Gridhot.ID - Presiden Jokowi baru saja mengubah nama jalan tol Jakarta Cikampek.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, jalan layan untuk jalan tol Jakarta-Cikampek II kini resmi berganti nama menjadi Tol Layang MBZ.
MBZ sendiri merupakan inisial dari nama putra mahkota Abu Dhabi.
Sheikh Mohamed bin Zayed (MBZ), putra Mahkota Abu Dhabi, resmi menjadi nama Jalan tol layang Jakarta-Cikampek (Japek).
Pemberian nama dilakukan atas permintaan khusus dari Presiden Jokowi melalui Sekretariat Presiden (Setpres) kepada operator PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Siapa sebenarnya sosok MBZ?
Dikutip Gridhot dari Surya, Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya menyampaikan Presiden Joko Widodo dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed (MBZ) pernah bertemu dan melakukan kerja sama tercepat.
"Ini adalah deal terbesar mungkin dalam sejarah Indonesia yang disepakati, yaitu dengan Uni Emirat Arab. Hanya dalam waktu enam bulan. Ada yang satu yang sedang difinalisasi oleh Menteri BUMN yaitu Sovereign Wealth Fund (SWF). Yang masuk ke dalam (proyek) SWF ini adalah UEA, Softbank, IDFC dari Amerika Serikat dan tidak menutup kemungkinan ada pihak lain yang ikut bergabung," katanya kepada media usai pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed (MBZ).
Kerja sama ini berawal dari pertemuan antara Putra Mahkota MBZ dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor pada bulan Juli 2020.
Menurut Menko Luhut dalam pertemuan itu MBZ mengatakan bahwa UEA ingin lebih banyak lagi ikut dalam pembangunan di Indonesia karena mereka menganggap Indonesia adalah saudara dan merupakan negara berpenduduk muslim terbesar.
Dia mengatakan hubungan Presiden dan Putra Mahkota MBZ sangat cair, karena ia menganggap Presiden Joko Widodo sebagai big brother.
"Pihak UEA akan menjadi kontributor terbesar dalam proyek SWF di antara yang lainnya. Mungkin ini baru pertama kali terjadi, pihak-pihak yang bermodal besar bekerja sama dalam satu proyek," katanya.
"Kerja sama ekonomi Indonesia-UEA dengan proyek senilai 22,89 miliar dolar AS di mana partisipasi UEA di dalamnya sebesar 33 persen yang bernilai 6,8 miliar dolar AS. Ada lima proyek G to G dan 11 proyek B to B,” ujar Menlu Retno.
(*)