Gridhot.ID - Laut China Selatan kini sedang panas-panasnya kembali.
Dikutip Gridhot dari Kontan, bahkan Filipina menyebutkan ratusan kapal milisi China sudah mulai menyebar di Laut China Selana.
Menanggapi panasnya kondisi ini, Amerika Serikat sampai niat untuk menghubungi Indonesia.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin berbincang dengan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto melalui sambungan telepon.
Pembicaraan tersebut dilangsungkan untuk menegaskan kembali pentingnya hubungan pertahanan bilateral sebagaimana pers rilis dari Kementerian Pertahanan AS, Rabu (31/3/2021).
Dalam pembicaraan tersebut, kedua menteri pertahanan ini membicarakan beberapa hal termasuk membahas isu keamanan regional.
Isu keamanan yang dimaksud meliputi situasi yang menantang di Laut China Selatan sreta kerja sama pertahanan bilateral.
Sekretaris Pers Kementerian Pertahanan AS John Kurby mengatakan, Austin menekankan pentingnya mengembangkan hubungan pertahanan antara Jakarta dan Washington.
Austin juga menyoroti pentingnya latuhan antar-angkatan darat, Garuda Shield, yang dijadwalkan berlangsung pada Agustus.
“(Latihan Garuda Shield) sebagai kesempatan untuk membangun interoperabilitas yang lebih besar antara angkatan bersenjata,” kata Kirby.
Melalui akun Twitter-nya, Austin mengetwit bahwa dia dan Prabowo melakukan percakapan yang hangat.
embed
“Kami membahas keamanan maritim di kawasan dan peluang untuk meningkatkan kerja sama pertahanan bilateral kami,” tulis Austin di Twitter.
Dalam kesempatan itu pula, Kirby menuturkan bahwa Prabowo mengucapkan selamat kepada Austin karena menduduki jabatan sebagai Menteri Pertahanan AS yang baru.
Di satu sisi, Austin juga mengungkapkan belasungkawa atas aksi terorisme baru-baru ini di Makassar dan Jakarta.
Diberitakan sebelumnya, Filipina menuduh China telah mengerahkan ratusan kapal “milisi” di Laut China Selatan.
Korps Penjaga pantai Filipina mendeteksi kapal-kapal itu dalam formasi barisan di Whitsun Reef yang berbentuk bumerang, sekitar 320 kilometer sebelah barat Pulau Palawan pada 7 Maret.
"Ini tindakan provokatif yang jelas untuk memiliterisasi wilayah tersebut.
Ini wilayah dalam Zona Ekonomi Eksklusif Filipina," kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana dikutip dari AFP.
(*)