Gridhot.ID - Ashanty terus jadi bulan-bulanan masyarakat.
Pasalnya ini menyangkut kasus penelantaran anak angkat dari pihak Asyanty.
Dikutip Gridhot sebelumnya dari Grid.ID, Ashanty dituduh menelantarkan Putra, yang dia sebut menjadi angkatnya beberapa waktu lalu.
Menanggapi berbagai tudingan, Ashanty langsung buka suara.
Namun sayangnya, pengakuan Ashanty itu kembali ditepis oleh pihak Putra dan pengacaranya.
Dikutip Gridhot dari Gridpop, sebelumnya tudingan penelantaran ini bermula saat Ashanty secara tiba-tiba menghentikan pembiayaan sekolah Putra di sebuah pondok pesantren di Jawa Barat.
Namun tuduhan itu dibantah mentah-mentah oleh Ashanty yang justru mengungkap fakta mencengangkan soal sekolah Putra.
Dalam tayangan Hot Shot SCTV, Senin (8/2/2021) yang dikutip melalui Grid.ID, Ashanty mengklarifikasi tentang kejadian di masa lalu dimana sebenarnya Putra tidak diterima di pondok pesantren tersebut.
"Asal tahu ya, pesantren ini awalnya tidak menerima Putra karena Putra di umurnya yang sudah harusnya SMP masih belum bisa membaca."
"Tapi karena saya memohon dan mereka tahu bahwa saya ini hanya berniat sosial," ujar Ashanty.
Menanggapi pernyataan Ashanty tersebut, pengacara LBH Keadilan, Abdul Hamim Jauzie membenarkan bahwa Ashanty yang mengusahakan Muhammad Putra untuk disekolahkan di Pesantren Al Basyir.
Melansir Kompas.com, Abdul mengatakan, memang awalnya Putra lah yang tidak mau disekolahkan di pesantren tersebut.
“Mulanya tidak mau (masuk pesantren). Kami dorong (untuk mau pesantren). Kami bertanya soal alasan (enggak mau) dan cari alternatif lagi,” ujar Abdul saat dihubungi, Senin (8/2/2021).
Abdul dan teman-teman LBH Keadilan pun kemudian membujuk Putra untuk bersedia menimba ilmu di pesantren.
Karena melakukan berbagai upaya pembujukan, akhirnya Putra mau untuk ke pesantren.
“Kami dorong dari berbagai cara. Pas pada saat hari masuk sekolah, dia tidak ada di rumah. Kami cari. Padahal Jumat, komunikasi ‘iya ok berangkat’. Udah berbelanja kebutuhan tas, baju. Itu tidak ada Putra (di rumah),” ucap Abdul.
“Saya suruh teman-teman untuk cari Putra. Sempat tidak mau juga, kakaknya akhirnya mendukung dan (Putra) mau berangkat (ke pesantren),” lanjut Abdul.
Abdul menyayangkan sikap Ashanty yang begitu saja membiarkan Putra tidak masuk pesantren.
Seharusnya kata Abdul, sebagai orang dewasa, Ashanty membujuk Putra untuk bersekolah.
“Ini kan anak-anak, dia (Putra) tidak bisa diatur, dia kemudian enggak mau pesantren. Seharusnya ada upaya begitu (membujuk), jangan kemudian iya begitu aja,” kata Abdul.
Dia mengatakan, jika Ashanty tidak mau bertanggung jawab lagi atas biaya pendidikan Putra di pesantren, seharusnya alangkah baiknya dia menyelesaikannya administrasinya sampai akhir.
Sebab kini status pendidikan Putra tidak terdaftar di mana-mana.
Sebab Putra dari SD Jurangmangu, Tangerang Selatan sudah dipindahkan oleh keluarga Hermansyah ke Pesantren Al Basyir.
“Tapi kalau dia tidak mau, apakah benar dia di-cut begitu aja, terus surat pindahnya gimana? Di Jurangmangu kan sudah dibuatkan surat pindah ke pesantren. Di terakhir penyelesaiannya tidak tepat,” tutur dia.
(*)