4 Mobil Dijual hingga Truk Digadaikan untuk Makan, Dalang Asal Boyolali Ini Lakukan Aksi Remuk Gamelan Saat Terpuruk di Tengah Pandemi: Sejak Pandemi Kami Dilarang Pentas!

Minggu, 04 April 2021 | 13:25
(TribunSolo.com/Azhfar Muhammad)

Ki Dalang Gondho Wartoyo menghancurkan alat pentas untuk pewayangan di depan rumahnya di Dukuh Bulu RT 004 RW 003, Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Penampakan alat-alat yang rusak dan berantakan, Sabtu (3/4/2021).

Gridhot.ID - Kondisi perekonomian di tengah pandemi menang menjadi tekanan tersendiri bagi sebagian orang.

Bahkan banyak orang yang kehilangan pekerjaannya di tengah pandemi.

Selain itu, banyak juga yang merasa stres dengan kondisi ekonominya yang turun drastis.

Baca Juga: Sambil Berlinang Air Mata, Nagita Slavina Video Call Irwansyah dan Zaskia Sungkar yang Baru Dikaruniai Anak Pertama, Istri Raffi Ahmad: Kenapa Gue Jadi Nangis Gini?

Salah satunya dirasakan oleh seorang seniman asal Boyolali Jawa Tengah.

Melansir dari Tribunsolo.com, seorang dalang bernama Wartoyo yang tinggal di Dukuh Bulu RT 004 RW 003, Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali mengalami tekanan ekonomi rumah tangganya.

Sebelum pandemi, Wartoyo sempat mengalami kejayaan.

Baca Juga: Dilarang Raul Lemos Bawa Anak-Anaknya ke Nikahan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah, Krisdayanti: Suami Saya...

Selain pelaku seni, Wartoyo adalah seorang ayah dari 6 orang anak.

Dikisahkan, kiprah dan perjalanan karir Wartoyo sebagai pendalang sejak tahun 1993.

Merasa tak terima dengan keadaan ekonominya yang melemah, Wartoyo melakukan aksi protes dengan menghancurkan gamelan hingga gong dengan palu.

Aksinya ini pun viral di media sosial Instagram.

“Sudah berpuluh-puluh tahun saya mendalang, dan baru kali ini saya merasa terpuruk dan tidak bisa hidup,” ungkapnya kepada TribunSolo.com, Sabtu (3/4/2021).

Baca Juga: Ternyata Tak Seindah yang Dipandang, Lee Jeong Hoon Bongkar Bagaimana Ketatnya Berkarier di Korea Selatan: Pakai Handphone Enggak Boleh!

Wartoyo mengungkapkan perjalanan karirnya dimulai sejak dirinya lulus dari sekolah menengah atas.

“Awalnya setelah saya lulus SMA kita (tim) menginisasi untuk menggelar pertunjukan di Desa maupun di Kampung,” ujarnya.

Setelah itu ia sampaikan pertunjukan yang ia inisiasi merambat semakin besar dan mulai banyak dikenal orang.

Baca Juga: Ternyata Tak Seindah yang Dipandang, Lee Jeong Hoon Bongkar Bagaimana Ketatnya Berkarier di Korea Selatan: Pakai Handphone Enggak Boleh!

“Yah sekitar tahun 90-an lumayan terus drastis banyak yang ingin menonton pertunjukan tradisional rakyat ini,” ujarnya.

“Sehingga pada tahun awal 2000-an kami sempat naik daun dan banyak disosialisasikan di berbagai kegiatan pemerintah,” kata dia membeberkan.

Ia sampaikan mulai dari rakyat biasa, pengusaha, gubernur, pejabat dan beberapa instansi ternama meminta kepada dirinya untuk melakukan pertunjukan seninya.

“Macam-macam pokonya bahkan dulu di zaman itu (tahun 2000-an) bisa menghasilkan Rp 15-20 juta per pentas," papar dia.

Bahkan sebelum pandemi bersama timnya bisa menggelar pentas pagelaran seni pewayangan sebanyak 15 - 28 kali setiap bulannya.

Baca Juga: Begini Dekorasi Super Mewah dan Elegan di Pernikahan Aurel dan Atta yang Serba Putih dengan Bertabur Bunga dan Pernak-pernik Mahal

“Ya dari setiap sekali tampil macam-macam juga pendapatanya, kadang Rp 25 juta, Rp 30 juta , Rp 40 juta tapi itu belum dibagi rata banyak orang di tim, tergantung siapa yang mengundang,” ujarnya.

"Pernah diundang oleh bupati dengan bayaran sampai Rp 80 juta per malam," aku dia.

Disamping itu, Wartoyo menyampaikan penggemar dari pertunjukan wayangnya beragam di banyak daerah Jawa Tengah hingga Jawa Timur.

"Penggemar wayang menyeluruhlah, dari wilayah Solo, Solo Raya, Klaten, Boyolali bahkan sampai ke Jawa Timur," paparnya.

Baca Juga: Begini Dekorasi Super Mewah dan Elegan di Pernikahan Aurel dan Atta yang Serba Putih dengan Bertabur Bunga dan Pernak-pernik Mahal

Berbeda dengan saat ini, Wartoyo sampaikan omset yang ia dapatkan sebelum pandemi dan saat pandemi berubah jauh secara drartis.

“Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020 lalu, banyak seniman dalang yang tidak bisa pentas wayang,” tutur dia.

Bahkan Sutoyo sampaikan seniman lain sudah banyak beralih profesi kemudian alat kesenian rusak karena menganggur.

“Sudah kena dampak, jual peralatan yang dipunya, bahkan seniman yang lain dan ngikut bantu rumah makan," ungkapnya.

Menjual Mobil untuk Makan

Saking remuknya karena pandemi, Dalang Wartoyo pun mengaku sampai menjual mobil untuk kebutuhan sehari-hari.

“Saya rela dan terpaksa menjual mobil untuk beli sembako dan kebutuhan rumah tangga, intinya apa yang kita punya kita jual untuk bertahan hidup,” ujarnya.

“Macam-macan mobil saya jual sampai 4, mulai dari mobil CRV, Honda New City, Feroza dan Picanto,” ungkapnya.

Baca Juga: Anang Hermansyah Sampai Rela Gelontorkan Uang Puluhan Juta untuk Pesan Sepasang Sepatu Demi Tampil Sempurna di Acara Pernikahan Aurel dan Atta, Modelnya Mewah dan Elegan!

Selain itu, dirinya bahkan rela menggadaikan truk pribadinya untuk kebutuhan lain di pengusaha telur di Boyolali.

Hal itu terdesak dilakukan, karena sebelum pandemi, sebagai dalang dia bisa melakukan pementasan sebanyak 15 hingga 28 kali dalam satu bulan.

Namun kondisi berubah 360 derajat sehingga mencekik kehidupan para pelaku seni.

Baca Juga: Dituding Lupa Daratan Setelah Hidup Enak dengan Keluarga Ruben, Masa Lalu Betrand dengan Orang Tuanya di NTT Terungkap, Ferdy Peto: Kami Hanya Bisa Pasrah...

"Kalau sebelum pandemi saya bisa pentas 15 sampai 28 kali sebulan, tapi setahun ini tak ada,” ungkapnya.

Kondisi diperburuk dengan tidak adanya izin, sehingga para seniman tidak bisa menggelar lagi pertunjukan yang bisa mencukupi kehidupan sehari-hari.

"Sejak pandemi sampai sekarang tidak bisa pentas. Padahal untuk beralih profesi, kita tidak mudah,” terang dia.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Instagram, TribunSolo