Daya Ledaknya Mematikan hingga Dijuliki 'Mother of Satan', Inilah Jenis Bom yang Digunakan Dalam Teror Katedral Makassar, Sering Digunakan ISIS dan Teroris Indonesia

Kamis, 01 April 2021 | 15:42
Tribun Lampung/Deni Saputra

Pasukan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menggiring tahanan tersangka teroris menuju ke dalam pesawat di Bandara Radin Inten, Brantiraya, Lampung Selatan, Lampung, Rabu (16/12/2020).

Gridhot.ID - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri bersama Polda Metro Jaya menggrebek terduga teroris di daerah Condet, Jakarta Timur, dan Bekasi, Jawa Barat, pada Senin (29/3/2021).

Melansir Kompas.com, Kapolri Jenderal Listyo Sigt menagatakan penggrebekan itu berkaitan dengan aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (18/3/2021).

Dari penggrebekan tersebut, Densus 88 mengamankan empatterduga teroris dan sejumlah barang bukti termasuk lima bom aktif dan 3,5 kg bahan peledak.

Baca Juga: Cuek dengan Status Tersangka, Gisel Jawab Tudingan Tak Tahu Malu Karena Tetap Eksis di Tengah Kasus Video Syur: Saya Punya Tuhan yang Sudah Ampuni Saya

Bahan ini mudah meledak, dan tergolong sebagai bom high explosive dengan sensitivitas tinggi.

Menurut petugas bom dengan TATP memiliki ciri khas mudah terbakar, dengan hanya gesekan, panas dan lainnya.

Secara umum bom jenis ini dikenal dengan nama Mother of Satan, dikenal dengan sifat mudah meledak.

Baca Juga: Dengarkan Suara Bams Si Mantan Pacar Nia Ramadhani, Ardi Bakrie Langsung Bereaksi, Jessica Iskandar Jadi Saksi

Tidak mudah terdeteksi dan mudah meledak, sehingga menimbulkan efek yang berbahaya.

Bom bernama 'Mother Of Satan' atau bisa dikatan sebagai "Ibu Setan", hal ini pernah diungkapkan langsung oleh Kapolri Jendral Tito Karnavian.

Dikutip dari Tribunnews, "Bahan peledak berjenis bubuk putih ini nama sebenarnya dalah peroksida aseton."

"Turunannya dapat meledak hanya karena terkena panas, gesekan atau goncangan. Bukan hanya karena tombol dipencet," kata Tito dalam jumpa pers saat terjadi Bom 14 Mei 2018 silam

Bom jenis ini ternyata juga digunakan oleh ISIS dalam serangkaian serangan yang dilancarkannya di Irak dan Suriah.

Baca Juga: Senjata Makan Tuan, Pura-pura Jadi Korban Pencurian, Karyawan Ini Kepergok Gelapkan Barang Perusahaan

Lalu mengapa ISIS dan kelompok teror di Indonesia menggunakannya?

Dikutip dari Ajc.com, bom yang disebut 'Mother Of Satan' itu digunakan karena volatilitas dan kapasitas untuk kerusakan ekstrem selama beberapa waktu.

Hal inilah yang menjadi senjata pilihan bagi para teroris seperti dijelasakan melaluiThe Washington Post.

Baca Juga: Miris, Desanya Tak Miliki Kantor hingga Ditinggal Serentak oleh Staff Lama, Bu Kades di Bogor Relakan Rumahnya Jadi Kantor Darurat, Cucum: Saya Sadar Sendiri

Bom ini adalah senjata yang tidak terlihat dalam situasi medan perang, tetapi digunakan secara luas oleh ISIS dan organisasi teror lainnya.

Ketika diproses, triperoxide triasetone atau TATP yang eksplosif, adalah zat bubuk putih yang tidak berbau peledak yang bisa dipicu oleh panas atau gesekan dan goncangan.

Padatan menghasilkan sejumlah besar gas pada penyalaan, tetapi tidak selalu menghasilkan api, meski begitu Aseton juga dapat terbakar dan menyebabkan kebakaran.

Selain itu bahan kimia yang digunakan untuk membuat bom ini juga dijual bebas di beberapa negara.

Bom jenis ini kabarnya juga digunakan pada kasus serangan teror di Barcelona dan ledakan pembunuhan di Manchester pada 2017 silam.

Baca Juga: Hartanya Bakal Jatuh ke Tangan Rohimah, Kiwil Ratapi Nasibnya yang Terlunta-lunta Pindah dari Satu Kota ke Kota Lain, Sang Komedian: Berat Banget...

Selain itu jenis bom ini juga ditemukan digunakan dalam kasus pengeboman di gereja Surabaya Mei 2018 silam.

Belakanganya, sebuah bom juga kembali terjadi menimpa gereja Katedral di Makassar.

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com, tribunnews