Gridhot.ID - Desa Sumurgeneng memang viral akibat sebagian besar warganya tiba-tiba menjadi miliarder dadakan.
Dikutip Gridhot sebelumnya dari Kompas.com, mereka mendadak berlimpah harta berkat menjual tanah ke Pertamina.
Bahkan para warganya langsung memborong ratusan mobil setelah mendapat uang tersebut.
Dikutip Gridhot dari Warta Kota, sebanyak 288 kepala keluarga di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang kini dikenal dengan sebutan Desa Miliarder, terdata sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan pangan non tunai (BPNT).
Namun, Pendamping Bantuan Sosial Pangan (BSP) atau Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Jenu, Imron, mengatakan, setelah diverifikasi atas viralnya kampung miliarder, ditemukan 27 KPM yang dianggap sudah mampu karena telah menjual lahan ke Pertamina.
Kemudian mereka yang dianggap sudah mampu dicoret sebagai penerima BPNT melalui aplikasi sistem informasi kesejahteraan sosial next generation (SIKS-NG).
"Sudah diverifikasi oleh petugas, yang mendapat ganti untung lahan harus dikeluarkan dari penerima BPNT," ujar Imron, Minggu (21/2/2021) seperti dilansir Tribunnews.com.
Kepala Desa Sumurgeneng, Gihanto menyatakan, hingga kini sejak pencairan penjualan tanah warga untuk proyek kilang minyak Grass Root Refinery (GRR), sudah ada 176 mobil baru yang dibeli.
Mobil yang dibeli warga itupun berbagai macam jenis, seperti Toyota Kijang Innova, Honda HR-V, Toyota Fortuner, Mitsubishi Pajero dan Honda Jazz.
"Sudah ada 176 mobil baru yang datang, itu tidak langsung bersamaan, yang datang bareng ya 17 mobil minggu kemarin," ujarnya.
Gihanto menambahkan, ada 840 KK warga di desanya, namun yang lahannya dibeli perusahaan plat merah sekitar 225 KK.
Harga yang diterima warga untuk penjualan tanah per meter mulai dari Rp 600-800 ribu. Sehingga penjualan yang didapat warga rata-rata mencapai miliaran rupiah.
Untuk penjualan tanah paling sedikit Rp 36 juta, paling banyak warga sini Rp 26 miliar, sedangkan ada warga luar mendapat Rp 28 miliar.
"Kalau rata-rata Rp 8 miliar, satu rumah ada yang beli 2-3 mobil. Sisanya buat beli tanah lagi, tabungan, bangun rumah dan usaha," pungkasnya seperti dilansir Tribunnews.com.
Sekadar diketahui, lahan warga dihargai apraisal Rp 600-800 ribu per meter, menyesuaikan lokasi.
Kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektare. Rinciannya, lahan warga 384 hektare, KLHK 328 hektare dan Perhutani 109 hektare.
Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026.
Kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.
(*)