Masa Bodoh Rakyatnya Banyak yang Tewas, Ternyata Demi Agenda Inilah Militer Myanmar Jadikan Tumbal Para Demonstran, Pakar Ekonomi: Ini Benar-benar Elit dan Kroni Bisnis

Kamis, 11 Maret 2021 | 09:13
theguardian

Demonstrasi melawan militer yang berkuasa di Myanmar.

Gridhot.ID– Militer Myanmar melakukan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi sejak awal Februari 2021 yang lalu.

Melansir dari Gridhot.ID, akibat ketidakinginan rakyat dipimpin oleh junta militer, mereka pun turun ke jalan-jalan melakukan demonstrasi.

Aparat keamanan pun turun ke jalan demi menangani para demonstran ini, sampai-sampai harus menggunakan peluru tajam yang pada akhirnya membawa korban jiwa.

Baca Juga: Tikung Majikan Sendiri dari Felicia Tissue, Nadya Arifta Dikabarkan Makin Gencar Bakal Dilamar Kaesang Dalam Waktu Dekat, Calon Besan Jokowi: Terbaik!

Apa sebenarnya latar belakang militer Myanmar melakukan kudeta ini?

Militer Myanmar ternyata memiliki pemasukan yang besar dan rahasia untuk menunjang operasi mereka.

Salah satunya yakni Pusat Skydiving Dalam Ruangan di Yangon, salah satu lokasi yang populer di Myanmar.

Baca Juga: Ngerasa Tak Tahu Menahu Soal Kasus Korupsi Bansos, Cita Citata Beberkan Kronologi Tuduhan Dirinya Diduga Terima Uang Haram Usai Manggung: Saya Kasih Pencerahan Buat Kalian

Tidak banyak yang tahu bahwa tempat yang menyajikan sensasi terjun dari pesawat itu merupakan salah satu kerajaan bisnis militer Myanmar, Tatmadaw.

Mengutip BBC, Tatmadaw mulai terlibat dalam bisnis setelah kudeta sosialis Ne Win pada 1962.

Selama bertahun-tahun, militer harus mandiri dan didorong untuk mengembangkan saham di perusahaan lokal guna mendanai operasi mereka.

Dilansir Al Jazeera, militer membentuk kapitalisme kroni dengan jenderal senior dan perwira, sehingga mampu mengamankan akses ke banyak sektor ekonomi di Myanmar.

Di beberapa daerah, hanya perusahaan militer dan afiliasinya yang diizinkan beroperasi.

Baca Juga: Gencar Sesumbar Anaknya Bakal Dilamar Bontot Jokowi, Ibu Nadya Arifta Bocorkan Waktu Lamaran Kaesang dengan Putrinya: Terbaik

Proses tersebut mendapatkan momentum dengan penjualan aset tahun 2011, membuat para jenderal dan keluarga mereka bisa memanfaatkan pembukaan ekonomi untuk mengamankan aset di sektor bisnis Myanmar.

"Ini benar-benar elit dan kroni bisnis yang diuntungkan dari pencurian besar-besaran sumber daya negara ini," kata Anna Roberts, direktur eksekutif Burma Campaign UK.

"Prajurit tidak mendapat keuntungan dan jelas rakyat biasa menderita karena uang yang seharusnya dibelanjakan untuk kesehatan dan pendidikan disalurkan untuk membeli peralatan militer," tambahnya.

Baca Juga: 2 Tahun Jadi Single Parent Usai Diceraikan Ahok, Veronica Tan Posting Wejangan Menyentuh Untuk Anak Gadisnya di Perantauan, Netizen: Kata-katanya Meneduhkan

Meskipun praktik itu tidak berjalan lagi, dua organisasi bisnis yang didirikan militer pada 1990an masih beroperasi hingga sekarang.

Kedua organisasi tersebut, yakni Myanmar Economic Corporation (MEC) dan Myanmar Economic Holdings Limited (MEHL).

Organisasi itu menjadi sumber utama kekayaan Tatmadaw.

MEC dan MEHL memiliki saham di berbagai bidang mulai dari perbankan, pertambangan, pengolahan tembakau, dan pariwisata.

MEHL juga bertanggung jawab atas dana pensiun militer.

Baca Juga: Alasannya Buang Botol Plastik ke Mulut Kuda Nil Makin Memancing Emosi, Benda yang Dipegang Pelaku Ini Justru Bikin Gagal Fokus: Wow! Ngeri Kali

Beberapa pemimpin militer dan keluarganya juga memiliki bisnis yang besar, hingga menjadi sasaran sanksi.

Salah satunya putra pemimpin kudeta Jenderal Min Aung Hlaing, Aung Pyae Sone.

Pyae Sone memiliki sejumlah perusahaan besar berupa resor pantai dan saham mayoritas di operator telekomunikasi.

Baca Juga: Warganet Heboh Menjodohkannya dengan Felicia Tissue, Nicholas Sean: Meh, Not My Type...

Menurut para ahli, kudeta militer ini adalah cara untuk melindungi kepentingan bisnis Tatmadaw.

Laporan PBB pada 2019 menyimpulkan bahwa pendapatan bisnis meningkatkan kemampuan militer melakukan pelanggaran HAM dengan impunitas.

Laporan ini muncul di tengah tindak kekerasan militer Myanmar terhadap komunitas Rohingya.

Melalui jaringan bisnis dan afiliasi milik konglomerat, PBB mengatakan Tatmadaw mampu "melindungi dirinya dari akuntabilitas dan pengawasan".

Rincian tentang struktur dan keuangan MEHL terungkap dalam dua laporan internal, satu diajukan oleh konglomerat pada Januari 2020, dan lainnya dibocorkan kelompok aktivis Justice for Burma dan Amnesty International.

Baca Juga: Terus Dibanding-bandingkan dengan Felicia Tissue, Foto Masa Lalu Nadya Arifta Sebelum Berhijab Justru Disebut Mirip Pevita Pearce, Intip Potretnya

Perusahaan besar dijalankan petinggi militer, termasuk beberapa petinggi kudeta yang saat ini menjabat.

Sekitar sepertiga dari semua pemegang saham adalah unit militer.

Sedangkan sisanya dimiliki oleh mantan personel Tatmadaw dan saat ini.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber tribunnews, GridHot.ID