Gridhot.ID - Kondisi perekonomian di tengah pandemi menang menjadi tekanan tersendiri bagi sebagian orang.
Bahkan banyak orang yang kehilangan pekerjaannya di tengah pandemi.
Selain itu, banyak juga yang merasa stres dengan kondisi ekonominya yang turun drastis.
Salah satunya dirasakan oleh seorang seniman asal Boyolali Jawa Tengah.
Melansir dari Tribunsolo.com, seorang dalang bernama Wartoyo yang tinggal di Dukuh Bulu RT 004 RW 003, Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali mengalami tekanan ekonomi rumah tangganya.
Sebelum pandemi, Wartoyo sempat mengalami kejayaan.
Selain pelaku seni, Wartoyo adalah seorang ayah dari 6 orang anak.
Dikisahkan, kiprah dan perjalanan karir Wartoyo sebagai pendalang sejak tahun 1993.
Merasa tak terima dengan keadaan ekonominya yang melemah, Wartoyo melakukan aksi protes dengan menghancurkan gamelan hingga gong dengan palu.
Aksinya ini pun viral di media sosial Instagram.
“Sudah berpuluh-puluh tahun saya mendalang, dan baru kali ini saya merasa terpuruk dan tidak bisa hidup,” ungkapnya kepada TribunSolo.com, Sabtu (3/4/2021).
Wartoyo mengungkapkan perjalanan karirnya dimulai sejak dirinya lulus dari sekolah menengah atas.
“Awalnya setelah saya lulus SMA kita (tim) menginisasi untuk menggelar pertunjukan di Desa maupun di Kampung,” ujarnya.
Setelah itu ia sampaikan pertunjukan yang ia inisiasi merambat semakin besar dan mulai banyak dikenal orang.
“Yah sekitar tahun 90-an lumayan terus drastis banyak yang ingin menonton pertunjukan tradisional rakyat ini,” ujarnya.
“Sehingga pada tahun awal 2000-an kami sempat naik daun dan banyak disosialisasikan di berbagai kegiatan pemerintah,” kata dia membeberkan.
Ia sampaikan mulai dari rakyat biasa, pengusaha, gubernur, pejabat dan beberapa instansi ternama meminta kepada dirinya untuk melakukan pertunjukan seninya.
“Macam-macam pokonya bahkan dulu di zaman itu (tahun 2000-an) bisa menghasilkan Rp 15-20 juta per pentas," papar dia.
Bahkan sebelum pandemi bersama timnya bisa menggelar pentas pagelaran seni pewayangan sebanyak 15 - 28 kali setiap bulannya.
“Ya dari setiap sekali tampil macam-macam juga pendapatanya, kadang Rp 25 juta, Rp 30 juta , Rp 40 juta tapi itu belum dibagi rata banyak orang di tim, tergantung siapa yang mengundang,” ujarnya.
"Pernah diundang oleh bupati dengan bayaran sampai Rp 80 juta per malam," aku dia.
Disamping itu, Wartoyo menyampaikan penggemar dari pertunjukan wayangnya beragam di banyak daerah Jawa Tengah hingga Jawa Timur.
"Penggemar wayang menyeluruhlah, dari wilayah Solo, Solo Raya, Klaten, Boyolali bahkan sampai ke Jawa Timur," paparnya.
Berbeda dengan saat ini, Wartoyo sampaikan omset yang ia dapatkan sebelum pandemi dan saat pandemi berubah jauh secara drartis.
“Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020 lalu, banyak seniman dalang yang tidak bisa pentas wayang,” tutur dia.
Bahkan Sutoyo sampaikan seniman lain sudah banyak beralih profesi kemudian alat kesenian rusak karena menganggur.
“Sudah kena dampak, jual peralatan yang dipunya, bahkan seniman yang lain dan ngikut bantu rumah makan," ungkapnya.
Menjual Mobil untuk Makan
Saking remuknya karena pandemi, Dalang Wartoyo pun mengaku sampai menjual mobil untuk kebutuhan sehari-hari.
“Saya rela dan terpaksa menjual mobil untuk beli sembako dan kebutuhan rumah tangga, intinya apa yang kita punya kita jual untuk bertahan hidup,” ujarnya.
“Macam-macan mobil saya jual sampai 4, mulai dari mobil CRV, Honda New City, Feroza dan Picanto,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya bahkan rela menggadaikan truk pribadinya untuk kebutuhan lain di pengusaha telur di Boyolali.
Hal itu terdesak dilakukan, karena sebelum pandemi, sebagai dalang dia bisa melakukan pementasan sebanyak 15 hingga 28 kali dalam satu bulan.
Namun kondisi berubah 360 derajat sehingga mencekik kehidupan para pelaku seni.
"Kalau sebelum pandemi saya bisa pentas 15 sampai 28 kali sebulan, tapi setahun ini tak ada,” ungkapnya.
Kondisi diperburuk dengan tidak adanya izin, sehingga para seniman tidak bisa menggelar lagi pertunjukan yang bisa mencukupi kehidupan sehari-hari.
"Sejak pandemi sampai sekarang tidak bisa pentas. Padahal untuk beralih profesi, kita tidak mudah,” terang dia.(*)