GridHot.ID - Sosok Ganjar Pranowo dikenal sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Dilansir dari TribunJateng.com, sosok Ganjar yang khas rambutnya putih dan perawakannya tinggi memiliki rasa humor yang tinggi pula.
Sejak dilantik menjadi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo makin dekat dengan masyarakat.
Pria yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah ini diketahui sempat mengenyam bangku kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
Beberapa waktu lalu, Ganjar pun berkesempatan bertandang ke rumah indekosnya dulu semasa kuliah.
Mengutip Kompas.com, masih lekat dalam ingatan Bisanto dan Sumaryanti tentang sosok Ganjar Pranowo ketika zaman kuliah dulu.
Pasangan kakek nenek ini merupakan pemilik rumah kos yang ditempati Ganjar selama hampir empat tahun.
Saat mengenyam bangku SMA hingga perguruan tinggi di Yogyakarta, Ganjar tinggal di sudut ruangan kecil berukuran 2x3 meter di rumah sederhana mereka.
Di kamar yang kini berubah menjadi gudang itu, ada sejarah seorang anak kampung asal Purworejo yang kini menjadi Gubernur Jawa Tengah.
Layaknya naik mesin waktu, ingatan Mbah Bisanto pun menembus kenangan masa lalu.
Ia bercerita tentang kehidupan sehari-hari Ganjar puluhan tahun silam.
Kakek berusia 64 tahun ini berkata sosok Ganjar di mata mereka merupakan seorang pribadi yang dikenal nrimo dan prihatin.
Setiap hari, Ganjar berjalan kaki dari tempat kosnya itu sampai ke jalan raya dengan menempuh jarak sekitar 1,5 kilometer.
Lantas, dari jalan raya, Ganjar pun melanjutkan dengan naik angkutan umum menuju ke sekolah atau ke kampusnya.
"Anaknya baik sekali, saya ngalem (memuji) bukan karena sekarang jadi Gubernur, tapi memang anaknya dari dulu prihatin tenan. Anaknya nrimo, jadi kalau mau berangkat kuliah jalan kaki dari rumah, terus naik colt kampus (angkutan kampus). Nrimo lan prihatin sekali anaknya," kenang Mbah Bisanto.
Ia juga mengungkapkan makanan kesukaan Ganjar yang tidak aneh-aneh, yakni sambel korek dan ikan lele goreng.
"Itu saja sudah, ndak neko-neko makanannya," timpal Sumaryanti.
Mbah Bisanto dan Sumaryanti tak pernah menyangka anak yang dulu tinggal di rumahnya dengan hidup prihatin, kini menjadi orang nomor satu di Jawa Tengah.
"Ya mboten nyongko (tidak menyangka). Tapi kalau dilihat dari silsilah keluarganya, Om Ga (sapaan akrab ke Ganjar) itu dari keluarga terdidik. Itu sekeluarga pinter-pinter semuanya," kata Bisanto.
Meski sekarang sudah jadi orang sukses, hal yang membuat Mbah Bisanto bangga adalah sikap Ganjar yang tidak berubah.
Ia tetap seorang Ganjar yang tidak sombong dan besar hati.
"Seneng banget diparani Om Ga, meski saiki dadi wong gedhe (meski sekarang jadi pejabat), tetep kelingan (masih ingat). Dumeh dadi wong gedhe (meski jadi pejabat), piyambake ora sombong (tidak sombong)," ucap Mbah Bisanto.
Ganjar sendiri sengaja mampir ke tempat kos di daerah Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta itu saat melakukan kunjungan kerja ke Yogya sekaligus mencarikan tempat kos bagi putranya, Muhammad Zinedine Alam Ganjar.
Saat pertemuan itu, Ganjar pun bercengkerama sembari senyum-senyum sendiri mendengar cerita tempo dulu dari Bisanto dan istrinya.
Kepada Alam yang juga baru masuk di Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun ini, Ganjar juga menunjukkan kamar yang dulu ia tempati.
"Dulu itu kamar ayah, masih sama persis tidak berubah. Hanya dulu tidak dicat, sekarang sudah dicat," kata Ganjar menunjukkan.
Alam memang kini sudah terdaftar sebagai mahasiswa UGM mengikuti jejak ayah dan ibunya.
"Ya ke sini mampir, saya dulu nunut (numpang) tempatnya Mas Bisanto. Mereka ini sudah seperti saudara saya sendiri. Dulu saya dikasih kamar ini, saya tinggal dari SMA sampai kuliah awal-awal di UGM. Memang benar, saya dulu kalau berangkat sekolah atau kuliah, jalan kaki dari sini ke jalan raya, baru nyegat bis ke kampus," kenang Ganjar.
Selain silaturahmi dan nostalgia zaman dulu, ada tujuan penting lain Ganjar mengunjungi tempat kosnya itu dengan mengajak putranya, Alam Ganjar.
Ia berharap Alam tahu sejarah bapaknya saat dulu menempa diri di kota gudeg itu.
"Biar Alam tahu sejarah bapaknya, ini saya ajak biar bisa lihat kamar ayahnya duli seperti ini. Ini belum berubah, ya seperti ini. Ya biar Alam tahu sejarahnya bahwa kabeh nganggo laku (semua ada prosesnya)," ucapnya. (*)