Diam-diam Menghanyutkan, Perancis Mulai Unjuk Gigi Ikut Haus Kuasai Laut China Selatan, Bikin Gelisah Dunia Usai Tantang Perang 2 Negara Superior Ini

Selasa, 09 Maret 2021 | 09:42
wsj.net

Ilustrasi Kapal Induk Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan.

Gridhot.ID- Laut China Selatan hingga sekarang masih panas dengan konflik antara Amerika dan China.

China mencoba memiliki Laut China Selatan.

Sementara ASmencoba menjaganya dari serbuan China.

Baca Juga: Diidolakan Seantero Tanah Air hingga Para Artis Ikut Berjejer Ngefans Padanya, Begini Tingkah Menggemaskan Arya Saloka Saat Disukai Nagita Slavina dan Ayu Ting Ting, Suami Putri Anne: Seneng Tapi Malu

Melansir dari Kontan.co.id, di tengah panasnya konflik itu, mendadak Prancis ikut campur.

Bahkan Presiden Prancis Emmanuel Macronberusaha menempatkan Prancis sebagai kekuatan alternatif lain bagi China dan AS di Laut China Selatan.

Dilansir dari express.co.uk pada Senin (8/3/2021),Prancis telah meningkatkan kehadiran militernya di Indo-Pasifik selama beberapa minggu terakhir.

Baca Juga: Sempat Dijuluki Bucin oleh Netizen, Terungkap Unggahan Kaesang Keluhkan Hubungannya dengan Felicia Tissue yang Sudah Dihapus, Benarkah Alasan Main Hati?

Pada awal Februari, Angkatan Laut Prancis memerintahkan kapal selam serang nuklirnya Émeraude ke wilayah tersebut dan baru-baru ini mengerahkan lebih banyak kapal.

Kapal serbu amfibi, Tonnerre, dan fregat Surcouf akan berlayar melalui perairan yang diklaim oleh Beijing itu dalam beberapa hari mendatang.

Selain itu, Prancis akan mengambil bagian dalam latihan angkatan laut bersama skala besar dengan India, Australia, Jepang, dan AS sebagai bagian dari misi tahunan Jeanne d'Arc.

Collin Koh, seorang peneliti di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam, mengatakan kepada Daily Telegraph bahwa Macron mencoba memposisikan Prancis sebagai kekuatan alternatif bagi China dan AS.

“Jelas bahwa Prancis ingin menempatkan dirinya sebagai negara alternatif untuk dikunjungi selain AS dan China."

Baca Juga: Kandas Besanan dengan Presiden, Ibunda Felicia Tissue Curhat di Instagram Sindir Polah Kaesang Usai Dituding 'Ngeghosting' Dari Putrinya : Dimana Hatimu?

"Dia akan membuat orang berpikir: 'jika Anda muak dan lelah dengan semua persaingan China-AS dan bingung siapa yang harus dipilih di antara China dan AS, ada Prancis sebagai piluhan lain'."

Padahal ketimbang Prancis, Koh percaya bahwa Jepang berada pada posisi yang lebih baik untuk menawarkan dirinya sebagai alternatif regional.

Ini karena muncul dugaan Prancis hanya ikut-ikutan.

Baca Juga: Olla Ramlan Akhirnya Blak-blakan Ungkap Kemarahannya pada Aufar Hutapea, Ngaku Kesal Gegara Suami Pergi ke Tempat Karaokean: Nggak Suka!

Sebelumnya, mereka datang ke Laut China Selatan hanya ketika Inggris dan Jerman bersiap untuk mengerahkan angkatan laut mereka keperairan itu pada akhir tahun 2020 lalu.

Namun apapun tujuan Prancis, dikhawatirkan aksi itu bisa memicukonflik skala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah tersebut.

Apalagi selain Prancis, grup serang kapal induk baru Inggris juga akan melakukan latihan bersama dengan Jepang.

Sementara Jerman baru akan mengirim fregat ke Asia pada bulan Agustus mendatang.

Fregat itu akan menjadi kapal perang Jerman pertama yang menyeberangi Laut China Selatan sejak 2002.

Baca Juga: Seret Presiden Jokowi dalam Kisruh Kaesang Pangarep dan Felicia Tissue, Meilia Lau Diperingatkan Pihak Istana, Ali Mochtar Ngabalin: Kurang Elok, Jangan Mengaitkan dengan Presiden

Terakhir, Koh mengingatkan bahwa kehadiran kapal perang Barat di Laut China Selatan bisa menjadi peringatan untuk kita semua.

Sebab, Laut China Selatan merupakan perairain yang begitu penting.

Perairan itu menjadi jalur utama perdagangan global, sekaligus kaya akan sumber daya energi.

Baca Juga: Bongkar Habis Rahasia Khusus yang Bisa Buatnya Sukses, Mantan Suami Christie Jusung Ngaku Rutin Minum Air Bekas Cucian Kaki Ibunya, Hengky Kurniawan: Itu Kepercayaan

Jadi, tak heran negara sekelas Prancis juga menginginkannya.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kontan.co.id, Daily Telegraph