnya dengan China terkait konflik Laut China Selatan.

Nah, mengenai Laut China Selatan yang semakin bergejolak, Joe Biden akhirnya memberikan perintah pertamanya sebagai Presiden AS.

Apakah itu?

Dilansir dari sputniknews.com pada Sabtu (6/2/2021), Komando Indo-Pasifik AS (INDOPACOM) mengumumkan bahwa kelompok kapal induk AS yang dipimpin oleh USS Theodore Roosevelt telah memasuki Laut China Selatan.

Tujuannya adalah untuk melakukan operasi rutin di daerah tersebut.

Baca Juga: Segera Susul Margin Wieheerm, Penampilan Sumringah Lesty Kejora Saat Jadi Bridesmaid Istri Ali Syakieb Curi Perhatian: Calon Penganten

Dikutip Gridhot dari Intisari, armada ke-7 Angkatan Laut AS mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat bahwa sebuah kapal perang Amerika telah berlayar di dekat Kepulauan Paracel yang dikuasai China di Laut China Selatan.

Kita semua tahu bahwa Kepulauan Paracel menjadi salah satu wilayah yang disengketakan dalam operasi kebebasan navigasi (FONOP).

Di mana China dan Vietnam sama-sama mengklaim pulau tersebut tapi kini China menguasainya.

Dan perintah untuk melakukan operasi rutin tersebut adalah misi pertama di bawah Presiden AS Joe Biden.

USS John S. McCain menegaskan hak navigasi dan kebebasan di sekitar Kepulauan Paracel, sesuai dengan hukum internasional.

Baca Juga: Selalu Menang Saat Perang Melawan Dukun Santet, Ustaz Ini Ternyata Keturunan Asli Prabu Siliwangi, Begini Silsilahnya

Pernyataan itu merujuk pada kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke.

Menurut pernyataan tersebut, misi FONOP menantang pembatasan tidak sah atas jalur tidak bersalah di wilayah yang diberlakukan oleh China, Taiwan, dan Vietnam.

Pernyataan itu muncul beberapa minggu setelah USS John S. McCain melakukan operasi navigasi bebas di dekat Kepulauan Con Dao Vietnam.

Selama misi tersebut, kapal perusak dengan sengaja berlayar melalui perairan teritorial yang diklaim oleh Vietnam untuk menunjukkan penolakan Washington atas klaim tersebut.

Menurut Angkatan Laut AS, Vietnam telah membuat klaim maritim yang berlebihan, dan tindakan USS McCain membantu menjaga akses dan kebebasan navigasi sejalan dengan hukum internasional.

Baca Juga: Pamer Foto USG, Nadya Mustika Minta Doa, Akui Tak Sabar Bertemu Calon Anaknya

Di masa lalu, Hanoi telah mendukung FONOP ketika dilakukan di perairan yang diklaim oleh Beijing.

Tetapi baru-baru ini, AS juga mulai menantang klaim Vietnam, khususnya di Kepulauan Spratly di Laut China Selatan.

Selain Beijing dan Hanoi, Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel, yang merupakan wilayah Laut China Selatan yang paling sering disengketakan.

Sebab pulau-pulau itu juga diklaim oleh Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan.

Tapi China telah menggunakan kendali de facto atas Paracel sejak 1974.

Baca Juga: Bejat! Seorang Ibu Ajak Anaknya Beradegan Mesum dengan Berandal Kampung, Anak yang Lain Disuruh Merekam, Begini Keterangan Pelapor

Meskipun tidak memiliki klaim atas wilayah tersebut, AS juga secara aktif terlibat dalam sengketa tersebut.

Bahkan mereka berulang kali mengirim kapal perangnya ke Laut China Selatan untuk memenuhi misi FONOP.

Ini membuat marah Beijing, yang mengecam tindakan seperti itu sebagai "provokasi".

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber intisari, kontan